Sikap Nyeleneh Bukan Berarti Tanpa Perhitungan

Nyeleneh atau nyleneh itu kalau diartikan bisa beragam, tergantung konteksnya. Cuma singkatnya bisa diartikan gokil, asal-asalan, aneh, atau melenceng di luar kewajaran. Intinya sebenarnya “tidak biasa” dan di luar keumuman.

Tidak jarang diartikan dalam konteks sesuatu yang “buruk”, walau sebenarnya tidak begitu. Nyeleneh biasanya mewakili sesuatu yang di luar kebiasaan saja dan bukan sesuatu yang melanggar hukum atau norma.

Contohnya, anak punk. Rambut ala mohawk. Kuping dan hidung ditindik dan diberi anting. Bahkan, tanpa melakukan apapun, mata orang akan melirik dengan sinis terhadap penampilan mereka yang tidak biasa. Tanpa mereka perlu melakukan sesuatu yang aneh sekalipun.

Tidak jarang, prasangka berkembang bahwa mereka sudah pasti penjahat dan bermasa depan suram. Padahal, belum tentu juga. Masa depan seseorang tidak akan pernah ada yang tahu.

Itulah salah satu bentuk nyeleneh yang umum di kalangan masyarakat.

Dan, rasanya, setelah tulisan sebelum ini terbit, tidak akan heran kalau ada pandangan sinis terhadap saya dan blog ini. Tulisan kemarin yang memberikan solusi masalah error tombol komentar bukan tidak mungkin akan mengakibatkan pandangan sinis .

Masalahnya adalah karena solusi yang ditawarkan, bukanlah hal yang umum. Dalam dunia blogger, sebuah masalah biasanya harus dipecahkan dengan jawaban berupa kode-kode, tips atau trik, dan sejenisnya.

Juga, kalau tombol balas komentar yang tidak berfungsi, harapan banyak orang adalah tombol itu dibuat berfungsi lagi.

Oleh karena itu, tidak heran kalau saran untuk “membiarkannya” atau bahkan “menutup kolom” komentar bisa dianggap gila dan asal-asalan. Soalnya, dalam dunia blogger, kolom komentar kerap dianggap sebagai sesuatu yang maha penting dan harus selalu ada. Meskipun tidak ada komentar yang masuk sekalipun, kolom itu “HARUS” ada.

Padahal, tidak selalu harus demikian.

Kolom komentar adalah hanya salah satu fitur aksesori saja. Pelengkap. Bukan keharusan. Tanpa kolom tempat pengunjung memberikan pandangannya, sebuah blog masih bisa berjalan normal. Tidak ada masalah apapun.

Bloggernya tetap bisa menulis pandangannya dan berbagi apapun yang dikehendaki.

Jadi, inti bloggingnya tidak tersentuh sama sekali dan bisa berfungsi dengan baik.

Sayangnya, pandangan ini bukanlah sesuatu yang umum dan bahkan cenderung tidak akan bisa diterima. Para blogger sekarang banyak yang mendewakan blogwalking dimana bahkan seorang yang berkunjung ke blog, diharapkan selalu meninggalkan komentar.

Tidak jarang kalau tidak memberikan hal ini, kalau sesama blogger, dianggap tidak sopan. Banyak blogger yang memandang bahwa berkomentar adalah tata krama ngeblog.

Lagi-lagi, pandangan yang sebenarnya juga tidak benar.

Tidak ada keharusan untuk itu.

Semua bebas-bebas saja. Mau berkomentar atau tidak, ya itu hak pribadi masing-masing. Tidak menunjukkan apa-apa.

Bahkan, kalau si empunya blog yang dikomentari tidak memberikan respon sekalipun, sebenarnya tidak masalah juga. Mungkin saja ia sedang sibuk dan tidak punya waktu. Bisa jadi dia benar-benar membebaskan orang mau mengomentari apapun tulisannya.

Tetapi, sayangnya, banyak blogger atau pengunjung yang menyalahartikan bahwa sang blogger sebagai kurang ramah dan sebagainya. Padahal, tidak selalu demikian.

Sikap nyeleneh dalam kasus kolom komentar ini saya ambil karena tidak melihat urgensinya. Memang banyak blogger membuatnya seperti masalah hidup mati, tetapi saya tidak melihatnya demikian.

Masalah itu hanya sebuah masalah pada aksesori ngeblog saja. Bukan sesuatu yang vital. Tidak ada pun, tidak akan menjadi masalah untuk saya, dan sebenarnya juga bukan masalah buat pengunjung. Mereka masih bisa membaca pandangan dan tulisan sang blogger.

Nyeleneh memang kalau dibandingkan dengan pola pikir masyarakat blogger yang semakin kesini sepertinya semakin gemar menyempitkan diri dalam kotaknya sendiri. Semua dibuat batas, dan orang lain dipaksa menerima batasan yang dibuatnya.

Sayangnya, saya malas menerima batasan orang lain. Saya akan melakukan apa yang ingin saya lakukan dengan bebas. Sudah di dunia nyata terkekang, kalau di dunia maya pun harus terkekang, mendingan sekalian tidak ngeblog.

Sikap nyeleneh itu memang sengaja diambil. Tidak ada ruginya buat saya, dan sebenarnya tidak ada ruginya juga untuk pengunjung.

Jadi, bukan tanpa perhitungan. Justru karena saya penuh perhitungan, terutama dengan waktu yang kebetulan saya tidak punya banyak. Toh, selama kolom komentar masih berfungsi dan bisa menerima teks, komentar masih bisa dimasukkan. Bedanya hanya susunannya saja yang tidak biasa.

Jika berkeberatan dengan kolom komentar di Maniak Menulis, boleh saya sarankan sesuatu? Ya, tidak usah meninggalkan komentar saja. Daripada bikin hati sendiri jadi tidak enak. Lebih baik tidak usah.

Tetapi, ya jangan minta bloggernya “yang memang suka nyeleneh” ini merubah apa yang tidak mau dirubahnya. Karena pasti tidak dituruti, karena saya bukan pelayan toko yang mau memenuhi permintaan untuk menyenangkan pelanggannya.

Saya blogger yang sedang menerima kunjungan dari teman atau rekan dengan caranya sendiri, yang mungkin berbeda, atau anti mainstream alias tidak biasa.

Itu saja. Tidak dilarang kok untuk berprasangka, toh yang rugi bukan saya.

7 thoughts on “Sikap Nyeleneh Bukan Berarti Tanpa Perhitungan”

  1. Ha ha ha Saya berarti yang termasuk nyleneh dong karena membiarkan apa adanya kolom komentar…kalau disuruh edit edit waaah mending buat nulis artikel…

    Reply
  2. Saya nih yang kurang nyeleneh, sebab enggak betah melihat sesuatu yang tak berfungsi seperti tombol balas pada kolom komentar.

    Sebab saya merasa itu adalah sebuah bugs. dan saya akan penasaran untuk mencari tahu penyebab bugs itu, maklumlah Pak Anton memang itu pekerjaan saya.. he..he..he.. 🙂

    Reply
  3. @Masandi… masing-masing sisi pandang dan kebiasaan. Kalau saya sih cenerung menganggap hal itu biasa saja.. Bukan sebuah masalah penting . Tapi, wajar kalau mas menganggap itu bugs.

    Menjadi nyeleneh atau tidak itu adalah pilihan

    Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply