Tidak berbeda dengan internet, jalanan juga adalah sebuah sumber ide yang besar sekali dan bahkan tidak akan habis untuk digali. Maklum saja di jalanan itulah lalu lalang ribuan manusia setiap harinya menjalani kehidupannya serta berinteraksi satu dengan lainnya. Tidak heran bahwa segala sesuatu yang terjadi di jalanan bisa dijadikan bahan tulisan.
Itulah mengapa media besar akan selalu mengutus banyak wartawannya untuk rajin menyusuri jalanan karena mereka menyadari bahwa disana ada tambang ide yang bisa dijual.
Bagaimana dengan blogger? Yah, sebenarnya sama saja. Jalanan, kalau mau rajin sedikit, bisa dimanfaatkan sebagai sumber bagi postingan di blog. Hanya butuh sedikit kemauan, dan waktu luang, maka bisa didapatkan tidak terhingga “sesuatu” yang bisa ditulis.
Terutama, jika Anda adalah travel blogger atau blogger yang mengelola blog tentang kota.
Percayalah, tidak akan habis-habis bahannya.
Masalahnya, saking terlalu banyaknya, terkadang justru sulit menemukan idenya. Terlalu banyak dan pada akhirnya membingungkan untuk memutuskan mana yang harus dipilih. Tidak jarang pada akhirnya, justru tidak ada satu hal pun yang menjadi tulisan.
Hal yang pernah saya alami dulu ketika periode awal mengelola Lovely Bogor, blog bertema tentang kota dimana saya tinggal. Pusing memilih dan memilah.
Untungnya, tidak beberapa lama kemudian hal itu terpecahkan. Kebetulan pemecahannya didapat dari hobi yang satu lagi, fotografi. Caranya ternyata sama saja.
Kesalahan utama saya saat mencari ide di jalanan, pada masa-masa awal, adalah berpikiran bahwa “mencari ide” itu berarti harus berjalan terus, berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Harapannya ada hal yang menarik yang bisa ditulis.
Sayangnya, ternyata cara itu tidak tepat juga. Maklum, saat berjalan, perhatian tidak sepenuhnya fokus pada mencari. Memang, saya merasa mencari, tetapi sebenarnya tidak karena perhatian terpecah untuk menghindari orang yang berlalu lalang atau kendaraan yang lewat.
Juga, karena saya terus bergerak, sering banyak hal yang terlewat dan luput dari perhatian.
Saat itulah saya mencoba cara berbeda, yang berdasar pada prinsip hunting foto ala fotografi jalanan. Caranya ternyata tidak sulit dan justru sangat mudah.
Cara itu adalah “duduk, diam, amati, dan rekam“.
Yap.
Begitulah caranya.
Dalam fotografi jalanan, sikap demikian memberikan waktu pada kita untuk berpikir , “Apakah obyek tersebut bagus untuk dijadikan subyek foto?”, “Apakah latar belakangnya bersih dari gangguan?” “Apakah dinding bangunan itu memiliki warna yang pas dengan obyeknya?”, dan banyak hal lain bisa dipertimbangkan saat duduk diam di satu titik.
Ditambah mata jadi terfokus sepenuhnya untuk menemukan “sesuatu” yang “menarik”. Tidak ada gangguan harus melihat jalan agar tidak menabrak tiang listrik atau terjatuh ke selokan. Semua bisa difokuskan pada kegiatan “mencari”.
Ketika cara yang sama diterapkan dalam mencari ide, ternyata hal itu sangat berguna sekali. Dengan “duduk, diam, amati, dan rekam” tadi, saya bisa memperhatikan terkadang tingkah laku manusia yang berada di sekeliling. Bahkan, hal-hal yang kecil sekalipun kerap terlihat dengan jelas.
Akhirnya, setelah menggunakan cara ini, saya sering menemukan sesuatu yang sepertinya biasa, tetapi sebenarnya menarik untuk dijadikan bahan tulisan.
Contohnya :
- tukang becak yang melamun menunggu penumpang : bisa dijadikan sebuah tulisan tentang kehidupan penarik becak dan masa depan becaknya
- kebiasaan orang membuang plastik bekas minuman sembarangan yang bisa dijadikan bahan tulisan tentang perilaku ramah lingkungan atau kesadaran masyarakat yang kurang dalam hal ini
- kebiasaan berkendara melawan arus yang kerap dilakukan para pemotor
- dan masih banyak lagi yang bisa dilihat
Barulah kemudian saya rekam kejadian itu, baik dalam bentuk catatan kecil (memakai potongan kertas) atau memakai kamera yang ada. Biasanya saya memakai yang terakhir untuk “mencatat” sekaligus untuk menyediakan image bagi tulisan.
Dan, berdasarkan pengalaman itulah cara terbaik mencari ide di jalanan. Hasilnya lebih banyak dibandingkan berkeliling, apalagi di atas kendaraan. Yang pasti juga lebih murah karena bisa dilakukan dimana saja tanpa harus membayar tiket masuk.
Jadi, sekarang, kalau sedang butuh bahan tulisan, dan kebetulan lagi bokek, yang saya lakukan hanyalah
1. Menentukan mau bersemedi di jalanan mana di Bogor
2. Parkir kendaraan di parkiran terdekat
3. Nongkrong pada satu titik dan diam selama 15-30 menit untuk memperhatikan sekeliling
4. Kamera siap di tangan atau smartphone untuk “mencatat” ide baik dalam bentuk foto atau tulisan
Biasanya, setelah itu saya akan membawa pulang cukup banyak ide yang akan kemudian diolah lebih lanjut di rumah.
Banyak hasilnya yang sudah menjadi tulisan, baik di blog LB atau di MM.
Rasanya menyenangkan juga karena bisa mengusir kebosanan terlalu lama nongkrong di depan komputer dan berselancar di dunia maya. Jadi, bisa menjadi semacam refreshing atau penyegaran karena menghadirkan suasana yang berbeda dari sehari-hari.
Jadi, itulah menurut saya, cara terbaik mencari ide di jalanan.
Duduk, diam, amati, dan rekam.
Dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan ya Pak?
@riyan… Pasti itu
nongkrong… dan amati.. lebih fokus sepertinya. daripada sambil jalan… malah banyak melewatkan objek bagus. :-bd