Fokus Pada Kuantitas Bukan Kualitas

Fokus Pada Kuantitas Bukan Kualitas

Yah, menyenangkan sekali rasanya memulai tahun baru dengan cara yang anti mainstream, alias tidak umum. Bukankah itu yang selalu dilakukan oleh banyak orang agar tahun baru terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya?

Memang, tidak heran kalau kemudian ada yang mencibir dan nyinyir kalau membaca judul di atas. Bisa dimaklum karena selama ini, di dunia blogging, semuanya seperti dicekoki oleh pandangan umum, yang sebenarnya kurang bisa diterima oleh logika bahwa kualitas tulisan harus diletakkan di atas kuantitas.

Coba saja lihat apa yang disarankan oleh para master blogger Indonesia dan dunia. Mayoritas akan mengatakan hal yang serupa. Mereka kerap mengatakan bahwa seorang blogger harus mengedepankan kualitas dan jangan pada jumlahnya.

Pandangan yang kemudian diamini oleh ribuan, bahkan jutaan blogger lain, yang kemudian membebek dan mengulang-ulang perkataan yang sama dalam berbagai tulisannya. Sering terkadang tanpa “dikunyah” ulang (dipikirkan kembali masuk akal atau tidaknya). Semua ditelan dan disemburkan lagi dari mulut ke mulut.

Berseberangan dengan pandangan itu bukanlah pilihan bagi sebagian besar orang, tetapi, tidak buat saya, si blogger katrok yang keras kepala. Berbeda dari keumuman bukanlah sesuatu yang menakutkan, justru menjadi sebuah kesenangan tersendiri.

Dan, memang, saya berpandangan, seorang blogger, penulis informal di dunia maya, tidak seharusnya memfokuskan pikirannya untuk terlalu fokus pada kualitas tulisannya. Lebih baik fokus itu diarahkan pada kuantitas.

Tidak logis kah pernyataan seperti itu?

Coba saja renungkan sendiri.

Pernah membeli mangga di pasar? Penjualnya pasti akan mengatakan dan mempromosikan bahwa barang dagangannya itu sebagai “berkualitas”. Iya kan? Tujuannya, tentunya jelas sekali bahwa ia berharap orang membelinya.

Tetapi, apakah benar mangga itu pasti berkualitas karena penjualnya mengatakan demikian?

Tidak juga.

Keputusan ada di tangan pembelinya. Bila sang pembeli merasa puas dan apa yang dikehendakinya terpenuhi, maka ia akan dengan sukarela melabeli “mangga” itu sebagai sesuatu yang berkualitas tinggi.

Tidak sesuai dengan keinginannya, maka mangga itu tidak berkualitas.

Betul kan?

Sama halnya dengan blogger. Mereka bisa mengklaim bahwa tulisannya sudah berkualitas tinggi. Tidak beda dengan sang pedagang. Maklum saja ada kepentingan di balik celotehan sombong mereka, yaitu agar pembaca membeli “dagangannya”, yaitu tulisannya.

Cuma, tidak berarti tulisannya memang masuk kategori “berkualitas”. Banyak sekali tulisan para blogger di dunia maya, terutama yang mengajarkan bahwa kualitas itu lebih penting dari kuantitas, sebenarnya tidak enak dibaca dan jauh dari apa yang digembar-gemborkan.

Pernah menemukan yang seperti ini? Saya mah sering.

Dari sisi ini, terlihat sebenarnya bahwa kualitas bukanlah ditentukan dari seberapa banyak “ludah” yang keluar dari mulut penjual tentang barang dagangannya. Kualitas ditentukan oleh seberapa banyak pembeli yang merasa puas akan apa yang ditemukannya.

Mau berember-ember ludah yang keluar dari mulut penjual, jika pembeli mengatakan “TIDAK”, ya tidak berkualitaslah hasilnya.

Dan, untuk apa berfokus pada sesuatu yang ditentukan oleh orang lain? Kualitas adalah kata yang butuh pengakuan dari pemakai dan bukan penjual. Berfokus pada hal ini kerap menghabiskan terlalu banyak waktu saja.

Bukan berarti sebagai blogger, kita harus asal-asalan menulis. Tidak demikian dan tidak dimaksudkan seperti itu.

Penulis harus tetap berusaha melakukan yang terbaik. Mengeluarkan seluruh kemampuannya saat membuat sebuah artikel. Berpikir semaksimal mungkin berdasarkan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya.

Semua tetap harus dilakukan.

Tetapi, bukan berarti harus membuang waktu mempromosikan dan menyombongkan diri bahwa dirinya adalah penulis berkualitas.Biarkan saja, para juri, pembaca yang menilai. Jangan menjadi produsen, penilai, dan sekaligus pembeli.

Menghabiskan waktu.

Berbeda dengan masalah “Kuantitas”. Sisi yang satu ini adalah mutlak berada di bawah kendali produsennya. Dalam hal blogging, blogger adalah produsen artikelnya. Dan, dia bisa menentukan seberapa banyak tulisan yang harus dibuatnya.

Mau pembeli membaca atau tidak, bukan menjadi hambatan dan penghalang untuk memproduksi artikel. Mau pembaca mengatakan tulisannya tidak bermutu, sang blogger sebagai produsen bisa terus menulis sesuai dengan kemauannya. Pembaca bukan pengambil keputusan dalam hal ini, sang blogger lah penentunya.

