[Siapa Yang Mewajibkan?] Strategi “Artikel Berkualitas Nomor Satu di Dunia”

[Siapa Yang Mewajibkan] Strategi "Artikel Berkualitas Nomor Satu di Dunia"

IAPD.. Oh IAPD. Semakin hari semakin penuh dengan “logical fallacy” atau kesesatan berpikir. Semakin hari juga semakin penuh dengan orang yang menganggap dirinya paling mahir dan paling hebat sehingga bisa memberikan fatwa bagi yang lain.

Yah, forum yang sebenarnya sudah saya tinggalkan beberapa waktu yang lalu kembali saya kunjungi. Terlalu gatal juga melihat begitu banyaknya kesalahan logika dalam berargumen dan membuat tulisan disana yang dilakukan para membernya.

Yah, kesesatan berpikir karena pada dasarnya argumen yang dikemukakan seperti yang terlihat pada screenshoot di atas ya seperti itu. Intinya mengatakan begini :

[Siapa Yang Mewajibkan] Strategi "Artikel Berkualitas Nomor Satu di Dunia"

Bisa baca kan dengan jelas?

Nah, disitu jelas ada yang namanya logical fallacy atau kesesatan dalam berlogika. Pernyataan seperti ini sama dengan mengatakan :

Saya yang memakai baju merk GGG dan enak dipakai. Jadi, semua orang wajib memakainya

Argumen seperti ini disebut dengan “ARGUMENT FROM ADVERSE CONSEQUENCE“. Intinya adalah bahwa si pemberi argumen merasa bahwa dirinya yang paling benar dan kalau dirinya tidak benar, maka konsekuensi buruk akan dialaminya. Berargumen dengan cara seperti ini siapapun yang berbeda pendapat dengannya akan selalu salah menurut standarnya yang sebenarnya masih bisa diperdebatkan dan tidak bisa digeneralisasikan.

Gaya inilah yang paling umum dipakai para internet marketer Indonesia. Mereka berpikiran layaknya tukang kecap yang selalu menyebutkan kecapnya nomor satu di dunia.

Kenapa Sebuah Logical Fallacy?

Kenyataannya banyak sekali orang sukses di dunia (internet) marketing tanpa harus mengatakan dirinya atau produknya nomor satu. Dan, bukti-bukti ini diabaikan oleh mereka.

Sudah terlalu banyak contoh bahwa jurus tukang kecap itu tidak berlaku umum dan bisa dipakai di setiap kesempatan.

Jurus ini bisa dipakai menghadapi orang yang tidak tahu atau paham tentang “kecap” dan bisa menjadi sangat brilian untuk mempengaruhi orang.

Tetapi, bisa menjadi sebuah kebodohan tidak terkira kalau ia berhadapan dengan orang yang memahami dan tahu tentang “kecap”. Sebuah kebodohan juga kalau mereka berhadapan dengan orang yang kritis dan berani mempermasalahkan kesesatan berpikir yang mereka pergunakan.

Belum ditambah pertanyaan standar ” Siapa yang memberi mereka hak untuk mewajibkan orang lain memakai jurusnya?”. Ia berhak mengatakan “wajib” bagi dirinya, itu normal. Tetapi, ketika ia menyampaikannya kepada orang lain, maka ia memerlukan pengakuan dan penyerahan wewenang dari mayoritas untuk mengatakannya secara sistem. Tidak bisa ia mengatakan “wajib” kepada orang lain yang tidak berada di bawahnya.

Ia melampaui kewenangannya dalam hal ini.

Sebuah cermin ketidakmampuan berpikir secara mendalam sesuai dengan alur logika.

Cermin Mentahnya Mentalitas Sebagai Marketer

Rasanya bisa diduga orang yang seperti ini adalah mereka yang masih belajar, anak bawang. Mereka tidak pernah menyadari bahwa dunia marketing justru mengandalkan pada “fleksibilitas”. Tidak pernah dianjurkan bagi seorang marketer memakai satu jurus yang sama.

Seorang marketer harus mampu menilai situasi dimana ia hendak menjual. Dari situ ia harus segera menyesuaikan langkahnya dan strateginya untuk memenangkan hati pembeli. Oleh karena itu, ia harus memiliki banyak simpanan jurus untuk menggugah ketertarikan kepada produknya.

Marketing akan selalu menghindarkan calon mangsanya untuk merasa bosan. Ia harus bisa mengikat dengan banyak hal. Dan, semua itu membutuhkan kreatifitas.

Ketololan besar kalau seorang marketer hanya menggunakan satu jurus dan hanya sekedar bilang “barang saya berkualitas nomor satu di dunia”. Bentuk pengetahuan yang rendah sekali dari seorang marketer jika ia mengatakan demikian.

Rasanya sebenarnya pernyataan itu hanya perlu direspon dengan satu kalimat saja, maafkan saya yang sudah berpanjang lebar.

Jawaban saya sebenarnya cuma “Siapa elo? Mikir yang bener aja nggak bisa, ngapain gue harus ngikutin elo? Telen aja tuh kesalahan berpikir model gitu”

Kasar yah, tetapi kadang susah memendam rasa “gemes” melihat hal seperti itu. Untungnya, ada Maniak Menulis dimana saya bisa menuliskannya dengan bebas tanpa harus berdebat panjang lebar dan tidak berujung.

2 thoughts on “[Siapa Yang Mewajibkan?] Strategi “Artikel Berkualitas Nomor Satu di Dunia””

  1. klu ditanya siapa yg mewajibkan ? yang pasti bukan saya Pak.hahahah… 🙂

    Saya juga tdk sengaja baca tread tsb di forum, pas Buka MM …eee ternyata dibahas, Si Admin Blog MM jadi ngamuk, hahahahh…. Peace Pak !

    Si B sepertinya mencolek G+ Pak Anton perihal salah nama domain " Busines " saya nyari2 komentnya Pak Anton, kok ngk ketemu yach perihal salah nama domain tsb.

    Ohy. Rindu nich yeeee dng Forum IAPD…. 🙂

    Reply
    • Hahaha.. keliatannya ngamuk yah. Sebenarnya sih nulisnya ajah sambil cengar-cengir, tapi memang sengaja dibuat antagonis, untuk menunjukkan penentangan.

      Yah, gatelan memang.

      Iyah saya sudah baca colekannya, cuma lagi males Kang. Kebetulan lagi bikin web untuk RT, jadi nggak fokus kesana.Saya cuma baca saja terus lewatin saja

      Reply

Leave a Reply to Kang Nata Cancel reply