Sekedar Berbagi Pengalaman dan Tips Menulis Artikel Super Panjang

Saya kebablasan. Akhirnya, artikel super panjang yang saya ceritakan dalam postingan sebelumnya selesai. (Baca : Bagaimana rasanya menulis artikel super panjang?).

Totalnya 24,046 kata.

Dua puluh empat ribu empat puluh enam kata saja. Alias, 20% atau 4,046 kata melebihi target yang hanya 20 ribu kata yang ditetapkan.

Ternyata, dalam penulisan, saya menemukan beberapa hal yang harus dijelaskan agak detail dan panjang. Dan, saya putuskan daripada mempersingkat tulisan tetapi tidak jelas, lebih baik dituntaskan saja.

Maklum, saya penganut paham yang penting tuntas.Β  Mau pendek atau panjang bukan masalah, tetapi yang terpenting adalah ide yang ingin disampaikan tersampaikan dengan tuntas sesuai apa yang saya mau.

Selesai sudah.

Sepuluh hari dihabiskan untuk mengerjakannya. Keren kan? Tetapi, saya tidak bisa bohong, walaupun terlihat bombastis dengan mengatakan 10 hari adalah waktu untuk menulis sepanjang itu, sebenarnya hanya sekitar 30-32 jam saja yang dihabiskan, hanya dibagi dalam 10 hari, dan tidak dilakukan secara sekaligus.

Sekedar Berbagi Pengalaman dan Tips Menulis Artikel Super Panjang

Saya masih sempat nonton The Avengers : Infinity War, mengantar nyonya berbelanja, menjemput si kribo, dan bahkan leyeh-leyeh melototin film seri kesukaan NCIS yang memasuki Season ke-15 atau CSI versi lama. Dan, tentunya ke kantor untuk mencari nafkah rutin.

Jadi, tidak betul-betul 10 hari siang dan malam saya mengerjakannya.

Rata-rata perhari, saya menghitung ada 2000-3000 kata yang saya muntahkan dalam bentuk tulisan. Masih di bawah kebanyakan penulis yang 4000 kata. Tapi, tidak masalah juga karena maklum saja, saya masih blogger newbie.

Nah, lalu apa yang saya rasakan setelah artikel super panjang itu selesai?

Satu kata saja L.E.G.A.

Lega karena akhirnya “tugas” selesai. Meskipun tidak ada yang akan mengomeli kalau gagal di tengah jalan sekalipun, tetapi karena target itu sudah dibuat, saya memotivasi diri untuk memastikannya selesai dan sampai tujuan. Jangan kerja setengah-setengah dan jangan membuat target kalau memang tidak mau diwujudkan.

Setidaknya tantangan yang sudah saya buat sendiri itu sudah tercapai, dan bahkan melebihi apa yang sudah ditetapkan.

Lega juga karena terlepas dari kebosanan menulis sepanjang itu. Ternyata, menulis dan ngeblog pun bisa menjadi sesuatu yang membosankan kalau dalam waktu yang panjang. Meski saya menyukainya, tetapi tetap saja kebosanan itu hadir.

Hanya, saya bersyukur, setidaknya dengan itu saya bisa berbagi sedikit pengalaman, atau mungkin bisa dianggap sebagai tips dalam menulis postingan super panjang seperti itu. Walau, Entahlah, apa memang bisa dimanfaatkan atau tidak mengingat teramat sangat jarang ada yang mau membuat tulisan sepanjang itu.

Tapi, itu mah terserah yang baca saja. Saya akan bagikan saja apa yang dialami, ditemukan dan dirasakan selama mengetikkan kata sebanyak 24 ribu lebih itu. Siapa tahu ada yang mau mungut.



KESABARAN DALAM JUMLAH BANYAK DIBUTUHKAN

Kalau kurang sabar mah, setelah 4000-5000 kata saja, sudah saya delete dan buang. Bosan. Keinginan supaya cepat selesai itu tidak berhenti datang.

Inginnya cepat, cepat, cepat.

Cuma, karena saya sadar, pada pengalaman sebelumnya pada artikel 10 ribu kata, hal itu justru membuat tidak fokus dan kacau balau saat menulis. Jadi, saya paksakan untuk sabar dan melakukannya secara perlahan-lahan.

Itulah mengapa saya memilih ke bioskop dan nonton The Avengers dan berjalan-jalan bersama yayang daripada terus menulis untuk menghilangkan perasaan ingin cepat selesai.

Manajemen perasaan diri sendiri dalam hal ini sangat diperlukan. Bertindak sabar dan pastikan saat hendak menulis pikiran fresh dan tidak terlalu terpengaruh keinginan cepat selesai itu supaya tidak mengganggu saat menulis.

FOKUSΒ 

Rasa kangen untuk menulis secara bebas dan ekspresif juga sering muncul. Terbiasa menulis di berbagai blog dan memakai gaya seenak udelnya setiap hari, pada saat menulis artikel super panjang tidak mendapatkan salurannya.

Godaan untuk mampir ke tempat lain terus saja datang dan menggoda. Akhirnya, saya sempat mampir ke blog MM sebanyak 2-3 kali karena kepingin menulis dengan gaya bebas. Cuma, saya sama sekali tidak mampir ke blog yang lain.

Jadi, selama 10 hari itu semua blog saya yang lain kosong melompong tanpa ada postingan baru yang terbit.

Saya putuskan fokus saja pada satu titik dulu karena kalau disambi macam-macam malah hasilnya justru berantakan dan simpang siur (sekarang saja memang agak berantakan hasilnya). Korbannya, ya itu tadi, hampir semua blog tidak diupdate selama 10 hari.

Tapi, saya jalani karena target sudah dibuat dan harus dicapai. Semakin lama perhatian saya teralihkan, semakin lama penyiksaan itu, jadi ya harus dituntaskan dulu secepat mungkin.

SEBAIKNYA TIDAK MEMIKIRKAN SEO

Ada 24 ribu kata. Kalau menurut teori SEO – ala YOAST SEO- maka harus ada antara 0.5% – 2.5% kata kunci yang dimasukkan ke dalam postingan.

Tahu artinya itu?

Persentase itu sama dengan 120-600 kata kunci harus dimasukkan ke dalam postingan tadi. Tahu rasanya memikirkan kalimat yang menggunakan kata kunci (apalagi longtail keyword) sebanyak itu?

Mumet lah yaw.

Apalagi kalau dipaksakan hasilnya biasanya terkesan tidak nyambung dan tulisan tidak mengalir.

Jadi, saya memutuskan untuk tidak mengunakan teori SEO dan tidak memikirkan tentang kata kunci. Biarkan saja mengalir apa adanya. Terlalu berat kalau harus memutar otak seperti itu. Kepala saya bisa botak dan rambut enggan tumbuh saking panasnya kepala.

Tapi, kalau Anda mau coba, silakan saja.

TERPAKSA MEMIKIRKAN PEMBACA

Dua puluh empat ribu kata itu kira-kira sama dengan kata di dalam skripsi yang dulu saya buat. Sekarang, kalau disuruh baca itu skripsi lagi, ya saya juga malas. Puaannjaaang.

Dan, pastilah para pembaca, yang nasibnya begitu sial sampai ke postingan itu akan merasakan hal yang sama. Tidak mungkinlah mereka mau membaca dari kata pertama sampai terakhir.

Kalau ada, mukjizat namanya, atau mungkin karena dia sedang galau.

Jadi, untuk membantu siapapun yang bernasib sial nyasar kesana, terpaksa lah saya harus memikirkan mereka. Setidaknya, kalau dia kesana, bisa langsung menemukan apa yang dia cari secara cepat, jangan sampai merasa tersiksa.

Bentuk dari “memikirkan pembaca” versi saya dalam hal ini adalah dengan membuat daftar isi berupa daftar link yang kalau diklik akan membawa mereka ke paragraf tertentu dalam artikel super panjang itu. Paling tidak, para pembaca bisa melihat daftar isi dan kemudian memilih mau membaca bagian yang mana.

Tidak akan senyaman membaca komik, tetapi mudah-mudahan tidak membuang waktu mereka terlalu banyak.

Terpaksa lah si bengal ini memikirkan orang lain. Padahal biasanya sih boro-boro.

TAPI SEKALIGUS TIDAK MEMIKIRKAN PEMBACA

Yah, kenyataannya demikian.

Saya bisa menduga bahwa hampir tidak ada orang yang mau membaca postingan sepanjang itu. Beberapa rekan blogger pun sudah mengatakan pandangannya.

Tetapi, dalam hal ini, saya bilang EGP dengan pembaca.

Ada yang mau membaca syukur, nggak yah sudah. Bodo amat.

Dan, sikap itulah yang membuat saya berani melebihkan 4000 kata dari target semula yang hanya 20 ribu kata saja. Tambahan 4 ribu kata sama dengan sekitar 10 artikel standar yang 300 kata.

Karena, saya memutuskan untuk menuntaskan saja apa yang ada di kepala dan bukan apa yang diinginkan pembaca. Terserah apa pembaca mau baca atau tidak. Bukan urusan saya.

Kalau saya terlalu memikirkan pembaca, saya sudah akan setop di angka 10 ribu saja. Karena secara teori sudah lebih dari cukup dan secara SEO, walau tidak pakai kata kunci, akan tetap kebagian pengunjung dari mesin pencari juga. Tapi, saya abaikan semua teori itu dan pilih melanjutkan.

Pertanda, saya memang tidak memikirkan pembaca dalam hal ini.

PAKAI TEKNIK PETANI MENGOLAH SAWAH

Bisakah seorang petani mengolah sawah 1 hektar sendirian? Tidak? Bisa la ya. Pasti bisa.

Cuma, kalau dia harus mencangkul dan menanami 1 hektar sekaligus, dia bisa keteteran sendiri dan pingsan sebelum semua lahan tercangkul. Hasilnya, ya tidak ada padi yang bisa ditanam.

Oleh karena itu, biasanya sawah dibuat berpetak-petak. Pak petani biasanya akan mencangkul dan menanami satu petak dulu sebelum kemudian berpinah ke petak lainnya. Dengan begitu, perlahan tapi pasti satu hektar pun akan bisa diselesaikannya.

Prinsip itulah yang saya pakai dalam penulisan di “Panjang” ini.

Saya buat poin per poin. Mirip petakannya pak tani cuma kalau dalam dunia tulis menulis disebut kerangka karangan. Meskipun demikian, saya membuat petakan sederhana saja dan tidak rinci. Hanya untuk memastikan bahwa apa yang ditulis tidak melenceng atau kalaupun melenceng, ya tidak terlalu jauh dan melebar.

Lalu, saya tulis satu “petak” dulu sampai selesai, baru melangkah ke “petak” lainnya. Sekaligus menghindari kebosanan yang berlebihan.

Dan, ternyata membantu sekali. Jadi, saya tidak terlalu terburu-buru. Setiap satu petak tulisan selesai, saya ambil istirahat untuk menonton TV atau mengobrol dengan istri atau tetangga. Hasilnya, ya rasa bosan bisa dikurangi.

MENGEDITNYA BIKIN MATA KLIYENG-KLIYENG

Entah apa persamaan kata untuk kliyeng-kliyeng. Cuma ya kalau diartikan sama dengan mata yang tiba-tiba meneteskan airmata karena tiba-tiba saja kepala terasa pusing tujuh keliling.

Maklum saja. Selama ini malas mengedit, tiba-tiba harus melakukannya pada tulisan 24 ribu kata. Rasanya sama persis seperti mencari kutu di kepala orang berambut tebal.

Ampun.

Lebih parahnya lagi, karena berniat membuat link yang mengarah ke paragraf tertentu, harus masuk ke HTML juga untuk menambahkan kode. Dan, rasanya.. luar biasa pusing dan menyebalkan.

Cuma, yah mau tidak mau karena semakin panjang artikel, ya semakin rentan pada kesalahan. Jadi, yah suka tidak suka harus coba meminimalisir kesalahan-kesalahan itu. Setidaknya tidak akan terlalu banyak.

Untung saya bukan editor penerbitan buku. Bisa terbayang saya akan pingsan kalau harus mengedit satu buku setebal 3000 halaman dan membahas tentang Teori Kuantum. Bisa bobok cantik tanpa terasa.

