Belajar Dari Pemasang Iklan Pesugihan dan Iklan Suamiku

Belajar Dari Pemasang Iklan Pesugihan dan Iklan Suamiku

Segala sesuatu di dunia pasti punya banyak sisi. Tidak ada hal yang hanya punya satu sisi. Ada sisi baik ada sisi buruk, ada hitam ada putih, ungu, biru, dan lainnya.

Begitupun dalam hal iklan Pesugihan atau iklan Suamiku yang bagi banyak Adsense Publisher bukanlah iklan yang diharapkan untuk tampil di blog mereka, termasuk saya. Jenis dan isi iklannya terasa tidak senonoh dan bertentangan dengan nilai-nilai umum yang berlaku di budaya Timur.

Ditambah dengan nilai BPK (Biaya Per Klik) nya yang rendah, kedua iklan jenis ini bukanlah idaman para pemburu recehan Adsense. Banyak sudah para blogger yang berusaha membuat iklan ini tidak tampil di laman blog mereka. Alasannya berbagai macam, termasuk yang sudah disebutkan di atas.

Lagi-lagi termasuk saya.

Sudah beberapa lama, secara rutin saya berpatroli untuk memastikan iklan Pesugihan tidak muncul di panggung semua blog yang saya kelola. Bagaimanapun, kata pesugihan sendiri bertentangan dengan nilai agama yang saya yakini dan bisa mendorong orang terjerumus pada penipuan. Iklan Suamiku sendiri sangat tidak pantas dilihat terutama oleh kalangan anak-anak dan remaja karena penggunaan kata-katanya yang sangat serampangan.

Dan, dari kegiatan rutin inilah, saya ternyata belajar satu hal dari para pemasang iklan Pesugihan dan iklan Suamiku ini. Hal yang penting dan seharusnya ditiru banyak orang dalam bidang apapun, bukan hanya ngeblog saja.

Pelajaran yang diambil adalah tentang KONSISTENSI dan PANTANG MENYERAH.

Sulit untuk bilang orang di belakang kedua iklan itu sebagai tidak konsisten, karena :

1. Iklan baru setiap hari muncul

2. Jumlahnya banyak, terutama Iklan Pesugihan yang kalau tidak dibabat dalam 2 hari saja jumlahnya bisa mencapai 50 versi

3. Bervariasi, banyak iklannya memiliki variasi kata yang tidak sama untuk menghindari block yang dilakukan

Kalau ditambah dengan biaya yang berani mereka keluarkan untuk beriklan, maka lengkap sudah. Keberanian sang pemasang iklan untuk mengeluarkan uang untuk memancing uang menunukkan keberanian untuk mengambil resiko.

Butuh waktu.

Butuh uang.

Butuh tenaga.

Semua itu dibutuhkan untuk menampilkan iklan dalam jumlah banyak dan terus menerus.

Para pemasang iklan pesugihan dan suamiku ini sempat membuat saya merasa malu juga. Apalagi melihat blog MM yang sudah tidak diisi sesuatu yang baru selama hampir dua bulan. Kesibukan di dunia nyata lah yang saya jadikan alasan.

Tetapi, sebenarnya tidak bisa hal itu dijadikan alasan.

Bagaimanapun ketika sebuah target sudah ditetapkan, maka segala daya upaya harus dilakukan dan hambatan harus dipecahkan, termasuk mengatur waktu di tengah kesibukan. Tanpa itu tidak ada yang namanya konsistensi.

Dan, dalam hal ini harus diakui para pemasang kedua jenis iklan di atas, jauh lebih konsisten dibandingkan saya.

Hal itulah yang mau saya coba tiru. Bukan soal iklannya.

10 thoughts on “Belajar Dari Pemasang Iklan Pesugihan dan Iklan Suamiku”

  1. Kalau soal iklan itu, saya biarkan saja. Saya tidak mau membabatnya. Pembaca sekarang juga pintar bahkan lebih pintar. Iklan semisal itu akan jarang yang berkunjung karena pasti kena tipu klik.

    Reply
    • Mencegah om.. karena blog saya ada beberapa dan sebagian pasti ada kalangan pelajar. Dan, mereka masih sangat labil dalam hal penilaian, jadi saya pikir sebaiknya dan sebisa mungkin dibersihkan dari jangkauan mereka.

      Reply
    • Yah.. walau kagum soal kekonsistenan mereka, tetap saja konsisten yang satu ini sangat menyebalkan.

      Seperti membabat ilalang yang tumbuh lagi dan lagi dalam waktu cepat

      Reply
  2. Bandel juga ya Pak para pemasang iklan pesugihan ini. Pantang menyerah.

    semangat pantang menyerahnya boleh di tiru.

    Reply
  3. saya sempat terpikir bagaimana jadinya jika pemasang iklan tsb vs pengblokir iklan tsb, siapa yang kira2 menyerah …. ? 🙂

    saya jarang blok pak, soalnya jarang juga dapat klik. 🙂

    Reply
  4. setalah saya perhatikan ternyata iklan yang seperti Pak Anton sebutkan diatas, ternyata sering muncul loh Pak dihalaman artikel ini.

    Mungkin judul atau isi kontennya cocok dengan jenis iklannya, sehingga perayap lebih memperioritaskan artikel ini untuk disusupi iklan Uang x dan Suaxx…. 🙂

    Yang tak saya sukai dengan iklan uang x adalah seolah2 kita turut andil dalam mensukseskan orang lain berbuat yang dilarang Agama.

    Reply
    • Betul… juga saya tidak pengen ada orang tertipu.

      Memang bisa diduga pasti akan banyak yang nongol mengingat ada kata-kata yang sesuai.. hahahaha.. resiko

      Reply

Leave a Reply to Khairunnisa Ast Cancel reply