Komentar Negatif Dari Pembaca ? NO PROBLEM

Komentar Negatif Dari Pembaca ? Sumber Pengetahuan!

Baik dan buruk. Positif dan negatif. Pasangan-pasangan kata ini mencerminkan dua hal yang akan selalu hadir di dunia. Bisa dianggap sebagai dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Tidak ada hal di dunia yang hanya punya satu sisi saja, sisi yang lain pasti mengikuti meski terkadang tersembunyi.

Hal itu pun berlaku dalam dunia blogging. Baik dan buruk pun akan selalu ada. Bahkan, ketika seorang blogger sudah merasa berbuat yang terbaik untuk menelurkan tulisan. Tidak peduli puluhan jam sudah dihabiskan untuk membuat sebuah tulisan. Tidak peduli, keduanya akan tetap tidak pernah absen.

Salah satu bentuk keduanya ada dalam bentuk komentar, respon yang diberikan pembaca terhadap sebuah postingan. Banyak yang akan memberikan pujian, tetapi bukan tidak mungkin tidak sedikit pula yang akan memberikan komentar negatif. Keduanya sangat mungkin terjadi, selama kolom komentar pada sebuah blog masih aktif.

Memang, berkaca dari pengalaman, budaya yang berlaku dalam sebuah masyarakat sangat mempengaruhi berapa banyak jumlah komentar, terutama yang negatif, hadir.

Dalam masyarakat Indonesia yang masih kental budaya ewuh pakewuh , sungkan, membuat kolom komentar banyak blog hanya menjadi ajang untuk saling memuji dan memberi support saja. Apalagi kalau pengunjungnya mayoritas berasal dari kalangan yang sama, blogger. Esprit de corps, spirit/jiwa yang biasa dimiliki anggota sebuah kelompok masih sangat menjiwai kalangan blogger, terutama di Indonesia.

Masa sih sesama blogger memberikan komentar negatif? Kasihan kan !  Sesama blogger janganlah saling menjatuhkan!

Tidak heran saat melakukan blogwalking ke blog-blog berbagai jenis di dunia blog Indonesia, kolom komentarnya akan seperti testimoni “kehebatan” sang bloggernya. Mungkin, memang banyak orang yang benar-benar merasakan bahwa tulisan sang blogger enak dibaca, tetapi bukan tidak mungkin apa yang dituliskan pada kolom komentar hanyalah sekedar basa basi karena ingin meninggalkan jejak. Bisa juga karena niat mencari backlink atau promosi.

Jarang sekali ada pembaca yang meninggalkan komentar tidak enak dan mengkritik sang penulisnya.

Yang mungkin tidak merasa sejalan, biasanya akan memilih untuk “ngaleos“, pergi begitu saja tanpa meninggalkan jejak sama sekali. Seperti jelangkung, datang tak diundang, pulang tak diantar.

Seperti itulah kira-kira pola yang ada dalam budaya blogging di Indonesia. Tidak semua seperti itu, tetapi elemen yang berulang terlihat sekali membentuk satu pola budaya yang nyata.

Sebuah kesalahan? Tidak juga. Namanya masyarakat manusia dimanapun akan terbentuk oleh masyarakat dimana ia tinggal. Ia akan terbentuk. Jadi, wajar saja kalau sikap pembaca Indonesia, terutama yang berasal dari kalangan blogger, kepada sebuah tulisan kerap masih berpegang kukuh pada patron yang seperti ini.

Sebuah hal yang berbeda jika dibandingkan dengan masyarakat Barat yang lebih blak-blakan dalam hal seperti ini. Mereka lebih ekspresif saat mengungkapkan pendapat karena budaya dimana mereka tinggal mendidik mereka dengan cara seperti itu. Kebebasan berpendapat adalah hal yang sangat dijunjung tinggi di banyak masyarakat “Barat”.

Tidak heran kalau dalam komentar sebuah blog akan berisi banyak ragam komentar. Yang memuji dan memuja banyak, yang menentang, mengkritisi, bahkan menjatuhkan juga tidak sedikit. Semua berasal dari kalangan pembaca.

Tidak seragam.

Masalah utama yang hadir adalah ketika blogger Indonesia harus bertemu dengan pembaca yang “mengadopsi” karakter “kebebasan berpendapat”. Benturannya sangat terasa.

Pembaca jenis terakhir tidak akan selalu menaruh komentar bersifat memuji dan memuja pada kolom komentar. Ia akan mengungkapkan apa yang ada di kepalanya. Baik, ya baik, buruk ya buruk. Seringnya, kalau hanya baik, ia menjadi jelangkung dan pergi karena baik adalah standar minium. Jika “luar biasa” tulisannya, barulah ia tergerak mengetikkan jari di keyboard dan meninggalkan komentar.

Dan, kalau buruk? Tergantung sih! Biasanya kalau buruk dalam penulisan, maka orang seperti ini akan menjadi jelangkung, dan pergi takkan kembali. Tetapi, sayangnya kalau “BURUK” dalam hal pemikiran, hal itu cenderung mendorong mereka lebih reaktif.

Mereka tidak akan segan memberikan komentar pedas bin menyakitkan. Secara terang-terangan pembaca seperti ini akan mengutarakan pandangannya. Komentarnya hampir pasti akan membuat sakit hati dan memerahkan kuping.

Pemilihan kata-katanya pun dipastikan memang ditujukan untuk menyampaikan hal itu, membuat penulis artikel yang dikomentari tahu dan sadar apa yang ada di pikirannya.

Dan, hal itu akan semakin sering terjadi, sekarang dan di masa depan. Harap dimaklum, didikan bagi generasi millenial berbeda. Di masa lalu, ewuh pakewuh mendominasi, tetapi di zaman sekarang, masyarakat mulai terbentuk untuk “berani” mengungkapkan apa yang ada di benaknya.

Baik atau buruk, hal itu akan disampaikan.

Contohnya sudah banyak di media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram. Para netizen tidak akan segan melontarkan kritikan pedas dan bikin sakit hati kalau memang dianggapnya tidak sesuai dengan dirinya.

Blog, meski sama-sama sebenarnya bentuk media sosial, memang masih belum tersentuh. Masyarakatnya masih belum tersentuh keganasan para warganet. Ibaratnya masih mirip dusun dan bukan kota. Lebih adem ayem.

Meskipun demikian, hanya tinggal tunggu waktu saja saat “keganasan” dalam berpendapat juga menyentuh blogsphere Indonesia. Masyarakat dunia nyata didorong oleh berbagai hal untuk menuju ke arah masyarakat yang “bebas” berpendapat, dan sebagai imbasnya, dunia maya juga akan terkena, termasuk dunia blog.

Jadi, bisa dikata suatu waktu dunia blog Indonesia pun akan menyerupai saudara-saudaranya di dunia Barat. Isi kolom komentarnya suatu waktu tidak lagi hanya berisi “pertamax”, “Bagus sekali gan”, “Inspiratif bro”, dan sejenisnya.

SUATU WAKTU, isinya juga akan berisi kata-kata pedas, panas dan menyakitkan, seperti “PICIK LU”, “YANG BENER AJA GAN, NGGAK MASUK AKAL TUH”, dan banyak lagi lainnya.

Bagaimana Menyikapi Komentar Negatif Dari Pembaca ?

SUATU WAKTU.

Dua kata ini dalam huruf kapital karena situasinya belum terjadi saat ini. Memang, hasil blogwalking memperlihatkan mulai ada bibit-bibit karakter “blak-blakan” terlihat. Pada banyak blog, sudah terlihat suara-suara yang bukan sekedar memuji dan memuja.

Di beberapa blog yang saya kunjungi mulai terlihat komentar-komentar negatif yang ditinggalkan pembaca. Meskipun demikian, biasanya yang meletakkan jejak seperti ini pada blog yang menggunakan Facebook atau Disqus dimana masyarakat penggunanya lebih bebas dan ekspresif.

Tetapi, belum sepenuhnya terjadi.

Prediksi asal-asalan saja, masih butuh sekitar 5-10 tahun agar bibit-bibit itu berkembang biak dan meluas. Tidak akan terjadi dalam satu atau dua tahun ke depan.

Bisa salah, bisa juga tidak.

Sesuatu yang sepertinya bisa dimanfaatkan kaum blogger Indonesia untuk mempersiapkan diri. Blogger tidak lagi harus terfokus pada membuat tulisan dan mempublikasikannya, tetapi juga harus bersiap mendapatkan respon balik dari pembaca.

Dan, isinya tentunya bukan lagi hanya pujian saja.

Ketika saat itu datang, komentar akan bervariasi. Pujian akan tetap ada, kritikan, komentar negatif dan buruk dari pembaca harus diharapkan.

Mengapa harus mempersiapkan diri?

Pengalaman singkat beberapa hari yang lalu, saat berkomentar di sebuah tulisan dan kemudian saya buatkan tulisan susulan memperlihatkan bahwa rupanya banyak blogger tidak siap menerima tulisannya dikomentari dari sudut pandang negatif.

Silakan baca dulu :Tidak semua ngeblog karena uang- Apa motivasi Anda?

Hal itu berawal dari sebuah tulisan di blog Juragan Cipir dan karena ketidaksetujuan saya atas pandangan penulisnya, saya meninggalkan sebuah komentar.

PEDAS.

KERAS.

Pasti menyakitkan.

Yap. Memang itu harus diakui. Pemilihan katanya pun memang dipertimbangkan agar pesan itu tersampaikan kepada penulisnya. Bukan karena tulisannya jelek, tetapi karena pemikirannya ‘JELEK” bin “BURUK”.

Sesuatu yang lebih berbahaya dibandingkan sebuah tulisan yang ditulis dengan cara yang jelek sekalipun. Pemikiran yang tersampaikan dengan memvonis bahwa semua orang hanya ngeblog karena uang, tidak bedanya dengan hoaks yang menyebar dan meracuni banyak orang.

Sesuatu yang bukan hanya tidak bisa diterima secara individu, tetapi tidak mencerminkan fakta di lapangan. Dengan alasan apapun, meski memakai landasan kebebasan berpendapat, pemikiran seperti itu TIDAK BISA DITERIMA.

Sesuatu yang harus ditentang dan dilawan.

Masalahnya, rupanya sang penulis berasal dari lingkungan yang belum terbiasa menghadapi komentar negatif. Komentar yang kemudian dilanjutkan dengan ulasan dalam artikel di blog MM, dengan nada keras yang sama, rupanya meninggalkan sakitdi hati sang penulis.

Jelas terlihat dari balasan komentar, dan kemudian berbagai komentarnya bahkan di tulisan lain yang tidak berkaitan sama sekali dengan hal itu. Semua mencerminkan bahwa sang penulisnya sangat tidak merasa nyaman dengan komentar dan kritikan keras seperti itu.

Terlihat sekali.

Menyesal kah saya telah menyakiti seseorang?

Sama sekali TIDAK.

Hal itu memang harus dilakukan. Sebuah pemikiran yang sangat tidak berdasarkan fakta dan mengajak orang lain sempit berpikir tidak seharusnya dibiarkan begitu saja. Harus ada pengimbang agar pembaca menyadari bahwa tulisan tersebut berdasarkan pada landasan yang TIDAK MASUK AKAL.

Betapapun luas arti “kebebasan berpendapat” dijabarkan, manusia tetap punya logika umum yang berlaku. Sesuatu yang tidak didasarkan pada logika dasar itu, seharusnya tidak perlu dikemukakan.

Premisnya sederhana saja. Jika seseorang yang tidak ngeblog karena motivasi uang harus berhenti (sesuai judul), maka jutaan orang haknya terampas karena mereka tidak mengejar uang. Mereka harus berhenti menurut logika penulisnya.

Dunia blog akan terhenti karena semua harus memiliki satu motivasi, keberagaman harus menjadi seragam. Sesuatu yang sangat bertentangan dengan hukum alam bahwa setiap manusia berbeda.

Jadi, tidak saya tidak merasa sama sekali MENYESAL telah melontarkan kata-kata PICIK dan SEMPIT BERPIKIR kepada penulis. Tidak juga ada rasa ragu bahwa hal itu sesuatu hasil kurangnya pengetahuan dan sesat berpikir.

Bahkan, kalaupun ditambah dengan fakta penulisnya adalah orang yang cukup dekat dalam dunia blogger. Komentar pedas itu tetap saya luncurkan. Sebuah pemikiran yang melebihi pertemanan yang ada.

Resiko sakit hati penulisnya sudah disadari, tetapi hal yang seperti ini bukan hal yang saya anggap angin lalu dan bisa dilewatkan dengan berlalu saja tanpa meninggalkan jejak. Posisi yang sama yang selalu saya lakukan terhadap setiap tulisan dan pandangan dari sesama blogger yang berusaha menyempitkan dunia menjadi sebatas pikirannya saja.

Reaksi dari sang blogger pun memberikan gambaran lain bahwa rupanya masyarakat blogger Indonesia memang masiha awam terhadap yang seperti ini. Mereka masih jauh dari bisa menerima kenyataan lain bahwa negatif dan positif akan selalu memiliki peluang untuk hadir di kolom komentar.

Entahlah, saya tidak bisa membaca pikiran seseorang, tetapi sepertinya masih banyak blogger Indonesia yang mungkin berharap bahwa ia akan selalu menerima pujian dan sanjungan dari pembacanya.

Hal itulah yang sepertinya membuat respon ketika komentar seperti ini masuk, ia tidak bisa melakukan counter, atau tindakan balasan, atau respon yang selayaknya. Ia lebih suka membagikan “kekesalannya” di tempat yang tidak seharusnya.

Menyindir di tulisan lain, berkeluh karena merasa dicubit. Mengatakan pada dunia betapa dia memilih diam daripada menimpali karena tidak mau debat.

Itu haknya. Disadari betul. Tetapi, masalah menjadi melebar. Dan, bagi saya hal itu menunjukkan sebuah ketidaksiapan dalam menghadapi kenyataan. Kenyataan itu adalah tidak semua orang akan berpandangan baik kepada kita, tidak juga berpandangan positif.

Padahal, ada banyak cara lain yang lebih layak dalam hal pertukaran pemikiran seperti itu. Dari banyak hal ini sudah dipelajari sejak masa Sekolah Dasar, seperti :

>>  Mengakui bahwa kesalahannya saat melakukan penulisan. Bagaimanapun, manusia tidak luput dari kesalahan, dan tidak mungkin selalu benar.



Cuma hal ini sangat berat.



>> Mengajak debat/diskusi : Jika memang komentar itu tidak bisa diterima, bantah dan kemukakan argumennya. Jangan pandang debat sebagai sesuatu yang buruk. Istilah brainstorming atau tukar pikiran bisa dilakukan dengan berbagai cara, termasuk berdebat

>> Tidak usah dibalas : hei, hanya sebuah mitos tak berdasar bahwa semua komentar di blog itu harus dibalas. Diamkan saja beres. Tetapi, dengan catatan tidak perlu bergerilya mencari dukungan dari orang lain dan berkeluh kesah tentang hal itu.Seperti anak kecil saja yang kabur dari sesuatu yang menyakitkan dan mengeluh kesana kemari

>> Tulis pandangan bantahan di blog sendiri : paling mudah karena di “rumah” sendiri dan mau pakai cara apapun, selama siap dengan resikonya, ya lakukan saja. Tuliskan penjelasan dan pandangan mendalam tentang sudut pandang yang dipakai sebagai respon dari komentar negatif itu. Bukan curhat dan merasa dirinya tersakiti akibat komentar pedas tadi

>> Delete/hapus komentar itu, tetapi kalau menulisnya di blog orang lain, minta bantuan sang admin untuk menghapus komentar menyakitkan itu. Meskipun demikian, hal ini akan menunjukkan hal yang sama, bahwa dia tidak siap untuk menerima perbedaan dan kritikan

Saya beberapa kali menerima komentar negatif seperti itu. Dan, salah satu dari tindakan di atas saya pilih sebagai pemecahannya.

Mayoritas komentar akan tetap terbit dan saya memberikan bantahan, komentar balik, bahkan “serangan balik” kepada yang memberi komentar. Tetapi, tidak pernah saya sampai curhat karena merasa dizholimi dan ditampar.

Pilihan itu (memberikan bantahan dan mengajak berdebat) adalah yang paling sering saya ambil, karena :

  • saya sadar itulah bagian dari dunia blog, baik dan buruk akan bisa tiba-tiba datang dan harus disikapi
  • saya melihat peluang untuk mencari pengetahuan dari sang pemberi komentar, jadi saya akan paksa dia untuk berdiskusi dan berdebat. Dia memulai saya akan terus menggali dengan cara menentangnya terus menerus. Keuntungan saya berada di belakang layar adalah ia tidak tahu bahwa saya berniat berdebat untuk mengorek lebih jauh sisi pandangnya 

Berdiam diri atau curcol bukanlah pilihan saya. Berdiam diri tidak menghasilkan apa-apa. Curcol apalagi, hanya sekedar pemuasan ego yang tersakiti saja.

Paling tidak itu pandangan saya.

Begitulah saya menyikapi ketika komentar negatif, yang tidak diharapkan, hadir di kolom komentar salah satu blog yang saya kelola.

Banyak pilihannya.

Kemampuan menyikapi hal seperti ini sudah selayaknya dimiliki seorang blogger, karena pada dasarnya kemungkinannya akan selalu ada selama blog itu masih hidup. Setiap blogger harus mempersiapkan diri untuk berani menghadapi mereka yang tidak seiring dan sejalan.

Bersiaplah karena hal itu suatu waktu akan datang ke blog Anda.

Jangan selalu berharap pujian yang akan diterima. Justru bersiaplah bahwa kata-kata pedas dan kasar yang akan datang ketika sebuah tulisan diterbitkan. Pujian hanya memperbesar ego saja, sedangkan kritikan atau komentar pedas akan mengembalikan diri kita pada dunia nyata dan kenyataan bahwa kita hanyalah manusia yang serba kekurangan.

Jika memang TIDAK SIAP untuk menghadapi yang seperti ini, ada satu cara lain. BERHENTI? Tidak lah. itu bukan urusan saya Anda mau berhenti atau tidak. EGP saja. Caranya sederhana, TUTUP SAJA KOLOM KOMENTAR.

Beres. Jangankan komentar buruk, komentar sanjungan saja tidak akan masuk. Tetapi, jarang yang mau begini karena selain terbiasa akibat budaya blogwalking dan bersilaturahmi, kadang kecanduang untuk dipuji dan dipuja juga ada di dalam hati. Padahal, menutup kolom komentar adalah cara terbaik untuk menghindarkan diri dari menerima kritikan pedas dan menyakitkan.

Hal itu sudah saya alami karena banyak dair blog saya yang kolom komentarnya tidak aktif. Bukan karena malas menerima komentar pedas, tetapi karena keterbatasan waktu. Mengcounter kritikan pedas itu sebuah aktivitas menyenangkan, bisa membalas orang yang berseberangan, mendapatkan ilmu baru dan sudut pandang baru, tetapi memakan waktu dan energi. Sesuatu yang saya tidak punya banyak dan bisa mengacaukan target.

Jadi, jika Anda, sebagai blogger tidak siap dan bersedia menerima komentar buruk dan menyakitkan, lebih baik tutup kolom komentar ini. Bebas dari kemungkinan merasa tersakiti.

Atau, Anda bisa menerimanya sebagai sebuah bagian tak terpisahkan dari dunia blog.

Pilihan ada di tangan Anda.

8 thoughts on “Komentar Negatif Dari Pembaca ? NO PROBLEM”

  1. Niat banget nulisnya. Panjang banget, cape bacanya, hehe.
    Saya juga termasuk orang yg malas debat. Jadi jika mengalami hal yg serupa, suka2 saya dong, mau meladeni atau menulis hal lain.

    Reply
    • Saya tidak memaksa Nisa membaca. Tidak juga memaksa NIsa menulis apa yang Nisa tidak mau. Tulisan di atas tentang cara menyikapi komentar negatif bukan tentang memaksa Nisa melakukan yang NIsa tidak mau…

      Reply
  2. Pak Anton memang "Bedebah" saya sampai abis baca artikel panjang ini gegara penasaran. kalau di lihat dari sudut pandang berbeda ide tulisannya bisa jadi cerpen tuh. konfliknya udah dapet. he.. he.. he..

    Saya kok sama ya, tipe orang yang males banget debat. saya perlu kursus nih sama pak Anton demi mempersiapkan mental kritik pedas dari banyak penggemar suatu saat. 🙂

    Reply
    • Menghindar dari debat adalah satu pilihan Mas.. Terkadang saya juga melakukan hal itu, tetapi tidak selalu karena terkadang saya merasa perlu mengcounter atau melakukan sesuatu.