BANYAK IMAGE DAN WARNA

Totalnya ada sekitar 70 image atau foto berukuran bervariasi antara 15-70 KB.

Setidaknya, saya tidak mau ada orang yang mengalami kepusingan dan kliyeng-kliyeng yang saya alami saat mengedit artikel super panjang itu.

Jadi, saya putuskan memberi “break” atau istirahat dalam bentuk image atau gambar. Paling tidak, mereka akan melihat sedikti variasi dan bukan hanya teks melulu.

Tambahan lagi, karena saya merasa capek juga melihat warna putih sepanjang itu, ya saya tambahkan unsur warna di beberapa tempat. Supaya setidaknya, mata si pembaca tidak akan terlalu capek dan juga bisa menarik.

Entah berhasil atau tidak. Setidaknya saya sudah berusaha. Buat saya berhasil, tetapi entah buat orang lain.

KAPOK MEMBUAT POSTING SUPER PANJANG?

Memang membosankan. Menyebalkan. Tidak bebas. Dan, segudang masalah dan tantangan lainnya yang bikin bete.

Belum lagi kalau melihat akibatnya banyak blog yang lain terpaksa nganggur tanpa postingan baru.

Ngenes liatnya. Seperti melihat hamparan sawah yang tidak terurus. Hikss…

Cuma, saya tidak kapok. Justru yang seperti itu menarik untuk ditaklukan dan dihadapi. Kebosanan, perasaan terburu-buru, mata kliyeng-kliyeng, semua itu menyebalkan.

Tidak beda sama naik gunung. Capek kaki. Napas ngos-ngosan. Punggung pegal linu. Tetapi, pada saat sampai di puncak itu ada rasa LEGA bahwa “tugas” dan “target” sudah dilaksanakan dan dituntaskan.

Dan, saya menyukai perasaan “LEGA” setelah menekan tombol publish yang ada. Mission is accomplished. Misi selesai.

Lagipula, saya tidak kembali dengan tangan kosong. Saya banyak membawa pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana sih rasanya menulis sesuatu yang panjang sekali. Sesuatu yang mungkin belum pernah blogger lain rasakan (selain penulis buku).

Sesuatu yang bukan berdasarkan pada “katanya” begini dan begitu. Saya mengalaminya sendiri dan itu menyenangkan pada akhirnya.

Pengetahuan saya pun bertambah dan juga dunia saya pun melebar dan berkembang. Dan, itu menyenangkan buat saya. Terserah kalau orang lain tidak suka, tetapi saya menyukai sebuah pencapaian kecil seperti ini. Membuat hidup terasa lebih hidup.

Jadi, tidak saya tidak akan kapok menulis artikel super panjang seperti ini. Ada tidak ada pembacanya, nggak masalah, yang penting saya bisa terus berkembang. Hanya saja, saya juga harusΒ  menemukan cara lain agar blog yang lain pun tidak terbengkalai karena percuma saja blog yang satu diisi sepanjang mungkin, blog yang lain nelangsa tidak diberikan apa-apa.

Sebuah masalah yang harus dipecahkan, tetapi karena saya sudah punya pengalaman itu, seharusnya tidak akan lama sebelum pemecahannya bisa ditemukan.

Dan untuk Anda, Kawan. Tenang saja. Postingan ini tidak akan mencapai 24 ribu kata. Cukup sampai disini. Kebetulan saya masih menarik nafas dulu.

Jadi, itu saja share dari saya. Siapa tahu ada yang bisa memanfaatkan.

Ciao!

10 thoughts on “Sekedar Berbagi Pengalaman dan Tips Menulis Artikel Super Panjang”

  1. Luar biasa panjangnya pak, saya hanya ujung dan pangkalnya saja. Kenapa termotivasi menulis panjang Pak?

    Reply
    • Ingin tahu….cuma itu alasannya. Saya ingin tahu rasanya seperti apa. Daripada bertanya-tanya dan cuma bisa menduga-duga, kenapa tidak dicoba sendiri.

