Blogger Harus Pandai Mengontrol Emosi

Blogger Harus Pandai Mengontrol Emosi

Awal tahun seperti sekarang ini, biasanya banyak blogger akan sedang mengeluh dan meratapi nasibnya. Tidak semua blogger sih, karena hal ini berkait dengan blogger yang memonetisasi blog mereka, terutama yang menggunakan jasa Google Adsens atau PPC lainnya. Mungkin juga yang mengandalkan content placement dan tulisan bersponsor merasakan hal yang sama.

Yah, harap dimaklum. Di permulaan tahun baru, sekitar bulan Januari, memang biasanya para pengiklan akan menahan diri untuk menggelontorkan dana promosinya. Biasanya di bulan ini perusahaan-perusahaan akan meninjau ulang hasil dari promosi di tahun sebelumnya, dan barulah kemudian membuat strategi promosi baru.

Pengunjung pun biasanya menahan diri untuk berbelanja. Pastinya kebanyakan dari mereka sudah menghabiskan dana lumayan untuk kegiatan berlibur di akhir tahun.

Imbasnya, yah paling tidak selama satu bulan, akan terasa sekali di dunia blogging. Klik menyusut dan BPK (Biaya Per Klik) iklan mengkerut.

Ujungnya, penghasilan blogger menurun. Sering drastis.

Mau tidak mau, hal itu mempengaruhi suasana kejiwaan banyak blogger yang bermain dengan cara ini. Jantung berdebar-debar karena pemasukan iklan tidak sesuai dengan jatah cicilan mobil, yang artinya debt collector bisa tiba-tiba muncul. Kepala gatel, meski rajin keramas, karena angka di dashboard Adsens terlihat menukik lebih dari 50% Rasa lemas dan kesal karena rencana kawin gagal akibat kiriman dari Adsense terjun bebas.

Yah, situasi emosi para blogger di bulan Januari biasanya sedang dalam situasi yang tidak stabil.

Coba saja bermain ke berbagai komunitas blogger bin Adsense Publisher. Biasanya mudah sekali ditemukan keluhan, rajukan, sampai makian dari sebagian blogger yang merasa diperlakukan tidak adil oleh dunia karena hal ini.

Dan, sebenarnya, yang seperti ini merupakan sesuatu yang kontra produktif.

Emosi yang berlebihan tidak akan membawa kebaikan.

Efeknya, justru bisa membuat perjalanan ngeblognya menjadi kacau. Rasa malas, putus asa, merasa melakukan hal yang sia-sia, semua bisa hadir jika emosi yang seperti ini tidak bisa dikontrol.

Kalau sudah begitu, efeknya, biasanya blogger jadi malas dan sampai tidak bisa berpikir untuk menelurkan tulisan baru. “Apa gunanya menulis kalau tidak dibayar dengan pantas?”, begitu biasanya pikir banyak blogger saat emosi sedang memuncak seperti dalam konsisi ini.

Patah arang.

Sesuatu yang seharusnya tidak perlu terjadi kalau para blogger mampu meredam emosi dan ambisinya. Wajar kok memiliki target menghasilkan uang, tetapi terlalu berambisi kerap membuat kita lupa pada kodrat yang ada.

Kehidupan manusia itu ada naik dan ada turunnya. Dalam setahun tidak semua bulan masa panen, pasti ada masa pacekliknya.

Naik dan turun adalah hal biasa.

Itu bagian dari kehidupan di dunia.

Dan, blogger adalah manusia yang tinggal di dunia.

Jadi, mau tidak mau, naik turunnya pendapatan merupakan bagian dari permainan di dunia blogging. Sesuatu yang tidak bisa dihindarkan.

… Kecuali, dalam tulisan para blogger tutorial atau internet marketing. Yang kebanyakan menunjukkan bahwa pendapatan mereka selalu menaik dan tidak pernah turun (padahal mungkin data yang jeleknya diumpetin).

Hal itu akan terjadi terus. Tidak akan berhenti , meski jutaan blogger mengeluh dan tidak bisa mengontrol emosinya karena merupakan bagian yang alami.

Ketidakmampuan mengontrol emosi, termasuk ambisi, dalam hal ini, tidak akan pernah berujung baik. Paling sedikit dan remeh, hasilnya adalah kita melontarkan perkataan buruk yang tidak menyenangkan. Paling jelek, ya berhenti ngeblog.

Blogger harus mampu memanage emosinya. Ia harus mencoba membuatnya selalu dalam posisi netral, sebisa mungkin. Semua itu tujuannya untuk memastikan bahwa tugas utamanya, memproduksi artikel/postingan tidak terganggu. Inti ngeblognya tidak rusak karena emosi.

Wajar kalau terkadang kesal, tetapi harus dipastikan bahwa hal itu tidak berlangsung lama.

Kalau berjalan lama, ya justru semakin sulitlah keadaannya. Sudah penghasilan turun, bloggernya mutung (ngambek), yo wis .. Blognya sengsara.

Iya nggak sih?

2 thoughts on “Blogger Harus Pandai Mengontrol Emosi”

  1. @Masandi.. lha saya juga turun setiap awal tahun mah.. normal bin wajar kalau permulaan tahun. Selalu begitu setiap tahun

    Reply

Leave a Reply to Masandi Wibowo Cancel reply