Konsisten Ngeblog Bukan Berarti Harus Menulis Artikel Seiap Hari

Konsisten Ngeblog Bukan Berarti Harus Menulis Artikel Seiap Hari

Konsisten adalah sebuah kata kunci menuju kesuksesan. Dalam bidang apapun kata ini akan sangat berperan besar dalam meraih apapun yang diinginkan. Tidak ada yang namanya orang sukses tanpa bisa membuat dirinya menjadi orang yang konsisten.

Begitupun bagi seorang blogger. Jika ia memang menargetkan untuk mendapatkan uang, ketenaran, atau apapun dari kegiatannya mengelola blog ini, maka konsisten ngeblog haruslah menjadi salah satu poin yang harus mendapatkan perhatian khusus.

Ia harus mampu me-manage dirinya agar menjadi orang yang konsisten.

Masalah utamanya, meskipun hanya berupa satu kata “konsisten” itu adalah sesuatu yang abstrak alias tidak berbentuk. Tidak ada standar pasti dan semua tolok ukurnya bersifat subyektif, alias setiap orang akan berbeda.

Tidak mudah merumuskan definisi atau menjelaskan bagaimana seharusnya konsisten itu.

Tidak sedikit blogger yang menerjemahkan frase “konsisten ngeblog” sebagai rutin menulis setiap hari. Salah satu bentuknya adalah dengan memberikan tantangan kepada diri sendiri berupa one day ne post challenge.

Sah-sah saja kalau memang ada yang mengatakan demikian, tetapi sebenarnya tidak mutlak dan berlaku umum.

Bagi saya sendiri konsisten itu bisa bersifat multidimensi, alias bisa berbentuk beragam. Bukan hanya sekedar rutin menulis setiap hari. Konsisten itu bisa dalam berbagai bentuk. Tetapi, kata ini merujuk pada satu hal yang pasti.

Setia pada “keinginan, target atau tujuan yang ditetapkannya”.

Sebagai contoh, seorang yang hendak berniat menjadi blogger yang menulis tentang sastra Jawa. Ia menulis dengan jadwal yang tidak tentu, kadang sehari 10 kali, kemudian menghilang selama 1 bulan. Tetapi, ketika ia posting lagi, tetap mengenai sastra Jawa.

Tidak bisa dikatakan bahwa orang itu tidak konsisten, meski bagi banyak orang sepertinya ia sangat tidak konsisten. Tetapi, sebenarnya ia tetap “kukuh” pada tema yang diusungnya, yaitu tentang sastra Jawa. Tidak peduli ada pembaca atau tidak, yang penting ia menulus sesuai dengan “keinginan, target, atau tujuannya”.

Begitu juga seseorang yang menetapkan akan menulis seminggu sekali. Bagi para blogger pengejar uang dan kuantitas, hal ini bisa dianggap sebagai bentuk sebuah inkonsistensi. Padahal, sebenarnya bukan. Ia sudah menetapkan target dan selama ia secara garis besar berusaha memenuhi apa yang sudah ditetapkannya, maka ia adalah seorang yang konsisten.

Bagaimana dengan seorang yang mengatakan ia menulis 10 artikel setiap hari? Apakah sudah pasti ia seorang blogger yang konsisten? Belum tentu juga. Jika ia targetnya menulis tentang wisata, tetapi karena demi mengejar target 10 artikel ia mencampuradukkan berbagai tema, maka justru ia bisa dianggap sebagai orang yang tidak konsisten.

Berbeda dengan blogger yang sejak awal menetapkan akan menulis apa saja, campur aduknya tema dalam blognya justru mencerminkan konsistensi itu sendiri.

Bagaimana kalau pada awalnya targetnya menulis tentang macam-macam, tetapi di tengah jalan ingin menulis satu hal yang spesifik saja? Tidak masalah. Target manusia bisa berubah menyesuaikan dengan keadaan. Selama kemudian ia terus menjalaninya, maka ia bisa tetap menjadi seorang yang konsisten.

