Terima Kasih Banyak Untuk Penemu Smartphone ! Jangan Pernah Lupa Bawa Smartphone Ya!

Terima Kasih Banyak Untuk Penemu Smartphone !
Monumen Helikopter Lanud Atang Sanjaya Bogor – 2018

Terima kasih. Hanya itu yang bisa saya katakan kepada siapapun orangnya yang menciptakan smartphone. Hari ini, alat ciptaannya itu menghindarkan saya dari melakukan sesuatu yang sia-sia.

Bagaimana tidak. Kalau saja saya tidak membawa smartphone pagi ini, sudah pasti hanya tangan kosong yang dibawa pulang. Tidak bakalan pula hadir beberapa artikel di blog-blog yang saya kelola.

Kecerobohan dalam mempersiapkan peralatan merupakan penyebabnya.

Seperti biasa, di akhir pekan ada satu kegiatan yang “rutin”, dan mau tidak mau, dilakukan sebagai seorang blogger “kota” (baca – blogger yang membahas tentang kotanya sendiri), yaitu “berburu” foto sekaligus cerita. Sudah lebih dari 3 tahun hal ini saya lakukan, dan sekaligus memuaskan hobi fotografi yang lahir hampir bersamaan dengan hobi menulis di blog.

Biasanya sebuah kamera DSLR level pemula (sanggup belinya cuma yang kelas ini), Canon 700D menemani. Begitu juga hari ini pun, sang kamera tetap menemani.

Sayangnya, mungkin karena sudah semakin tua, kelalaian bertambah. Saya lupa mengecek kesiapan kamera. Padahal, hal itu merupakan prinsip dasar dalam fotografi karena bisa menghindarkan fotografer dalam situasi yang paling mengenaskan, yaitu sudah tiba di lokasi pemotretan, kemudian tidak bisa memotret karena baterai kamera habis.

Dan, situasi yang mengenaskan dan bikin bete tidak berujung, terjadi hari ini.

Sesampai di lokasi pemotretan, Monumen Helikopter di Lapangan Udara Atang Sanjaya Bogor, setelah memarkir si Supra Fit yang sudah uzur, langsung saya mencari posisi pemotretan. Jalan kesana kemari untuk melihat berbagai faktor supaya hasil fotonya bagus.

Nah, setelah semua dianggap OK, saya memutuskan akan mengambil 3-4 shoot saja, tetapi hasilnya harus bagus.

Si Canon pun keluar dari tasnya. Lensa zoom 55-250 mm pun terpasang karena bisa menghasilkan latar belakang blur yang lumayan bagus.

Kamera diarahkan dan mata langsung mengintip lewat viewfinder (lubang intip kamera). Jempol langsung memutar tombol ke arah “ON”.

Si Canon tidak bereaksi.

Tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Bahkan, layar monitornya tetap kosong saja, tidak ada indikator jarak, aperture, dan shutter speed yang muncul. Semua hitam.

Kaget. Sempat panik, walau tidak lama.

Pikiran langsung melayang ke 3 minggu yang lalu saat meliput acara Cap Go Meh Bogor 2018. Dan, saat itu teringat bahwa sejak pulang dari hunting foto disana, “rasanya” kamera itu tidak pernah disentuh lagi. Capek dan bahan tulisan dianggap sudah cukup, jadi tidak perlu melakukan perburuan foto dan cerita dulu. Istirahat lah , blogger juga butuh.

Kesimpulan dari otak yang sedang kesal, baterainya belum dicharge ulang. Pasti habis deh.

Kekhawatiran pun hilang.

Cuma, ya itu hasilnya. Berarti hari ini tidak bisa motret.

Dengan sebal, kesal, gemas, dan merutuk kepada diri sendiri panjang pendek, si Canon kembali ke tasnya. Disimpan. Percuma saja bergaya memegang kamera dan tidak bisa melakukan apa-apa.

Tidak akan ada hasil. Lha ya wong tidak bisa dipakai untuk memotret.

Untunglah, kemudian teringat bahwa di kantung ada si ASUS Padfone T00N. Sang smartphone lawas warisan anak semata wayang yang berpindah hati ke Xiaomi.