      Lagi juga bagus untuk menantang diri sendiri apakah mampu melakukan sesuatu atau tidak. Bagus untuk memotivasi diri untuk melakukan hal yang berbeda dari yang biasa.

      Reply
    • Terkadang sesuatu yang bisa membuat kita lebih baik itu bisa saja berawal dari paksaan. Dipaksa, dipaksa lama-lama terbiasa, sehingga jadi suka. Dan jadilah sebuah kesukaan yang mana kalau ditinggalkan selalu ada yang kurang..hehe

      Reply
  2. Saya binggung Pak, artikel super panjang yang diomongkan di blog ini mana yach, ?? πŸ™‚

    Kalau artikel super duper pendek saya sudah tahu. πŸ™‚

    Jangan- jangan…jangan,,,jangan,,,,, ? πŸ™‚

    Reply
  3. Saya binggung Pak, artikel super panjang yang diomongkan di blog ini mana yach, ?? πŸ™‚

    Kalau artikel super duper pendek saya sudah tahu. πŸ™‚

    Jangan- jangan…jangan,,,jangan,,,,, ? πŸ™‚

    Reply
    • Tulisannya jelas ada… dan saya tidak bohong.

      Cuma bukan di blog yang Kang Nata kenal… πŸ˜€ Jadi, selamat berburu deh

      Reply
  4. Keren, Kang. Memang sih fokus itu penting. Kalau saya nulis panjang udah gak mentingin typo atau nggak, yang penting yang ada dalam otak tertuang saja dulu. Masalah edit belakangan. Memang kalau ngedit tulisan panjang suka puyeng..wkwk

    Sejauh ini kalau saya jalan-jalan selain di maniak menulis. Suka jalan-jalan juga diblog yang mana kang Anton tulis juga. Seperti di umum sekali, celoteh orangtua, lovely bogor, fotografi lovelybogor, dan kalau gak salah satu lagi apa ya, hijau-hijau da. Duh lupa..hehe

    Eh, bener gak itu ya, Kang yang saya sebutkan tadi blognya..he
    Makin kece memang template mas Sugeng ini. Sempet pengen beli tapi nanti ah, belum ada dana khusus untuk itu..he

    Tapi setelah saya lihat kang Anton ganti template, banyak juga teman-teman blogger yang biasanya saya baca blognya ganti template yang sama..he

    Lanjut…

    Dulu saya juga gitu kang, maksudnya sampe banyak urus blog, ada yang menggunakan blog, wp juga. Tapi karena kesibukan lain berkurang deh..hehe. Tapi bukan berarti meniggalkan dunia nulis. Masih pengen terus belajar, termasuk sama kang Anton. Meskipun tidak secara langsung bisa dari maniak menulis ini πŸ™‚

    Saya setuju dengan kata L.E.G.A. Memang lega, saya akui itu. Saya juga merasa goal itu tercapai, Kang. Kalau sudah berhasil nulis panjang, meskipun betul kata kang Antos tadi, sekalipun tidak diselesaikan gak ada yang marah sama sekali. Apalagi sampe menghukumnya.

    Tapi ya itu, kepuasan tersendiri akan didapat. Dengan menulis panjang seperti itu secara tidak langsung kita juga sedang belajar, berlatih. Terlebih disaat nulis ya kurang dari 500-1000 kata. Biasanya tak terasa, ngalir aja..hehe

    Menurut saya sih oke-oke saja membaca full text sama membaca di kasih gambar. Namun, dengan gambar itu sendiri terkadang membuat fres ya, Kang. Terlebih kalau mendukung akan tulisannya.

    Hatur nuhun, Kang atas sharingnya. Semoga kang Antos sehat selalu, biar nulisnya terus mengalir setiap harinya, begitu juga kewajiban akan keluarga. Aamiin..

    Reply
    • Hahh… master Andi, terima kasih sudah datang berkunjung.

      Betul om.. nama-nama yang om sebut tadi satu kelompok alias blognya saya juga.. hahahaha terlalu rajin soalnya nih.

      Terima kasih buat doanya Semoga mas Andi juga diberikan apa yang mas doakan kepada saya. Kita saling belajar saja mas.. iya nggak

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply