Tahukah Anda bahwa di zaman serba modern seperti sekarang ini semakin mudah untuk menemukan sebuah lokasi? Pasti dong! Dengan sebuah smartphone saja, yang diperlengkapi fitur GPS mencapai sebuah tempat bukanlah sebuah hal yang sulit. Cukup buka Google Maps dan aktifkan GPS dan kemudian Google akan memandu Anda kemanapun yang dikehendaki.
Sangat mudah sekali. Saya sendiri pernah merasakan ketika pergi ke Semarang dan Rembang beberapa waktu yang lalu. Dengan mengandalkan GPS di tangan si kribo, putra semata wayang, kami sekeluarga bisa sampai ke rumah tante dan om yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Tidak ada kesulitan berarti.
Sebuah fitur yang sangat berguna sekali.
Iya kan? Anda pernah merasakannya?
Herannya, setidaknya hal itu membuat salah seorang rekan blogger merasa heran ketika berkunjung ke blog Lovely Bogor yang saya kelola. Ia menemukan bahwa saya masih menulis hal kecil nan sederhana, seperti tentang “cara menuju lokasi A atau B”.
Ia bertanya seperti di bawah ini.
nanya om, mengapa om bikin artikel mengenai cara menuju ke
tempat-tempat. sedangkan sekarang orang sudah bisa menggunakan gps untuk
menuju suatu tempat dengan mudah. #justask
Bisa dilihat komentarnya di artikel berjudul “Cara Menuju Polsek Bogor Tengah” .
Sebuah pertanyaan yang sangat logis. Jika disambungkan dengan perkembangan teknologi dewasa ini, seperti sudah disebutkan di awal tulisan, tentunya terlihat sebagai sebuah hal yang bertentangan sekali.
Logikanya, kalau sudah ada fitur GPS yang memudahkan semua, apakah tulisan seperti ini akan laku dibaca pengunjung? Iya kan?
Sebuah pertanyaan yang sama , setidaknya sejenis pernah hadir ketika pertama kali membuat tulisan informatif seperti itu. Saya pun berpikir apakah akan ada yang mau baca? Dengan adanya Google Maps saja, sebenarnya seseorang, setidaknya saya akan mudah menemukan sebuah alamat.
Jadi, untuk apa saya menulisnya?
Jawabannya : untuk mereka yang tidak bisa membaca peta, tidak mahir menggunakan GPS dan hanya bisa browsing, tidak punya mobile data tapi bisa membuka internet di rumah atau kantor, orang yang masih gagap teknologi, dan masih banyak jenis orang lainnya.
Tidak percaya?
Tulisan tentang “Cara menuju Polsek Bogor Tengah”, “Cara Menuju Kantor Imigrasi Bogor”, “Cara Menuju Kebun Raya Bogor Dari Stasiun Bogor”, Cara Menuju Kebun Raya Bogor dengan angkot”, dan masih banyak beberapa lainnya yang sejenis adalah tulisan yang sangat banyak dibaca orang. Itu sudah sejak terbit 3 tahun lalu dan sampai sekarang masih banyak dibaca.
Salah satunya sudah dibaca lebih dari 100 ribu kali.
Tulisan sejenis di blog lain juga mendapatkan cukup banyak pembaca, meski rutenya berbeda.
Itu fakta.
Pemikiran dengan ada GPS maka semua orang tidak butuh informasi tambahan sebenarnya berdasarkan logika generalisasi alias semua orang dianggap “MAMPU”. Baik mampu membeli atau mempergunakannya.
Kenyataannya, “TIDAK SEMUA”.
Banyak orang yang karena satu dan lain hal membuat mereka tidak bisa menggunakan GPS. Entah apa alasannya , tetapi jawabannya bisa banyak sekali, tetapi faktanya memang selalu begitu di dunia. Lalu, darimana mereka bisa mendapatkan informasi tentang petunjuk arah di sebuah tempat?
Ketika e-book (buku elektronik) hadir, masa depan buku cetakan dianggap akan segera berakhir. Faktanya, baik e-book atau buku cetakan masih tetap hadir dan memiliki peminat masing-masing. Buku elektronik semakin banyak dibaca, buku cetak juga tetap banyak yang baca.
