Bagaimana Rasanya Menulis Artikel Sangat Panjang Dengan 20 Ribu Kata?

Bagaimana Rasanya Menulis Artikel Sangat Panjang Dengan 20 Ribu Kata?

Bolehkah saya bertanya? Berapa kata kah artikel terpanjang yang ada di blog Anda? Pernahkah Anda mencoba menulis artikel yang sangat panjang, katakanlah 20 ribu kata?

Belum?

Saya juga belum.

Sejauh ini postingan terpanjang di salah satu blog yang saya kelola hanya mencapai 10 ribu kata saja. Setelah itu, kebanyakan saya menulis antara 100-1000 kata saja. Itupun jarang sekali yang mencapai angka 1000 kata, kebanyakan berada di kisaran 300-700 kata saja.

Kalau skripsi dimasukkan, mungkin sudah, tetapi itu bukan artikel. Lebih tepatnya menyerupai buku.

Jadi, sampai hari ini saya belum pernah mengetahui apa rasanya menulis artikel yang sangat panjang seperti itu.

Tetapi, mungkin dalam 4-5 hari ke depan, saya akan tahu rasanya. Saat ini saya sedang mengerjakan sebuah proyek gila-gilaan, kalau menurut banyak orang, tetapi proyek itu memang sedang dalam pengerjaan.

Itulah yang menyebabkan update pada blog Maniak Menulis dan semua blog lainnya tidak ada. Semua ditunda sejak 3 hari yang lalu karena perhatian sedang tercurah pada artikel super panjang ini.

Untuk apa sih membuat artikel seperti itu?

Tidak tahu juga. Keuntungannya sih memang ada karena kalau mengambil contoh perkembangan dari artikel super panjang sebelumnya, dengan 10,000 kata, hasilnya itu terlihat. Setiap bulan ada hampir 2000 pengunjung baru yang masuk melalui Search Engine Google, dan itu berasal hanya dari satu artikel ini saja.

Padahal, artikel itu sama sekali tidak dipromosikan, dan tidak dioptimasi dengan SEO (Search Engine Optimization). Jadi, ada benarnya kata banyak pakar blogging bahwa postingan atau artikel yang panjang cenderung memiliki potensi untuk menghasilkan pengunjung organik, dan buktinya ada pada artikel itu.

Tetapi, bukan karena alasan itu saya berniat membuat artikel teramat panjang ini.

Sebelum ide itu lahir, saya menemukan satu buah artikel karya blogger Indonesia yang membuat saya pening dan mata berkunang-kunang saat membacanya. Hal itu terjadi karena setelah dihitung dengan menggunakan Word Counter, ada lebih dari 15,000 kata di dalam satu artikel itu. Dan, memang hasilnya artikel itu nongkrong di halaman dan posisi pertama SERP (Search Engine Result Page) Google dan dalam beberapa kata kunci , ia pun nongol dengan sukses.

Entahlah, apa itu karena panjang artikelnya atau karena ada optimasi yang dilakukan.

Yang menarik buat saya adalah jumlah katanya sendiri karena jumlahnya luar biasa banyak. Apalagi kalau dari wangsit dari para master SEO, 2000-3000 kata saja sudah cukup, tetapi sang blogger itu membuatnya 5 kali lipat.

Dan, saya tertantang juga dalam hal ini. Maklum, saya gemar sekali mencoba hal-hal baru, dan 15 ribu kata itu adalah sebuah tantangan yang menyenangkan untuk dipecahkan. Sekaligus, ingin tahu juga bagaimana sih rasanya menulis artikel yang luar biasa panjang seperti itu? Apa saja masalah dan hambatannya?

Itulah yang saya ingin tahu.

Dan, seperti kata pepatah, “kalau tidak dicoba, bagaimana bisa tahu?”. Jadi, saya memutuskan untuk mencoba dan merasakannya sendiri. Dengan begitu saya akan merasakannya secara langsung.

Lagi juga, siapa tahu suatu waktu saya berubah pikiran dan mau membuat buku? Iya kan? Pasti butuh pengalaman menulis dengan “sangat banyak” kata.

Soal hasil pengunjung? Tidak terpikirkan lah. Nanti juga akan terlihat sendiri setelah artikel itu tayang dan berjalan beberapa lama. Kalau berhasil syukur, kalau tidak, setidaknya saya sudah mendapatkan pengetahuan dan pengalaman. SEO tidak diterapkan dalam penulisan artikel super duper panjang ini.

Sejauh ini, artikel super panjang yang sedang dibuat itu baru mencapai sepertiganya saja, alias sekitar 7000 kata. Masih butuh waktu agar bisa memenuhi target yang ditetapkan. Dan, meski belum selesai seluruhnya, saya sudah bisa menemukan paling tidak 3 hal, yaitu :

1. Hambatan dan tantangan pertama adalah kebosanan

Bagaimana tidak bosan ketika topik yang dibahas masih itu itu saja, tidak ada variasinya. Yang ada hanya pengembangan ke arah sana dan sini.

Untuk itulah, saya memutuskan untuk kembali menulis dulu di Maniak Menulis dan mungkin beberapa blog yang lain , untuk menghilangkan rasa bosan tadi. Tetapi, karena sudah ditetapkan, berarti target itu harus dicapai dan diselesaikan. Jadi, setelah menulis disini, saya akan kembali lagi ke artikel itu untuk melanjutkan perburuan “kata”

2. Untung saya banyak baca

Yah, memang beruntung saya dijuluki kutu buku dan berkacamata tebal. Dengan begitu saya tidak harus selalu bolak-balik mencari referensi dan tinggal fokus menuangkan pikiran dalam kata-kata. Kalau saja saya dulu tidak gemar membaca buku, rasanya pasti sudah akan terhenti di tengah jalan karena tentunya akan membuat frustrasi karena pemikiran tersendat-sendat di tengah jalan.

Setidaknya saya belajar dalam hal ini bahwa pernyataan blogger memang harus banyak membaca. benar adanya.

3. Teknik bermain puzzle

Dua puluh ribu kata itu banyak sekali dan tidak mungkin dikerjakan dalam sehari. Bahkan, seorang penulis buku pun, rata-rata hanya menulis sebanyak 2000-4000 kata setiap harinya. Jadi, tidak mungkin dikerjakan terus menerus dalam satu hari.

Kita harus berpikir sedang bermain puzzle, yaitu memotong-motong “artikel” menjadi beberapa bagian dan kemudian mengerjakannya satu persatu.

Tujuannya, supaya setiap poin tidak melebar dan akan saling berkesinambungan. Kalau tidak seperti ini rasanya pasti tidak akan terfokus dan melebar kemana-mana. Belum lagi kalau tidak nyambung antar paragraf.

Saya memulainya dengan membuat kerangka dulu, tapi langsung di blog. Poin-poin yang akan ditulis dibuat dalam bentuk daftar dan baru kemudian ditulis satu persatu. Walau saya tidak suka memakai yang namanya kerangka karangan, tetapi dalam hal ini akan sangat membantu membuat tulisan tetap terfokus (setidaknya menurut saya).

Paling tidak, itulah sejauh ini yang saya dapat dan rasakan saat menulis artikel dengan (target) 20 ribu kata ini. Dan, semakin menguatkan pandangan, bahwa saya rasanya tidak cocok menjadi penulis buku. Bisa mati bosan kayaknya.

Jangan tanya hal yang lain yah, saya belum tahu. Nanti saya bagikan kalau sudah selesai.

Itu saja.

8 thoughts on “Bagaimana Rasanya Menulis Artikel Sangat Panjang Dengan 20 Ribu Kata?”

  1. Tulisan yang menarik,Pak. Saya malah fokus ke kalimat "Itupun jarang sekali yang mencapai angka 1000 kata, kebanyakan berada di kisaran 300-700 kata saja." Mungkin karena saya juga melakukan hal yang sama dan belum pernah menantang kemampuan sendiri untuk lebih jauh lagi.

    Senang bisa menemukan blog ini.

    Reply
    • Salam kenal…senang bertemu dengan mas juga

      Yap. menantang diri memang perlu dilakukan penulis supaya kreatifitasnya tidak macet bin mampet

      Reply
  2. Yang saya bayangkan adalah, jika artikel tersebut nanti terbit, dan topiknya tidak sesuai minat saya. Mungkin saya akan membacanya dengan cara skimming saja, hehe.

    Reply
    • Tenang Nisa… rasanya kemungkinan besar Nisa tidak akan pernah membacanya. Bukan untuk Maniak Menulis kok, ada di satu blog lain yang baru saja dibangun.. dan sepertinya tidak akan dipromosikan bahkan dishare di Google Plus..:-D

      Reply
  3. Kalau ditanya soal rasa menulis 20 ribu suku kata, sepertinya jari tangan dan pinggang akan menjawabnya dengan jujur, Pak. 🙂

    Rupanya Si Bos MM sedang ada proyek gede2an, pantesan saja ngk ada tulisan yang muncul, kirain sibuk cari foto di dunia nyata. 🙂

    Jika rajin menulis 20 suku kata, kemungkinan akan ada blog yang pensiun dini. 🙂

    Reply
    • Yah… tidak beda dengan kerja di kantor atau saat menulis posting lainnya. Sama saja..

      Dan, tidak akan ada blog yang pensiun.

      Yang perlu dilakukan hanya pengaturan waktu saja kok, toh tidak semua tulisan harus 20 ribu kata

      Reply
  4. Betul, Kang. Dengan membaca terkadang membantu untuk melancarkan apa yang ingin kita tulis. Dan dengan seringnya menulis panjang, lama-lama jadi kebiasaan ya, Kang. Itu yang saya rasakan..

    Tapi semua itu butuh proses ya, Kang..he

    Reply
    • Iya om.. Sangat butuh proses. Cuma kalau nggak dimulai prosesnya ga jalan.. jadi saya putuskan jalan mencoba cara yang baru

      Reply

Leave a Reply to Kang Nata Cancel reply