Blogger Bukan Manusia Super Nan Sempurna

Blogger Bukan Manusia Super Nan Sempurna

Manusia adalah makhluk yang sempurna dalam ketidaksempurnaannya. Sebuah filosofi yang sebenarnya agak ruwet dan membuat orang harus sedikit berpikir untuk menangkap maknanya. Lebih mudah untuk mengatakan manusia adalah makhluk yang tidak sempurna, tetapi kalau dikatakan dengan cara seperti ini tidak 100% maknanya tersampaikan.

Filosofi yang memang dibuat ruwet supaya terkesan keren itu sebenarnya mengatakan kalau manusia adalah tempatnya berbuat salah. Tidak pernah ada manusia yang tidak berbuat kesalahan dalam hidupnya. Semua pernah melakukannya. Justru kalau tidak pernah berbuat salah, maka dia bukanlah manusia.

Karena manusia memang dibuat oleh pencipta-NYA sebagai makhluk yang akan selalu berbuat kekeliruan. Tidak akan pernah tidak.

Blogger adalah manusia.  Dan, saya seorang blogger.

Berarti saya adalah makhluk yang pernah melakukan kesalahan, sedang melakukan kesalahan, dan akan melakukan kesalahan lebih banyak di masa depan. Tidak terhindarkan dan pasti hal itu akan terjadi.

Jangan diharapkan untuk berhenti dari itu karena pada saat itu terjadi saya sudah berhenti jadi manusia.

Pemikiran seperti inilah yang membuat saya berpikir, mengapa saya, sebagai blogger harus melakukan branding atau pencitraan? Ketika saya melakukan branding, saya berarti berusaha untuk “meniadakan” kesalahan dan kekeliruan dari pandangan orang lain, yang dalam hal ini para pembaca di blog-blog saya. Saya harus “sempurna” di mata pembaca, kalau pencitraan harus dilakukan.

Mengapa saya harus berusaha tampil sempurna, layaknya seorang jenius yang tahu segalanya? Mengapa saya harus menampilkan hanya sisi baik dari saya sebagai blogger supaya disebut sebagai profesional? Mengapa saya harus terlihat elegan dan luar biasa di mata orang lain?

Mengapa saya harus menjadi orang lain, yang sempurna hanya untuk menarik pengunjung datang dan membaca tulisan-tulisan saya?

Haruskah keinginan untuk meraup recehan dari blog membuat saya harus menjadi manusia sempurna?

Sebuah pengingat kecil hadir di depan mata beberapa hari yang lalu. Di sebuah tulisan berjudul “Leaving Holland : Meninggalkan Kampung Halaman Berbekal Blog“, sahabat saya Kang Nata menemukan ada kesalahan dalam data yang dipakai.

Saya berpikir si Jennifer Slagt tidak memakai iklan untuk mendapatkan penghasilannya, tetapi si admin Asikpedia menemukan ada satu kolom iklan di sidebar. Dan, dia benar.

Ada beberapa opsi pilihan untuk mengatasi komentar atau kritik yang seperti ini, seperti :



1. Melakukan koreksi langsung 

Pilihan yang bagus kalau tujuannya branding karena berarti tidak ada kesalahan yang akan ditemukan oleh pembaca berikutnya.

Tetapi, berarti saya menutupi kesalahan dan membuat kritikan/komentar Kang Nata tidak nyambung dan tidak berdasar. Mungkin oleh pembaca berikutnya, sahabat saya ini akan diduga memberi masukan atau kritik tak berdasar.

Saya untung, Kang Nata rugi.

2. Melakukan Koreksi dan Memberitahukan  Yang Memberi Masukan

Sepertinya selesai, tetapi para pembaca yang lain tidak bisa mengikuti alur cerita dan permasalahan. Kang Nata masih bisa disebut sebagai memberi komentar/kritikan yang entah apa.

Dan, saya masih menutupi bahwa sudah terjadi kesalahan pada tulisan.

3. Cuek 

Paling mudah dan sering dilakukan adalah tidak merespon sama sekali. Tidak perlu repot-repot mengurusi hal kecil seperti itu.

Cuma, bukan itu yang harus dilakukan teman kepada temannya yang memberi masukan.

4. Ngotot dan Berbohong

Bisa saja saya mengatakan, waktu saya lihat tidak ada atau belum ada. Omongan Kang Nata dibenturkan dengan omongan saya.

Pembaca yang lain dipersilakan memilih mau percaya pada saya atau si pemberi masukan.

Nah itu, opsinya.

Cuma, saya memutuskan tidak memilih satu dari semua itu. Saya memutuskan untuk mengakui saja memang saya tidak jeli dalam hal mengamati. Tidak juga saya melakukan perubahan apapun dalam tulisan tersebut. Tulisan dibiarkan apa adanya saja, persis seperti pertama kali diterbitkan.

Blogger Bukan Manusia Super Nan Sempurna

I was wrong. Saya salah.

Itu saja.

Secara branding, pengakuan salah seperti ini adalah sebuah hal yang buruk. Pengalaman sebagai marketing mengatakan secara terbuka bahwa ada kekeliruan yang dilakukan adalah sebuah bencana. Lebih baik mencari cara menenangkan, mengalihkan atau berkelit sehingga pada akhirnya semua lupa dan tidak membahas lagi.