      Tidak perlu kursus, setiap orang punya cara berbeda.

      Hanya saja, saya lebih memilih mengatakan secara blak-blakan dan menghadapi langsung orang yang mengatakannya, atau setidaknya secara terang-terangan daripada memperluas medan.

      Tetapi, kembali lagi, itu hak masing-masing dan pilihan masing-masing

      Reply
    • Paakk, nebeng komentar mas Masandi di bari pertama ini yak, hahahahaha.
      Samapunnn.. saya sampai pelototin dengan jeli meski panjang, saking keponya hahahaha

      Reply
  3. [[[Tetapi, dengan catatan tidak perlu bergerilya mencari dukungan dari orang lain dan berkeluh kesah tentang hal itu.Seperti anak kecil saja yang kabur dari sesuatu yang menyakitkan dan mengeluh kesana kemari]]]

    Ada juga ya blogger laki yang kayak gitu? uwowwww deh kalau ada buahahahahahah.

    Sejujurnya, maksud saya menulis di blog saya yang sekarang itu adalah, bentuk pancingan saya kepada khalayak untuk bisa saling diskusi.

    SEBENARNYA SEPERTI ITU!

    Masalahnya, saya tuh heran betuull.
    Dari dulu, baik di medsos maupun blog, saya jarangggggg banget ketemu komentar negatif.

    Atau mungkin ada tapi saya kurang peka kali ya.

    Rasanya, selama ini baru pak Anton yang sungguh komennya, beneran sesuai dari apa yang saya harapkan.

    Bukan cuman komen "setuju"
    Meskipun memang ada juga komen seperti itu, tapi ada poin pentingnya.

    Jadi saya kadang heran kalau ada temen-temen yang baper dengan komentar kontra.
    Padahal itu kan bagus.

    Pertama, kita berhasil merebut perhatian pembaca, meskipunnn ada juga yang kontra karena malas baca sehingga salah paham hahaha.

    Kedua, diskusi maupun debat itu asyik lagi.
    Ketimbang saya disuruh baca artikel teori, mending saya diskusi di kolom komentar, lebih terarah dan lebih mudah saya pahami hehehe.

    Tapi mungkin juga karena jam terbang di dunia maya kayaknya sih pak, kalau saya memang sudah lama aktif di medsos, terutama facebook.

    Sering banget nulis status panjang yang kadang kontroversial.
    Tapi mungkin karena saya selalu menemukan cara elegan membalas komen kontra yang masuk, jadinya teman-teman pada takut kayaknya kasih komen jujur.

    Rata-rata cuman muji dan setuju.
    Padahal saya yakin, tidak semua bener2 setuju.

    Dan mungkin juga karena saya sudah berkali-kali dibully banyak orang di medsos.
    Di maki dll, dan saya cuekin, eh alias saya nggak baca, tapi saya nggak hapus juga.

    Jadi sedikit banyak mental saya mulai terlatih

    Padahal di dunia nyata, saya tuh orangnya sensitif banget, baperan.
    Entah mengapa di dunia maya, sedikit lebih santai ya hahaha

    Reply
    • Hahahahaha.. saya sih sejak dulu hobi banget yang namanya berantem di dunia maya. Karena itulah, bahkan sebelum saya jadi blogger pun, saya sudah terbiasa menghadapi pendapat yang kontra.

      Terkadang, saya berkomentar pendek kalau memang topiknya tidak saya kuasai atau kurang menarik, tetapi saya ingin yang punya blogger tahu saya hadir disana. Tetapi, kalau topiknya menarik, saya akan hormati dengan cara memberikan komentar baik yang menentang atau mendukung secara panjang lebar.

      Dengan begitu tulisannya akan terlihat ramai, aktif, dan menarik.

      Mungkin bagi sebagian orang hal itu ditujukan untuk menarik perhatian pembaca lain (ada benarnya), tetapi secara pribadi, saya tidak pernah berkomentar seperti itu dengan tujuan menarik perhatian. Itulah saya yang terbiasa berdiskusi di forum-forum internet sejak dulu, tanpa maksud apa-apa.

      Saya hanya mencoba menjadi diri sendiri saja,

      Reply

Leave a Reply to Reyne Raea (Rey) Cancel reply