Cerita Di Balik Pindah Server

Cerita Di Balik Pindah Server

Enaknya jadi blogger itu banyak, tapi yang paling enak itu adalah ketika kita bisa memperlihatkan kepada dunia apa yang kita mau mereka lihat. Kita bisa terlihat kuat, pandai, hebat. Padahal, pasti ada sisi lain yang tidak diperlihatkan kepada dunia luar. Pembentukan branding sebenarnya bisa dilakukan dnegan mudah karena pembaca hanya tahu apa yang kita ceritakan kepada mereka.

Salah satu pengalaman baru-baru ini menunjukkan hal tersebut. Kasusnya berkaitan dengan pindah server untuk beberapa blog WordPress Self Hosted yang saya lakukan kurang lebih satu setengah bulan yang lalu. Perpindahan dilakukan dari shared hositng ke managed VPS.

Tidak ada yang menyadari bahwa banyak cerita di balik pindah server itu. Termasuk diantaranya kepanikan yang dialami dan rasa kesal bin sebal yang menggunung.

Bagaimana tidak. Lima buah blog utama penghasil trafik ribuan dipindahkan sekaligus, maklum satu blog TLD dan 4 subdomainnya dipindahkan sekaligus ke hosting baru. Hasilnya, trafik pengunjung drop drastis hingga 40-50% dari sebelum pindah.

Puyeng dah.

Kesal. Bete.

Ada juga rasa sesal karena melakukan perpindahan server melihat grafik pengunjung yang menurun drastis kala itu.

Ribuan pembaca setiap harinya entah nyasar kemana.

Muka seperti baju yang tidak dicuci lebih dari seminggu. Kusut. Berantakan. Maklum juga karena dengan minggatnya pengunjung, pendapatan pun menukik drastis.

Penyebabnya, berbagai tulisan yang biasa nangkring di halaman 1 SERP Google juga desersi ke halaman 2, 3, 4, sampai halaman yang saya sendiri malas mencarinya. Kabur diterbangkan oleh angin puyuh.

Rupanya, ada satu hal kecil yang saya tidak sadari merupakan penyebab dari semua itu. Blog-blog itu bermula disetting memakai “naked domain” alias tanpa “www”. Kemudian, pada saat perpindahan, setting di server baru disarankan memakai “www”, dan saya ikuti karena sesuai anjuran dari yang mengelola server.

Hal itu ternyata, setelah membaca banyak tulisan (terpaksa dari blogger luar negeri karena yang dalam negeri jarang membahas yang seperti ini), memberikan pengaruh besar dalam hal SEO dan kerap menyebabkan penurunan trafik pengunjung.

Belum ditambah dengan error 404 alias halaman tidak ditemukan yang menumpuk karena selain masa propagasi, juga terjadi kesalahan dalam melakukan setting yang membuat saya harus mengulang instalasi. Mudah memang, tetapi yang memakainya katrok dan rada gaptek. Hasilnya, tumpukan “404” banyak muncul di Google Webmaster.

Pokoknya, terasa suram sekali. Hasil kerja keras bertahun-tahun seperti melayang hilang entah kemana. Pingin rasanya berhenti ngeblog saat itu. Soalnya bukan kali pertama kehilangan ribuan trafik seperti itu. Sebelumnya sebuah blog juga pernah kena hack dan sampai harus dibangun ulang.

Untungnya ada secercah harapan yang muncul saat mencari cara pemecahan. Beberapa tulisan menyebutkan bahwa penurunan itu hanya sementara. Tidak ada jaminan, tetapi beberapa blogger menyatakan hal itu. Tentu saja ada banyak lagi yang mengatakan “BISA YA BISA TIDAK” artinya pengunjung bisa kembali normal, bisa juga tidak.

Sedikit harapan saja.

Ditambah, pengalaman menghadapi masalah website yang kena hack sebelumnya, membuat saya akhirnya memutuskan satu-satunya jalan pemecahan yang saya ketahui dan sudah terbukti keampuhannya.

Jalan itu adalah dengan “TETAP MENULIS”.

Jadi, perlahan-lahan, saya hanya fokus pada membuat postingan baru saja. Tidak mau lihat statistik Google sama sekali. Bahkan, aplikasi Adsense di ponsel pun dibiarkan saja tidak ditengok sama sekali. Pokoknya, menjauh dari hal yang memperlihatkan penurunan trafik pengunjung.

Bukan karena tidak terima, tetapi karena tindakan itu rasanya yang paling tepat. Ngedropnya mental karena kehilangan itu sangat mengganggu sekali dalam kegiatan sebagai blogger. Oleh karena itu, untuk mencegah jatuhnya mental lebih lanjut, hal-hal yang mengingatkan pikiran kepada hal tersebut harus dijauhi.

Targetnya membiarkan semua kembali kepada posisi biasa saja normal. Dengan begitu, kegiatan rutin, yaitu menulis bisa terus dilakukan.

Dan, ternyata bisa.

Saya hanya menulis dan menulis saja sampai saat ini. Bahkan, menyempatkan untuk membeli theme baru/premium untuk satu blog yang selama ini masih memakai theme gratisan. Biarlah ganti suasana.

Setelah lebih dari sebulan berpindah server, ternyata, sedikit harapan yang masih diragukan ternyata benar adanya. Perlahan tetapi pasti, trafik pengunjung pun beralih normal. Belum 100%, tetapi sudah mendekati 85-90% dari sebelum pindah server.

Bahkan, terlihat beberapa tulisan lama yang sebelumnya kabur perlahan tetapi pasti naik kembali ke tempatnya. Penghasilan iklan pun menunjukkan grafik yang semakin stabil dan kembali ke posisinya.

Untung, saya tidak mutung terlalu lama.

Dan, rasanya tidak ada teman-teman blogger yang tahu kesulitan itu, sampai tulisan ini dibuat, iya kan? Tadinya tidak ingin diceritakan. Kalau dari sisi branding, hal seperti ini tidak bagus karena menceritakan kesalahan dan kepanikan. Hal itu akan memperlihatkan sisi kelemahan pada yang membacanya. Padahal, kan bagus kalau tidak diungkapkan, saya bisa menimbulkan kesan sebagai blogger sempurna dan tidak punya masalah.

Sayangnya, saya pikir hal itu tidak sesuai dengan apa yang saya mau. Menjadi blogger pada dasarnya bukanlah menjadi manusia luar biasa, serba tahu, serba kuat. Blogger hanyalah manusia biasa saja yang hendak berbagi cerita dan apa yang diketahuinya.

Untuk itulah tulisan ini dibuat. Untuk bilang kepada dunia, bahwa saya hanyalah blogger biasa, seorang manusia biasa yang bisa kesal, panik, marah, bete, dan bahkan merasa putus asa. Bukan dewa yang tidak pernah berbuat salah dan selalu bisa memecahkan masalah.

Lagipula, menuliskan cerita kebodohan diri sendiri mungkin bisa memberikan “sesuatu”. Siapa tahu ada blogger yang menghadapi masalah yang sama dan dengan begitu tidak terlalu merasa down. Siapa tahu ada yang hendak pindah server dan menjadi lebih berhati-hati dalam melakukan settingan.

Tapi, yang pasti, pesan yang bisa disampaikan adalah jangan mengulang kebodohan dan kesalahan yang saya lakukan.

Iya kan.

Itu cerita kecil dari balik layar saat melakukan perpindahan server.

6 thoughts on “Cerita Di Balik Pindah Server”

  1. Saya pernah buka blog tapi halaman nya putih dan loading terus. Di pikiran saya, mungkin domainnya udah habis masanya, atau kena hack. apakah itu yang namanya dihack om?

    Reply
  2. Nah..pengalaman yang begini nich yach saya suka, sebab sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan sekali Pak.

    ayoo dong…kasih bocoran lagi pak, biar nanti kalau kami mengikuti jejak Pak Anton, kami bisa tahu areal / rintangan yang kami hadapi.

    Reply
  3. Sekarang loading lovely bogor cepat sekali pak Anton. yang biasanya untuk tampilan sempurna sampai sekitar 10 detik kadang lebih, di kantor saya yang memang di batasi kecepatannya. sekarang jadi lebih wuzzz… cepat sekali. kurang dari 5 detik.

    Reply

Leave a Reply to Rafi Cancel reply