Menulis Untuk Diri Sendiri Lebih Menyenangkan Daripada Untuk Orang Lain

Menulis Untuk Diri Sendiri Lebih Menyenangkan Daripada Untuk Orang Lain

Bukan hanya satu atau dua website saja, tetapi ratusan dan mungkin sekali ribuan yang mengatakan bahwa salah satu peluang usaha bagi para blogger adalah menjual jasa penulis artikel. Sebuah pendapat yang memang bisa dimengerti karena pasar yang tersedia memang sangat, dan begitu luas.

Kehadiran ribuan blog dan personal website, dimana adminya ingin menjadi terkenal dan kaya raya, memunculkan peluang itu. Semua butuh tulisan baru untuk mengisi blog dan websitenya karena semua paham tanpa itu kesuksesan tidak akan datang. Padahal, banyak di antaranya, tidak punya cukup waktu dan tenaga untuk melakukannya.

Ujungnya, mau tidak mau, mereka harus melakukan outsource dari luar. Yang penting ada tulisan yang bisa diterbitkan sesuai dengan jadwal.

Kondisi yang membuka peluang bagi mereka yang bergelut dalam hal tulis menulis, terutama di dunia maya. Dengan kemampuan merangkai katanya, mereka bisa memenuhi kebutuhan sebuah pasar.

Jadi, sangat bisa dimengerti kalau banyak blogger, terutama blogger tutorial, yang seperti kaset rusak mengulang-ulang bahwa membuat jasa penulisan artikel itu adalah salah satu ladang mencari uang.

Kesannya, asal bisa menulis di blog, maka bisa menjual jasa sebagai penulis artikel.

Padahal, sebenarnya tidak demikian.

Bukan berarti bahwa peluang itu tidak ada, tetapi karena menjadi “penjual” itu tidak pernah mudah, termasuk dalam urusan menulis hasil karya kepada orang lain.

Percayalah, tidak mudah.

Sama sekali tidak gampang, seperti yang diutarakan banyak blogger. Banyak kesulitan dihadapi dan tantangan yang harus dipecahkan.

Saya sendiri pernah mendapatkan pesanan dari seorang tetangga yang memiliki perusahaan jasa konsultasi pendirian perusahaan. Ia terpikat dengan berbagai tulisan di Lovely Bogor yang terkesan santai tetapi bisa sangat informatif. Dan, ia ingin websitenya terisi dengan tulisan-tulisan seperti itu.

Ia berpikiran bahwa saya pasti bisa membuatkan berbagai tulisan, bertema tentang usahanya, dengan gaya penulisan sama seperti yang saya tulis.

Saya ragu.

Terus terang, sangat ragu.

Tetapi, karena tidak enak dengannya, yang juga merupakan kawan nongkrong kalau malam Minggu, saya memutuskan untuk menerima. Apalagi kawan saya itu sudah meminta berulangkali.

Bukan berarti menjual, tetapi, saya mengatakan kalau akan mencoba membuat satu artikel terkait usahanya sebagai contoh apakah bisa diterima atau tidak.

Setelah 3 hari, sebuah rekor terlama untuk membuat satu artikel dengan 500 kata, hasil tulisan diserahkan.

Komentarnya terhadap tulisan itu singkat. Sangat singkat.

Ia hanya berkata, “KOK NGGAK ENAK DIBACA SIH!. Beda banget dengan yang di Lovely Bogor.”

Menulis Untuk Diri Sendiri Lebih Menyenangkan Daripada Untuk Orang Lain

Marah? TIDAK. Saya mengakuinya bahwa tulisannya memang buat saya sendiri tidak enak dibaca. Aliran katanya jauh dari kata “mulus”, tersendat. Seperti ada mobil dengan busi yang sudah rusak, jalannya “ndut-ndutan“.

Sesuatu yang sudah diprediksi sejak awal. Bukan karena saya paranormal, tetapi saya mengenal diri saya sendiri dengan cukup baik. Karakternya saya hapal betul.

Itulah salah satu alasan mengapa saya selalu menolak kalau diminta untuk membuatkan artikel, oleh siapapun.

Masalah utamanya terletak pada

1) TIDAK BEBAS

Tujuan saya ngeblog salah satunya adalah melepas kepenatan dari rutinitas kehidupan sehari-hari, termasuk diantaranya bosan selalu diperintah bos. Kebebasan lah yang saya mau.

Dengan menerima order atau pesanan, sama artinya ada kekangan baru. Pembeli adalah raja. Siapapun yang memesan jasa adalah bos.

Keinginan saya untuk bebas dalam menulis, terkekang dengan posisi sebagai “bawahan” yang harus mengikuti apa yang dimaui oleh sang “bos”.

Secara mental, sejak awal, benturan itu sudah ada dan tidak bisa diatasi saat menulia.

2) TIDAK CUKUP PENGETAHUAN

Pengetahuan tidak cukup.

Dunia pendirian perusahaan bukanlah hal yang akrab bagi saya. Kalau masalah tekstil, saya bisa menjawabnya, begitu juga komputer, dan tentunya ngeblog. Tetapi, ini adalah sebuah hal yang sama sekali berbeda.

Tidak pernah disentuh sebelumnya.

Dan, hasilnya, saya tidak punya pengetahuan yang “cukup” untuk membuat sebuah tulisan.

Memang, banyak yang mengatakan bisa dipecahkan dengan membaca, tetapi kenyataannya tidak semudah itu. Terkadang yang kelihatannya sederhana, kalau memang kita tidak tahu, tetap saja terasa sulit.

Meskipun sudah membaca beberapa referensi, tetap saja banyak ketidakmengertian saat menulis.

Hasilnya, ya tidak heran kalau tulisannya seperti tersendat.

Pengetahuannya tidak cukup untuk itu. Butuh waktu untuk menggali lebih dalam dan mencapai level memadai untuk membuat tulisan.

3) NOT MY PASSION



Hal yang paling menyebalkan itu segala sesuatu yang berkaitan dengan aturan dan hukum. Ribet bacanya.

Entah siapa yang membuat aturan itu sehingga bahasanya bertele-tele dan penuh istilah. (Mungkin penulisnya berpikir kalau begitu dia terlihat keren.. hahahaha)

Malas.

Ngaku. Saya tidak gemar membaca hal-hal yang berkaitan dengan hukum.

Dan, masalah jasa pendirian perusahaan itu berkaitan erat dengan hukum. Sisi legalitasnya mau tidak mau akan berkaitan dengan segala produk hukum yang ada.

Hasilnya, ya itu tadi. Tulisan yang tidak enak dibaca. Sudah kurang pengetahuan , sebenarnya juga saya tidak menyukainya.

Bisa bayangkan hasil tulisannya.

4) GAYA PENULISAN

Jika Anda menulis tentang sebuah hal resmi, kira-kira, mungkinkah kita menulis dengan cara seenaknya? Sebaliknya, jika membuat artikel traveling, akankah pembaca tertarik kalau memakai gaya penulisan yang serius?

Hem..

Kenyataannya, keduanya tidak bisa sama dalam gaya penulisan. Pasar pembacanya berbeda. Masing-masing mengharapkan karya tulis dengan gaya yang biasa mereka pakai.

Tidak bisa dicampur adukkan.

Lovey Bogor didominasi oleh tulisan kuliner, wisata, informasi, yang bisa menggunakan gaya penulisan santai ala blogger. Tetapi, tentang pendirian perusahaan? Bisakah?

Ternyata hasilnya jadi “lucu”.

Bener lucu. Dan, nggak enak dibaca.

5) TIDAK BISA MEMBACA PIKIRAN ORANG

Mungkin, kalau saya bisa membaca pikiran orang, tulisan tersebut pasti lebih baik. Komentarnya pasti berbeda.

Kok bisa?

Ya, bisa karena saya bisa tahu apa yang dikehendakinya, gaya penulisan seperti apa, penyampaiannya harus dimulai dengan apa, dan bahkan pemakaian katanya juga bisa ditebak.

Masalahnya, saya cuma manusia biasa. Tidak bisa membaca apa yang ada di kepala dan hati orang lain.

Jadilah, saya bermain menerka, berasumsi, dan menginterpretasikan apa yang dikehendaki oleh si pemesan.

Ia hanya berpesan “Santai tapi informatif”.

