Tips #5 : Paragraf Gemuk Membuat Malas Membaca

Tips #5 : Paragraf Gemuk Membuat Malas Membaca

Pernah membaca tulisan berisikan “paragraf gemuk”? Maksudnya, sebuah paragraf yang terdiri dari banyak kalimat dan kata-kata.

Saya sering menemukannya, terutama kalau membaca tulisan dari rekan-rekan blogger traveling atau tulisan emak-emak. Isinya bisa panjang sekali mencapai 10 kalimat dan setiap kalimat terdiri dari kadang 15-20 kata.

Biasanya yang begini, saya lewatkan saja. Cukup baca kalimat awal, kalau memang dirasa perlu. Kalau tidak perlu dan tidak menarik, ya bablas saja. Bukan karena tidak menghargai, tetapi entah kenapa rasa malas itu hadir tiba-tiba kalau menemukan yang seperti ini, di internet yah.

Padahal, dulu saya pernah menulis dengan gaya paragraf gemuk seperti ini, tetapi bukan di blog. Yang seperti ini saya lakukan saat menulis skripsi dan makalah, dulu, saat masa kuliah.

Kok bisa berubah begitu?

Yah, bukan berubah kok.

Menulis skripsi atau makalah formal ada panduan khususnya. Inti kalimat harus diterangkan sejelas mungkin dan serinci mungkin. Oleh karena itu, sebuah kalimat awal/inti, harus diperjelas dengan sebanyak mungkin kalimat yang berkaitan dengan inti paragraf itu. Tidak bisa tidak. Kalau tidak begitu, dosen pembimbing kerap mempertanyakan dan menegur.

Berbeda dengan tulisan para blogger dan di internet.

Justru, berdasarkan pengalaman dan pengamaan, tidak seharusnya menggunakan teori “paragraf gemuk” nan bohay ala skripsi. Seharusnya dibuat sesingkat mungkin dan tidak terlalu panjang. Kalau mau rinci dan detail, sebaiknya dipecah menjadi beberapa paragraf ramping.

Alasannya, ya itu tadi. Pembacanya menjadi malas. Terutama mereka yang sedang mencari informasi, yang sebenarnya butuh untuk menemukan inti dari tulisan secepatnya. Belum lagi, rasanya melihat kalimat nan panjang dan kata yang banyak bertumpuk itu terlihat sangat ruwet.

Belum apa-apa rasa malas itu sudah hadir.

Itu rasanya bukan pandangan saya saja. Pengalaman di atas kereta dimana ratusan orang menghabiskan waktu dengan membaca di gadget mereka menunjukkan hal yang sama.

Kebanyakan orang akan lebih sibuk menggunakan jempolnya untuk men-scroll layar gadgetnya dibandingkan meluangkan waktu membacanya, terutama saat menemukan paragraf padat nan gemuk. Waktu agak lama ketika mereka membaca paragraf pendek-pendek. Jempol mereka sedikit kurang aktif.

Hanya pengamatan saja. Tetapi, tidak bertentangan juga dengan hasil penelitian di luar negeri sana bahwa masyarakat zaman now tidak meluangkan waktu yang sama saat membaca tulisan di internt. Berbeda dengan membaca buku.

Jadi, tidak heran kalau saat membaca tulisan di dunia maya, jempol mereka lebih aktif.

Oleh karena itu, sebaiknya paragraf dalam postingan di blog haruslah ramping.Tidak ada patokan yang pasti, tetapi 2-3 kalimat ringkas per paragraf rasanya cukup.

Satu kalimat sebisanya jangan lebih dari 12-15 kata (bahasa Indonesia). Ini bukan mengada-ada karena Flesch Reading Ease, alat yang menjadi dasar YOAST SEO, juga menyarankan hal seperti itu. Tidak terlalu panjang.

Tetapi, ini hanya sekedar sharing saja. Bukan sebuah keharusan. Apapun itu hak siapapun mau memakai cara apapun saat menulis. Jika merasa bahagia dengan menggunakan paragraf gemuk, ya lakukan saja.

Hanya, walau tidak peduli apakah tulisan ini akan dibaca atau tidak, saya akan berusaha membuat orang tidak kabur duluan hanya karena postingan terlihat ruwet seperti benang kusut.

Jadi, silakan pilih jalan Anda.

9 thoughts on “Tips #5 : Paragraf Gemuk Membuat Malas Membaca”

  1. Saya sependapat pak, mata jadi bosan membacanya. Saya terkadang pakai sistem 1,2 ,3 kalimat untuk satu paragraf, biar mata tidak cepat ngantuk, …..

    kalau terlalu bohay, wah…saya terkadang jadi hilang nafsu membacanya…. paling2 lihat gambarnya doang…hahahah.

    Reply
  2. setuju sekali dengan hal ini om. saya juga termasuk yang konsen terhadap paragraf pada setiap artikel saya. kalau terlalu panjang saya sendiri kadang jadi gak enak bacanya. wkwkwkw..

    Reply
  3. Saya juga enggak begitu suka cewek.. eh paragraf gemuk Pak. saya aslinya tipe yang suka males baca kalau di rasa topiknya gak cocok buat saya, apalagi kalau lagi enggak mood.

    kadang saya juga males komen di artikel yang demikian. bukannya saya enggak menghargai para blogger yang udah berkunjung ke blog saya.

    tapi saya kadang bingung mau komen apa daripada saya komennya ngawur asal jeplak ,tapi tetap saya berkunjung balik walaupun tidak komen apapun.

    apakah ini manusiawi pak?

    #edisi curhat he..he…

    Reply
    • sama om.. tidak ada keharusan untuk komentar. Itu hanya kebiasaan saja, jadi enjoy saja..

      Manusiawi banget…. namanya manusia

      Reply

Leave a Comment