Hanya, ada satu hal yang harus diperhatikan saat berganti target. Jangan terlalu sering. Seorang yang baru saja berganti target menjadi niche blogger setelah sebelumnya mengelola blog gado-gado, kemudian sebulan setelah itu ia memutuskan kembali menjadi blogger gado-gado, karena kesulitan menulis dan menemukan bahasan, nah yang seperti inilah orang yang kurang atau tidak konsisten.

Hal itu menunjukkan ia hanya berusaha mencari jalan yang mudah saja dan tidak mau berusaha menghadapi tantangan yang hadir. Padahal, salah satu bagian dari menjadi konsisten sendiri adalah berani menghadapi masalah dan mencari pemecahannya. Bukan menghindar.

Dengan menghindar ia berarti tidak “setia” pada “target” yang ditetapkannya sendiri.

Tidak mudah kan menjadi konsisten itu.

Jadi, konsisten ngeblog sendiri tidak sama dengan harus menulis setiap hari. Kalau memang ada yang merasa itu sebagai jalan yang harus dilaluinya untuk setia pada “tujuan” ngeblognya, ya lakukan. Jalani. Nikmati.

Ukuran konsistens tidaknya seseorang tidak mudah dirumuskan. Seorang yang sering mengintrospeksi diri akan bisa melihat konsisten atau tidaknya dirinya. Tidak perlu orang lain untuk memberikan gambaran. Meskipun demikian, karena orang lain juga punya nilai-nilai ideal bagaimana seorang yang konsisten itu, maka kerap mereka memberikan penilaian, yang bisa jadi berbeda satu dengan yang lain.

Nah, bagaimana dengan Anda sendiri? Apakah Anda sudah menjadi seorang blogger yang konsisten?

Terus terang, kalau saya menilai diri sendiri, maka saya akan mengkategorikan diri sendiri sebagai blogger yang KONSISTEN, bahkan sangat konsisten.

Tetapi, dalam hal..

KONSISTEN untuk TIDAK KONSISTEN.

Saking senangnya menjadi bebas, saya tidak mau berpikir dan bahkan menelaah diri sendiri apakah saya cukup konsisten atau tidak kepada target atau tujuan yang sudah ditetapkan. Selama hati saya senang dan bebas, maka ya saya jalani, walau mungkin menunjukkan ketidakkonsistenan. Karena, kebebasan dalam hal menulis dan ngeblog lebih penting bagi saya daripada menjadi orang yang konsisten.

20 thoughts on “Konsisten Ngeblog Bukan Berarti Harus Menulis Artikel Seiap Hari”

  1. Konsisten ngeblog menurut saya ya tiap hari buka blog meskipun tidak menulis artikel baru. Jadi kalau ada komentar bisa langsung dibalas.

    Bagi saya yang hanya seorang pengangguran dan sakit-sakitan, ngeblog adalah hiburan. Soalnya ingin menulis diary tiap hari susah karena harus duduk atau tengkurap. Beda dengan ngeblog yang bisa sambil tiduran. Cuma ya itu, kebebasan ngeblog saya jadi tidak sebebas dulu lagi karena suka diprotes.

    Reply
    • Oooo… enak juga kalau ngeblog sambil tengkurap walau kalau kelamaan agak sesek nafas juga..

      Begitu yah soal konsisten..:-D

      Reply
  2. Konsisten versi saya adalah melakukan apa yang perlu dilakukan, baik wajib sunnah mubah.

    Dan menulis artikel yang konsiten adalah bagaimana, pembaca yang sudah percaya dengan blog kita, dapat menemukan hal atau inspirasi baru saat mengunjungi.

    Reply
    • Hemm.. cuma jadi pengen nanya siapa yang menentukan wajib, sunnah, atau mubahnya…

      Apakah ada ulama blogger..:-D?

      Reply
  3. Kalau bicara konsiten, memang sulit untuk menemukan jawabannya. Tergantung dari mana sudut pandangnya.
    Kalau menurut pendapat saya, google itu menciptakan media sosial blogger agar orang lebih bisa berlama-lama bersama google. Seperti orang saat bersama facebook, bisa tahan berjam-jam.
    Yang penting jangan memaksakan diri. Kemampuan menulis orang berbeda-beda dan pastinya setiap orang juga punya kesibukan tersendiri di dunia nyata.
    Kalau saya menulis ya tatkala ada kuota dan waktu senggang. Dan itu pun artikelnya atau temanya masih gado-gado.

    Reply
  4. Karena keterbatasan waktu dengan pekerjaan harian, aku cuma punya kesanggupan menposting 1 artikel perminggu.
    Dan berusaha konsisten seminggu sekali menposting artikel.
    Semoga terlaksana dengan baik.

    Reply
  5. "Konsisten" hemmmm…. itu makanan jenis apa ya Pak? apakah masih lebih enak daripada bakso.

    sebab saya belum mencicipinya. he… he… he…. 🙂
    piss…

    Reply
  6. maaf pak becanda… 🙂

    bagi saya itu konsisten itu, sebisa mungkin menampilkan foto yang original karya sendiri di blog. dengan angle sebagus mungkin.

    itu aja sih pak yang saya rasain selama ini. kalau tulisan sih, tau sendiri deh. 🙂

    Reply
    • Ga dilarang bercanda mas.. cuma kebetulan belakangan ini agak sibuk banget sama kerjaan kantor jadi lum bisa bercanda di kolom komentar. Mau menjawab saja kadang tidak sempat.. menulis saja untuk sementara tidak bisa banyak

      Reply
  7. Setelah berpanjang lebar menjelaskan mengenai konsistensi, penulis justru menyatakan dirinya adalah orang yg konsisten dengan inkonsistensinya. Hmmm, super sekali memang, wkwk.

    Reply
  8. iya mas, kebeneran saya punya blog isinya gado-gado, kadang mau bikin blog yg isinya satu niche saja. tapi lebih bebas saya menulis di blog gad0-gado saya itu. hhihihih..

    Reply
    • Kalau memang suka ya buat jadi blog niche, tetapi kalau tidak bisa.. ya jangan.. nanti malah tidak nyaman ngeblognya

      Reply
  9. Kalau saya tidak konsisten mungkin ngeblog saya tidak sampai 7 tahun lamanya. Jumlah blog yang dimilki dan terurus juga bisa menjadi bukti kalau konsisten ngeblog. Saya setuju jumlah postingan tidak dijadikan acuan apakah konsisten atau tidak yang terpenting blognya aktif meski hanya seminggu sekali

    Reply
  10. Setiap kali baca artikel di sini, saya selalu terangguk-angguk, "iyaaa yaa, bener juga ya" hehehehe

    Kalau menurut saya, konsisten itu tergantung pak.

    Maksudnya, tergantung kemampuan kita dan tujuan kita.

    Misal untuk ngeblog, kalau tujuan uang misalnya.
    Sudah pasti traffic itu salah satu penentu juga.

    Jadi konsisten yang di maksud adalah, jika belum tenar atau mungkin nggak punya kelebihan yang wao bangat (kayak saya, hiks)

    Maka konsisten dalam waktu itu penting, minimal agar branding saya nggak hilang ditelan waktu.

    Beda kalau saya punya keahlian lebih.

    Misal, kalau saya nulis, setiap goresan saya betul-betul bikin semua orang berdecak kagum.

    Mau saya konsisten bolong-bolong nulis juga oke hahaha.

    eh bentar, kayaknya pikiran saya, sama aja deh ama penulisan di atas hahahahaha

    Reply
    • Yah, memang intinya begitu kan… hahahaha… saya tidak bisa memberi batas konsisten yang jelas, dan memang tidak seharusnya bisa.. Tergantung pada masing-masing individunya

      Reply

Leave a Reply to Khairunnisa Ast Cancel reply