Begitupun dalam hal ini, artikel tentang hal kecil nan sederhana seperti petunjuk arah ini, ternyata tetap dicari dan dibutuhkan.
Mungkin, alasan yang paling masuk akal adalah kebanyakan tidak bisa membaca peta. Juga, bisa jadi karena masih banyak orang yang tidak percaya pada ketepatan panduan arah yang diberikan. Tidak heran juga kalau ada yang beralasan bahwa lebih nyaman mendapatkan informasi dari orang yang benar-benar tahu, seperti arah jalan di Bogor yang dibuat orang Bogor seperti saya.
Masih banyak lagi kemungkinan alasan yang lain.
Dan, disanalah ada peluang bagi seseorang yang mau keluar dari mainstream dan mengambil arah bertentangan. Ia bisa merangkul mereka-mereka yang tercecer dari arus utama dan memberikan apa yang mereka butuhkan.
Itu teorinya.
Pada kenyataannya saya menulis hal-hal kecil seperti itu dengan pemikiran sederhana juga. Saya hanya ingin membuat diri sendiri ‘merasa’ bermanfaat dan salah satu hal kecil yang bisa dilakukan adalah memberikan “sedikit” petunjuk arah bagi siapapun yang ingin bermain di kota dimana saya tinggal. Saya letakkan kata “merasa” karena sebenarnya bermanfaat atau tidaknya seseorang harus mendapatkan konfirmasi dari orang lain.
Itu saja.
Meskipun, pada awalnya saya tidak yakin bahwa tulisan seperti itu bisa bermanfaat,tetapi saya mengikuti kata hati saja. Hasilnya, pilihan saya untuk tetap meneruskannya menjadikan saya sudah bisa memberikan manfaat kepada orang lain (setidaknya kalau membaca berbagai ucapan terima kasih lewat kolom komentar atau WA atau email). Saya menjadi orang yang berkontribusi bagi kehidupan manusia lain, walau dalam ukuran yang sangat kecil.
Bukankah mencegah orang tersesat dan membuang waktu mereka patut dikatakan sebagai “bermanfaat”?
Saran yang saya bisa berikan dari kasus seperti ini adalah jangan pernah berpikir bahwa semua orang sama. Pandanglah bahwa setiap orang berbeda, baik dalam segi fisik ataupun kebutuhannya. Jangan samakan pula setiap orang dengan diri kita.
“Kita bisa”, belum tentu orang lain bisa. “Kita tidak bisa”, belum tentu orang lain tidak bisa.
Dengan begitu pikiran kita tidak akan menjadi sempit dan tidak akan melihat orang lain seperti diri kita sendiri. Sesuatu yang akan sangat berarti dan berguna untuk menggali lebih banyak ide.
Itulah alasan yang hingga sekarang masih mendasari tindakan saya yang gemar menulis hal-hal kecil nan sederhana seperti itu di semua blog saya.
Bukankah tidak banyak hal besar di Maniak Menulis dan yang ada hanyalah hal-hal kecil saja?
asyik, dibuatin artikel. perumpamaan yang sangat menarik om. sy suka ketika disandingkan ebook dan buku. dan masih banyak yang baca buku. jadi semangat menulis hal sederhana nih.. hehee.. nice share om. 🙂
Hahahaha.. semangat yah Rafi.. "kecil" bisa berubah menjadi besar . Jadi, jangan ragu menuliskan hal hal kecil
yup bener soalnya ga semua org paham teknologi, ada jg yg masih mengutamakan cara konvensional mas
salam kenal mas
Salam kenal mas Aldhi.. makasih sudah berkunjung
Kesederhanaan itu memudahkan orang untuk memahami. Saya pun berlatih menulis hal-hal yang sederhana Pak.
Yup.. memang begitu seharusnya. Tidak perlu membuatnya menjadi rumit cuma karena ingin disebut hebat
Benar banget bos. Ahaa, saya sendiri juga belum punya HP android,,,masih pakai HP jadul,,,sehingga kalau bepergian ya cari alamat lewat Laptop dulu,,nah kalau di tengah perjalanan bingung ya masih pakai cara manual dengan tanya orang sekitar.
Beli dong.. wakakakaka.. yah tidak semua orang "mampu" .. iya kan mas?