Sebuah pertanyaan konyol sebenarnya. Memang, pertanyaan “Apakah harga hosting VPS lebih mahal dari shared hosting?” adalah pertanyaan yang tidak perlu dijawab dan bahkan tidak perlu dibahas , apalagi diperdebatkan.
Pertanyaan itu, mirip dengan pertanyaan “Apakah harga mangga Si Manalagi selalu lebih mahal dari mangga Arum Manis? Kelihatannya, perbandingannya sama, tentang mangga, tetapi sebenarnya keduanya adalah “benda” yang berbeda. Tidak beda dengan perbandingan “harga duren” dan “harga anggur”.
Tidak sama.
Kenapa perlu perbandingan saat bicara mahal atau murah? Karena, kata mahal dan murah akan selalu memerlukan perbandingan, yang seimbang, agar penilaian bisa dilakukan secara fair. Tanpa ada perbandingan maka tidak ada kata “mahal” atau “murah”.
Begitu juga dalam hal harga hosting di penyedia jasa VPS dan shared hosting. Sebenarnya tidak ada kata yang ini lebih mahal atau murah karena keduanya tidak bisa dibandingkan. Tetapi, OK-lah karena bisa diperdebatkan sebagai sama-sama hosting, keduanya bisa coba dibandingkan. Sekedar untuk memenuhi rasa ingin tahu saja.
Ini juga untuk sedikit memberi gambaran bahwa ada stigma, asumsi yang tidak selamanya benar dalam dunia para webmaster atau blogging. Selama ini banyak blogger berpandangan dan juga berasumsi bahwa harga hosting VPS selalu lebih mahal dari harga shared hosting. Alasan ini juga kerap menjadi hambatan untuk berpindah hati.
Sebagai bahan contoh, kebetulan baru beberapa hari ini, saya memutuskan untuk memindahkan hosting bagi beberapa blog yang berbasis WordPress Self Hosted ke VPS hosting. Alasannya sudah disebutkan di dalam tulisan”[AKHIRNYA] Pindah dari shared hosting ke VPS juga“.
Nama VPS provider yang dipakai adalah Cloudways.
Nah, karena mahal atau murah selalu berkait tentang harga, jadi mari kita bicarakan rupiah yang harus dikeluarkan.
Selama hampir 2 tahun belakangan ini, ketika Lovely Bogor dan sejawatnya semakin membesar, mau tidak mau kapasitas hosting harus diperluas agar bisa menampung trafik dan menyimpan data. Totalnya, sejak tahun 2017 yang lalu, uang yang harus dirogoh dari dompet setiap tahunnya adalah Rp. 2.278.800 atau sekitar 189.900 per bulannya. Harga inipun karena saya langsung menyewa selama setahun dan mendapatkan potongan harga.
(Nggak rugi kok karena semua website yang ada sudah menutupi biaya ini semua, bahkan memberi lebih kepada yang punya)
Untuk harga ini, yang didapatkan adalah
- 10 GB Disk Space
- 250 Gigabyte Bandwidth
Tidak disebutkan berapa RAM yang didapat. Tentunya, IP (Internet Protocol) yang didapat harus dibagi dengan beberapa website lain yang entah milik siapa.
Kapasitas ini sebenarnya berlebih, tetapi karena paket sebelumnya memiliki bandwidth yang tidak mencukupi, jadilah terpaksa harus memakai paket ini. Padahal, disk space masih sangat leluasa alias terbuang.
Dalam hal ini dipakai untuk mempermudah perbandingan saja.
Paket ini sudah tidak tersedia di penyedia jasa hostingnya dan sudah diganti dengan paket versi baru. Yang kalau tidak lebih rendah, lebih tinggi.
Lalu, setelah pindah hosting ke VPS, berapa yang harus saya bayar? Jawabannya adalah :
“US$ 12/Bulan”
Kalau dirupiahkan dengan kurs saat ini, yang mendekati Rp. 15 ribu (14.880 tepatnya), maka nilainya sama dengan Rp. 178.560 per bulan.
LEBIH MURAH.