Sudah tidak sempurna kameranya karena terlalu banyak goresan yang membuatnya kadang terlalu peka menangkap cahaya. Tetapi, apa daya, hanya itu pilihan yang ada. Itupun hanya bisa beberapa kali foto saja karena – yah memang kemalasan yang luar biasa – hanya tersisa 15% daya baterai saja.

Untuk Whatsapp-an sih bisa lama, tetapi kalau untuk memotret, daya yang terpakai lebih besar dan paling cukup hanya untuk 10 kali saja.

Dan, akhirnya saya mengambil beberapa foto monumen helikopter. Biarlah tidak bisa menelpon. Toh tetap setelah itu harus pulang.

Benar saja.Tidak lama kemudian baterai si ASUS pun kembali “pulas” dan layar juga ikut “blank“. Pertanda jadwal tidurnya sudah tiba.

Meskipun hanya sebentar, lumayan juga ada beberapa foto yang dihasilkan. Salah “dua” nya yang terpajang di tulisan ini.

Terima Kasih Banyak Untuk Penemu Smartphone ! Jangan Pernah Lupa Bawa Smartphone Ya!

Not bad lah.

Yang terpenting, walau sedikit, tetap ada hasil yang bisa dibawa pulang dan blog-blog saya akan “merana” karena tidak ada suplai artikel baru. Kalau pengunjung sih, saya rasa justru merasa senang karena tidak ada celotehan rewel.

Untuk itulah, saya harus mengucapkan “Terima Kasih kepada pencipta smartphone” Terbayang sudah apa yang terjadi kalau benda ini tidak pernah diciptakan. Sudah pasti saya akan pulang dengan mulut manyun dan hati geram karena sudah mengeluarkan uang parkir, bensin, kaki pegal, dan tidak mendapatkan hasil apa-apa.

Sekaligus mau berpesan, jangan pernah lupa bawa smartphone saat meninggalkan rumah. Walaupun Anda bukan orang yang gemar chatting, atau main game, atau ngobrol (seperti saya), tetaplah bawa kemanapun Anda pergi. Paling tidak, kalau kehabisan ongkos bisa dijual, atau untuk memotret seperti yang saya lakukan.

Sebagai penutup cerita. Akhirnya saya pulang dan menemukan alasan mengapa si Canon tidak mau beraksi seperti biasa. Ternyata, bukan karena baterainya habis.

Baterai si Canon ternyata full dan dayanya 100%. Tidak ada masalah dengan baterainya. Yang jadi masalah juga bukan si Canonnya. Yang masalah ya saya-nya. Ternyata, baterainya sudah dicharge dan kesalahan saya “hanya” lupa memasukkan kembali baterainya ke dalam si Canon.

Hadeuh…Dasar aki-aki

(Dan, ternyata menulis tulisan atau artikel bersifat cerita itu sangat berat, lebih berat daripada menulis artikel argumentatif seperti biasa. Yang ini seperti mengangkat karung 50 kilogram)

5 thoughts on “Terima Kasih Banyak Untuk Penemu Smartphone ! Jangan Pernah Lupa Bawa Smartphone Ya!”

  1. Berat Karena belum terbiasa Pak, nnti klu terbiasa malah minta nambah jadi 70 Kg. 🙂

    Ceritanya cukup asik pak, saya suka menulisnya dibuat begini,serasa nonton Video Live. 🙂

    Ternyata batre Kamera yg lupa dibawa menuai hikmah, dapat modal menulis 🙂

    Reply
    • Hahahahaha… memang benar belum terbiasa sekali. Jadi gaya selama ini sama sekali ga pas dipakai untuk artikel narasi.

      Sukur kalau masih ada yang mau baca mah

      Reply
  2. Berat ya Pak, tapi endingnya lucu juga. dasar aki-aki hua… ha… ha…

    untung huntingnya masih di bogor, coba kalau lebih jauh lagi. bisa nangis-nangis di jalan. 🙂

    Reply

Leave a Comment