Itulah mengapa banyak perusahaan kalau mendapat kritikan atau masukan akan berusaha tidak mengakui secara gamblang bahwa memang ada kesalahan yang dilakukan. Pengakuan seperti ini buruk bagi Public Relation (PR). Orang akan kehilangan kepercayaan.

Tetapi, saya bukanlah perusahaan. Saya hanya seorang blogger saja. Seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan. Bukan manusia super atau malaikat.

Tidak ada image tentang diri saya yang harus dipertahankan dengan cara menutupi “kebenaran” atau “fakta” bahwa saya sudah melakukan kesalahan. Kejujuran lebih penting dibandingkan itu. Kalaupun hal itu berarti saya dianggap tidak bisa dipercaya lagi, itu adalah sebuah resiko.

Berbeda dnegan banyak internet marketer yang akan mati-matian mempertahankan citra dirinya, saya hanyalah blogger saja. (Saya pernah mengalami memberikan kritik kepada seorang yang menyebut dirinya blogpreneur, dan kemudian ia menghapus beberapa bagian koreksi yang saya berikan sambil memperbaiki tulisannya)

Tetapi, saya pikir tidak ada gunanya tampil sempurna dan “seperti” tidak pernah berbuat kesalahan sementara kodratnya manusia adalah tempat berbuat salah.

Buat saya bertindak seperti itu adalah kekeliruan.

Bagi saya, mencoba tampil bak manusia super nan sempurna tidak seharusnya dilakukan blogger. Blogger hanyalah manusia biasa dan manusia biasa selalu akan berbuat salah.

Sempurna dalam ketidaksempurnaannya.

Itulah saya.

5 thoughts on “Blogger Bukan Manusia Super Nan Sempurna”

  1. hahahahah…Pak Anton bisa saja membuat' saya eksis…. saya jadi salting alias salah tingkah.

    kalau tidak salah saya pernah mengkoreksi dua hal di Maniak Menulis :

    1. MASALAH JUDUL YANG KURANG HURUFNYA

    ini saya lakukan karena, judul adalah kalimat yang akan dilihat orang pertama kali.Setuju ?

    Dan Saya tidak mau pembaca blog idola saya ini ( uhuk- uhuk )
    berpikiran " Judulnya saja salah ketik, bagaimana isinya ! " .

    Pola berpikir seperti itulah yang ingin saya hilangkan, dengan cara menyarankan di kolom komentar.

    2. ISI KALIMAT YANG BERTENTANGAN DENGAN FAKTA

    Karena menulis tidak sesuai dengan fakta, sudah tentu sebuah artikel akan tercoreng nama baiknya.Apalagi disisipkan link menuju ke websitenya langsung, kemungkinan besar pembaca akan membuktikan isi tulisan.

    Nah…hal ini tidak saya inginkan, terutama dengan blog yang sudah saya baca isinya dari Tahun 2016 dan sudah banyak tulisan saya yang goreskan mengenai blog ini.

    Soal untung apa rugi, saya EGP pak, hahahah…. toh tidak semua pembaca melihat komentar saya, mungkin mereka hanya sibuk meninggalkan jejak saja alias tidak fokus baca komentar saya.

    Waktu itu saya sengaja komentar agak pendek, sehingga kalaupun dihapus komentarnya no Problem, asalkan tulisannya diperbaiki dan orang lain tidak menyangka hoax.

    SuperMak juga Bukan SuperMan, jadi selagi masih dalam golongan manusia, salah itu pasti ……..

    Yang tidak pernah salah itu adalah Malaikat, Apa Ada Malaikat yang jadi Blogger ?

    Kalau ada kabari saya, saya mau belajar SEO . 🙂

    Reply
  2. Nggak tahu ada malaikat yang jadi blogger nggak.. sejauh ini belum ada yang branding dirinya sebagai malaikat. 😀

    Tidak Kang, saya memilih mengakui. Mendelete mudah dan menguntungkan, tetapi saya berubah menjadi orang lain.. dan saya tidak mau itu. Biarpun orang lain tidak peduli, yang penting saya peduli terhadap hal itu..

    Koreksi adalah masukan yang berharga dan akan tetap dihargai. Jadi, untuk itulah tulisan ini dibuat, sebagai penghargaan untuk Kang Nata.

    Jadi, jangan salting duoongg..:-D

    Reply
  3. Pak, yang dimaksud iklan di leavingholland itu yang di widget berjudulkan ADVERTISEMENT itu ya, yang isinya tentang akomodasi di agoda? Kalau memang iya, kayaknya itu bukan iklan deh, tp lebih ke link afiliasi meskipun secara fungsi sama saja. Tp semoga saya keliru.

    Reply
  4. Iya Kang Hamsul, kemungkinan besar begitu. Tetapi, karena dalam tulisan tidak disebutkan ada iklan (termasuk link affiliasi), ya harus diakui.

    Link affiliasi, apalagi sampai menampilkan merchandisenya, ya tetap iklan Kang.

    Reply

Leave a Reply to Hamsul Basri Cancel reply