Ini harga sudah termasuk semua karena di Cloudways, uang segitu, kita hanya perlu memigrasi blog dari hosting yang lama ke server yang dipilih. Tidak ada lagi charge untuk software untuk VPS. Pokoknya tinggal jalankan saja website seperti biasa (tentunya setelah masa propagasi DNS selesai dan setting, yang mudah dilakukan, selesai)
Dengan biaya segini, website yang dimigrasi hanya butuh beberapa saat saja dan sudah langsung jalan. Sama sekali tidak ada kerumitan mengutak atik server. Cocok buat yang tidak mau repot seperti saya.
Tapi, Ok tunggu dulu. Spesifikasi yang didapat apakah sama? Tidak sama. Untuk harga yang lebih rendah itu, maka saya mendapatkan :
- satu nomor IP (tidak dibagi dengan pengguna lain, kecuali saya memakainya untuk website-website saya yang lain)
- 20 Gigabyte Disk Space
- 1 Gigabyte RAM
- 1 Terrabyte Bandwidth
Saya mendapat lebih banyak dibandingkan harga shared hosting yang selama ini dibayar.
Lebih murah kan?
Server yang dipakai adalah server Linode Newark, Amerika Serikat walau sebenarnya kita bisa memilih mau server di negara apa, seperti Singapura atau Amerika Serikat, atau UK.
Soal kecepatan, 1 GB RAM yang tidak dibagi dengan pengguna lain, tentunya akan memberi pengaruh kepada kecepatan loading dan itu sudah saya rasakan selama beberapa hari ini. Memang jelas lebih cepat.
Nah, dari sini terlihat bahwa tidak benar bahwa harga hosting VPS selalu lebih tinggi dibandingkan shared hosting. Dengan harga yang lebih murah sedikit, atau anggaplah sama, saya mendapatkan lebih banyak fasilitas.
Kalau mau dihitung lagi, saya sudah memindahkan satu website lain yang memakai hosting berbeda ke server VPS yang saya pakai tadi. Berarti tahun depan, biaya perpanjangan hosting untuk satu website ini pun tidak perlu dibayarkan lagi.
Jadi, tidak selamanya sewa hosting VPS berarti harus merogoh kantung lebih dalam untuk membayarnya dibandingkan shared hosting.
Yang menjadi penyebab kesan mahal dari VPS, rasanya adalah karena biasanya penyedia hosting VPS tidak menyediakan paket ukuran kecil. Paket hosting yang saya pakai ini adalah yang terkecil dari yang disediakan. Tidak ada yang lebih kecil lagi.
Tentunya, untuk seorang blogger pemula yang hanya membutuhkan 300-400 Megabyte Hard Disk dan 2-3 Gigabyte bandwidth akan sangat boros kalau langsung memakai VPS. Ukurannya terlalu besar dan jatuhnya harga akan menjadi mahal karena banyak kapasitas yang tidak terpakai. Hal ini menjadi kelebihan shared hosting karena mereka bisa menyediakan paket-paket kecil nan murah.
Saya sendiri belum tahu bagaimana memanfaatkan kapasitas VPS yang berlimpah itu. Tetapi, rasanya mengisi blog dengan artikel sebanyak mungkin adalah kuncinya. Toh kapasitas disk yang tersedia sangat besar, begitu juga dengan bandwidth yang tersedia.
Tetapi, dalam hal ini, setidaknya data membuktikan bahwa harga hosting VPS bisa lebih rendah daripada shared hosting. Tidak selamanya lebih mahal.
Jadi, stigma yang beredar itu tidak seluruhnya benar. Banyak hal lain yang mempengaruhi. Tidak bisa digeneralisasi. Belum lagi kalau memperhitungkan bisa atau tidak kita menghasilkan uang lebih banyak dari semua kapasitas itu. Semakin banyak uang yang bisa diproduksi dan masuk ke kantong, pastinya harga akan terasa lebih murah.
Iya nggak sih?
Kalau itungannya sama sih, mending pakai VPS. kedepannya kan gak perlu pindah-pindah lagi. 🙂
Ya… belum tentu juga, siapa tahu saya mau pindah ke cloud kalau sudah menjadi sangat besar..hahahaha