Seorang bisnisman yang sukses, biasanya ia akan berfokus pada memanfaatkan apa yang bisa dikontrolnya dan melepaskan apa yang tidak bisa dipengaruhinya.

Mengapa demikian?

Karena kalau terfokus pada hal yang tidak bisa dikendalikannya, maka waktu akan terbuang percuma dan tenggelam dalam sesuatu yang tidak terlalu bermanfaat. Tidak efisien.

Ia akan memilih untuk mengedepankan apa yang menjadi kekuatannya, segala sesuatu yang bisa dikontrolnya dengan baik.

Dalam hal inipun, seorang blogger seharusnya berpikir demikian. Berpikir tentang kualitas tidak akan ada habisnya. Akan memakan waktu banyak. Apalagi masalah kualitas adalah masalah yang subyektif dan setiap orang bisa berbeda tentang apa yang berkualitas dan apa yang tidak.

Sulit menemukan titik temunya.

Berdebat tentangnya tidak akan menjadi perdebatan yang produktif.

Buang waktu saja.

Lebih baik, seorang blogger berfokus pada memproduksi jumlah sebanyak mungkin. Ia bisa membuat keputusan sendiri tanpa harus berdebat dalam hal ini.

Toh, tidak ada ruginya kalau membuat tulisan dalam jumlah yang banyak. Hal itu akan membuat tersedianya kata kunci dalam berbagai bentuk yang bisa ditemukan mesin pencari. Banyak tulisan juga akan menyenangkan bagi pembaca, terutama yang loyal.

Juga, bukankah hal itu membuat sebuah blog terlihat lumayan keren karena penulisnya produktif.

Bukankah hal itu lebih baik daripada berceloteh sehingga buih ludah bertebaran kemana-mana tentang betapa berkualitasnya tulisan kita?

Iya nggak?

Selamat Tahun Baru buat semua! Inilah tulisan pembuka ala Maniak Menulis di tahun yang baru ini. semoga di tahun yang baru ini, apa yang diidamkan dan dicita-citakan bisa terwujud.

8 thoughts on “Fokus Pada Kuantitas Bukan Kualitas”

  1. Selamat tahun baru juga, mas Anton.
    Semoga makin sukses blog ketjenya.

    Tentang kuantitas, kuakui blog Maniak Menulis sangat konsisten.
    Nah kalau blog travelling apa memungkinkan terus konsisten misalnya satu minggu sekali memposting artikel terbaru ?.
    Karena keterbatasan waktu dengan jam kerja harian juga butuh dana yang ngga sedikit untuk travelling.

    Reply
  2. @Himawan.. bukankah sama dengan blog Lovely Bogor. Meski di dalam kota sendiri tetapi dilakukan dengan cara traveling dan berkunjung langsung ke lokasi..?

    Keterbatasan waktu? Bukankah saya juga waktunya terbatas mengingat harus bekerja dan hanya menyisakan akhir pekan?

    Pada saat awal Lovely bogor berdiri, saya menulis setiap hari loh. Bahkan, satu hari pernah 3-4.

    Tidak masalah mas.. Hanya tergantung bagaimana kita mengolah apa yang kita punya. Sebuah bahan bisa dibuat berbagai macam tulisan kalau bloggernya mau (catatan, kalau mau yah). Banyak sudut yang bisa diambil dari apa yang kita temukan di jalanan.

    Sorry to say, tetapi, jawaban saya, ya tentunya bisa.. kalau mau. Kalau tidak ya tidak apa-apa.

    Kata kuantitas sendiri tidak memiliki jumlah tertentu. Banyak sedikit sifatnya relatif. Masing-masing memiliki sisi pandang yang berbeda. Tidak sama.

    Hanya, kalau ditanya, apakah blog traveling bisa menekankan kuantitas, jawabnya.. Ya sangat bisa..:-D

    Batasan itu adanya ada dalam diri kita mas HIm.. dan saya akan selalu mencoba menembus batasan itu.

    Reply
  3. Sudahlah nggak usah didengarin. omongan para master, mau nulis mah nulis saja. Bayangkan katanya harus nulis 1000 kata, lah terus tulisan yang dibawah itu tulisan apa? pengalaman pribadi sudah capek capek nulis 1000 kata, keyword dipas pasin, dentisasny2a dibuat diatas 1%, faktanya meski ada yang page one namun sisanya terpuruk. Mau nulis sesuaikan dengan kemampuan kalau bsai enjoy nulis 1000 kata silhkan tapi kalau dirasa berat ya 500 kata juga bagus

    Reply
  4. Asalkan konsisten menjalankannya saya dukung Pak. 🙂

    Mudah2an lumbungnya ngisi terus yach… sehingga banyak pengetahuan yg bisa saya serap di blog ini.

    saya tunggu artikel terbarunya. 🙂

    Reply
  5. @dwisu.. emang ga mikirin.. egp saja dengan yang mereka katakan..:-D

    @Kang Nata.. Mudah-mudahan di tahun yang baru bisa lebih konsisten lagi dan memang akan terus diperjuangkan seperti itu

    @mas bepe… Aaamiin.. semoga ya mas..

    Reply
  6. nampaknya saya harus menambahkan blog maniakmenulis ini ke list yang akan sy kunjungi sewaktu-waktu… 😀
    salam kenal mas Anton

    Reply

Leave a Reply to Himawan Sant Cancel reply