Masalahnya, santai tiap orang itu berbeda. Bagi saya, tulisan di blog MM itu santai, tetapi bagi orang lain mungkin terlalu menghentak.

Informatif juga beragam, bagi seorang yang hanya paham istilah PT, CV, Firma, maka istilah merger bisa menjadi sesuatu yang spesial. Tapi, bagi mereka yang bergelut di bidang pendirian perusahaan, hal-hal itu adalah sesuatu yang remeh temeh.

Sayangnya, yah saya bukan pembaca pikiran yang baik dan gagal menerjemahkan kata “SANTAI TETAPI INFORMATIF” itu.

—-

Pengalaman itu pulah yang membuat saya tidak bisa membayangkan berada di posisi penjual jasa penulisan artikel. Mereka pasti akan sering berada dalam kondisi seperti ini. Pasti tidak jarang mereka harus melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan passionnya, menulis sesuatu yang tidak dipahaminya dengan baik.

Susah banget yah.

Susah, bukan berarti tidak mungkin.

Mungkin saja dilakukan, seperti masalah kurangnya pengetahuan yang bisa diatasi dengan membaca sebanyak mungkin, tetapi efeknya berarti memakan waktu lebih banyak lagi. Padahal, pesanan biasanya juga ada tenggat waktunya.

Yang sulit adalah menyesuaikan gaya tulisan agar sesuai dengan yang diminta. Benar-benar harus memahami gaya yang bisa diterima oleh dunia si pemesan.

Yang paling sulit, nomor 1. Karena saya blogger dan suka akan kebebasan, berada pada posisi penjual memberikan tekanan tersendiri. Tidak nyaman sama sekali. Itu juga alasan mengapa saya mengatakan “Menjadi Penulis Buku? NEHI! TIDAK MENARIK!”

Jadilah, saya memutuskan untuk tidak mencoba menjadi penjual jasa artikel seperti ini. Biarpun, banyak orang bilang peluangnya banyak, tetapi rasa hal-hal seperti inilah yang bisa diprediksi menjadi penghambat.

Lebih menyenangkan menjadi blogger. Lebih menyenangkan menulis untuk diri sendiri. Bebas. Lepas.

Setidaknya saat ini.

Bukan tidak mungkin pandangan itu berubah karena satu dan lain hal, tetapi, sementara ini rasanya itu yang terbaik.

4 thoughts on “Menulis Untuk Diri Sendiri Lebih Menyenangkan Daripada Untuk Orang Lain”

  1. Website Perusahaan jasa konsultasi pendirian perusahaan ditulis dng kalimat santai,,,maaf saya numpang ketawa Pak, hahahahah..bukan mengejek, tapi itu sulit dilakukan, saya lambaikan tangan ke kekamera kalau disuruhnya.

    Biasanya website seperti itu, kalimatnya berat dan ditulis oleh orang yang berpengetahuan kelas berat juga, kalau saya mah, mundur saya, daripada dikatai " Kok jelek… " !!

    ntar.. emosi lalu di kepala pemesan artikel kena jitak…yach lebih baik mundur secara halus…

    Kalau kaliamatnya santai, saya khawatir pembaca akan heran, karena tulisannya diantara serius dan tidak serius, padahal websitenya adalah website bisnis.

    Suruh dilombakan saja Mbak artikel pesanannya, biar nanti ia bisa melihat dan menilai mana2 tulisan yang cocok buat we-nya, lalu kemudian ia bisa join dng yang menang lomba. 🙂

    Reply
  2. @Kang Nata.. sudah terpikir sejak awal, cuma tetap rasa nggak enak karena teman nongkrong, jadi yah kudu dicoba.

    Cuma ya begitu deh karena memang bukan passionnya dan nggak nyaman nulis di bawah pesanan, makanya jadi begitu.

    Reply
  3. Saya masih punya hutang tulisan yang harus dilakukan. Penuh aturan dan ketentuan. Tapi saya harus menyelesaikannya tahun ini, karena tahun kemarin belum selesai.

    Sebagai hiburan, saya berusaha selalu menulis di blog. Dimana saya terbebas dari berbagai aturan tersebut.

    Reply

Leave a Reply to Kang Nata Cancel reply