Leaving Holland : Meninggalkan Kampung Halaman Berbekal Blog

Leaving Holland : Meninggalkan Kampung Halaman Berbekal Blog

Pernahkah Anda membayangkan atau merasakan tinggal jauh dari kampung halaman? Jauh dari sanak saudara dan orang-orang yang kita kenal? Yah, saya pernah merasakannya, meski hanya untuk waktu yang singkat untuk melakukan perjalanan dinas saja. Bukan untuk seterusnya.

Itu saja rasanya sudah tidak menyenangkan terpaksa harus meninggalkan dunia tempat selama ini saya dibesarkan. Berat rasanya, padahal biasanya menurut jadwal 1-2 minggu kemudian, saya akan kembali pulang.

Tetapi, tetap tidak enak rasanya. Mungkin karena saya orang kampung dan memiliki ikatan terlalu erat dengan tempat dimana saya tinggal, rumah.

Oleh karena itu, sulit bisa membayangkan rasanya apa yang dilakukan oleh Jennifer Slagt, seorang wanita asal Belanda yang berusia di atas 50 tahun ini. Ia benar-benar melakukan apa yang menjadi nama blog miliknya, Leaving Holland yang artinya “meninggalkan Belanda”.

Wanita ini memang kelahiran Belanda, tetapi kemudian pindah ke berbagai negara dan kemudian karena pekerjaan ia harus berkelana dari satu negara ke negara lain. Tetapi, setiap penugasan ia kembali ke negara asalnya, Belanda.

Hanya saja, pada tahun 2015 ia merasa sudah cukup untuk melakukan semuanya dan memutuskan untuk benar-benar hidup tanpa “tujuan” dan terus berpindah tempat.

Pada tahun itu ia memutuskan menjual semua “miliknya”, rumahnya dan harta bendanya dan pergi dari negara asalnya untuk menetap entah dimana. Sekehendak kaki melangkah.

Negara pertama yang menjadi tempat persinggahannya adalah Philipina. Selama di negara inipun, ia tidak menetap di satu tempat, melainkan berkelana ke segala penjuru negara kepulauan tetangga Indonesia itu. Kendaraan yang dipergunakannya adalah sepeda motor.

Target berikutnya, yang sudah ditetapkan untuk tahun 2019 , ia sudah harus pergi dari Philipina ke negara lain. Yang juga belum ditentukan. Selain Philipina, sampai dengan saat ini ia sudah menyinggahi Malaysia juga.

Sebuah perjalanan yang tidak bisa terbayangkan.

Bagaimana bisa? Pekerjaan tetap pun tidak dimilikinya karena tentunya tidak ada perusahaan yang mau mempekerjakan seseorang yang hidup secara nomaden.

Untuk membiayai cara hidup nomadnya ini, J.C., begitu panggilannya mengandalkan pada blognya tadi, Leaving Holland. Dari sanalah ia mendapatkan sumber pemasukan untuk membiayai kehidupannya.

Bukan dari iklan karena websitenya bersih tanpa kehadiran satu kotak iklan pun. Penghasilannya didapat dari memberikan konsultasi online tentang cara hidup atau cara hidup negara tertentu, juga dari member area dimana tulisan-tulisan tertentu berada, dan satu lagi dengan menjual fotonya.

Jennifer adalah juga seorang fotografer dan ia menjual karyanya via website miliknya atau beberapa website foto lainnya.

Dari sanalah ia mendapatkan sumber nafkah dan bertahan hidup.

Memanfaatkan cara hidupnya yang berpindah-pindah ini pula, JC menjadi salah satu penulis di tripadvisor yang rajin memberikan saran. Tidak mengherankan mengingat pengalamannya bahkan sebelum ia memutuskan hidup secara nomad.

Satu website/blog yang menarik untuk dibaca. Mengikuti perjalanannya juga memberikan banyak informasi mengenai negara-negara lain. JIka Anda bisa berbahasa Inggris, silakan kunjungi websitenya di SINI.

Meski, sampai sekarang saya masih geleng-geleng kepala kalau membaca cerita dan gaya hidupnya. Tidak terbayangkan.

Berani meniru?

8 thoughts on “Leaving Holland : Meninggalkan Kampung Halaman Berbekal Blog”

  1. Gila! Saya rasa hampir 99,99% manusia yang punya kewarasan akan menjawab tidak untuk tantangan ini. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang kesulitan hidup nomaden pada masa sekarang. Ikatan keluarga salah satunya. Di luar itu masih banyak lagi. Tak terbayangkan. Antara menakjubkan, kagum, sekaligus ngeri.

    Reply
  2. Sumpah.. kalau saya sih jawabnya sama, nggak mau ah… hahahaa.. sedikit pergi saja sudah bikin tidak nyaman, apalagi yang seperti ini..hahahaha

    Reply
  3. " Tetapi, setiap penugasan ia kembali ke negara asalnya, Belanda." Maksud kalimat ini gimana yach Pak ? apakah ada kata2 yang tercecer…. 🙂

    Tujuan hidupnya sebenarnya jelas kalau menurut saya pak " Yaitu Berkelana, alias suka berpindah tempat berpijak ". 🙂

    Kalau kita sich, mana mau hidup seperti itu, bisa2 disangka stresss…. sudah harta habis, sanak keluarga jauh, terus kalau ada undangan Hajatan… kan bisa repot kitanya….

    Reply
  4. " Bukan dari iklan karena websitenya bersih tanpa kehadiran satu kotak iklan pun. "

    Iklannya ada loh Pak… saya lihat satu, merek AGOda iklannya. 🙂

    Reply
  5. Tidak.. sebelum dia memutuskan meninggalkan Belanda ia memang sudah bekerja di beberapa negara. Tetapi, setiap selesai penugasan disana, ia kembali ke Belanda. Jadi, bukan karena ia memang ingin berkelana tetapi karena dia ditugaskan.

    Barulah setelah tahun 2015 ia benar-benar berkelana dengan caranya sendiri bukan ditugaskan.

    Tujuan hidupnya berubah Kang.

    Reply
  6. Iyah saya kurang jeli ternyata ada satu kotak.. bukan dua … di sidebar. Thank you.

    Mungkin saya terpengaruh penuturannya yang memang menjelaskan hidupnya dari member fee dan fotografi saja dan tidak memperhatikan ada satu kotak di sidebar.

    Thank you buat kejeliannya

    Reply
  7. Masak dapat Thank You Pak… ! 🙂 susah loh nyari2 kesalahan ditulisan pak Anton… lempar2 kue khas Bogor dong….hahahah. 🙂

    Reply
  8. Hahahaha.. gampang banget nyari kesalahan saya mah Kang.. Tapi spesial buat Kang Nata. Kirimkan alamat lewat email deh, nanti saya pikirkan apa yang harus dikirim ke Kang Nata. Cuma ga akan bisa lapis Bogor soalnya tidak tahan lama..

    Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply