Menikmati Menjadi Blogger Jelangkung

Menikmati Menjadi Blogger Jelangkung

“Jelangkung, Datang Tak Diundang Pulang Tak Diantar”

Yang tersebut di atas adalah salah satu bagian dari mantera umum yang digunakan saat memanggil  jelangkung atau jalangkung. Kata-kata yang sama pernah digunakan menjadi iklan sebuah film yang pernah membuat orang rela mengantri panjang sekali. Judulnya juga “JELANGKUNG” yang merupakan awal kebangkitan kembali perfilm-an Indonesia beberapa puluh tahun yang lalu.

Sekarang kata itu selalu membuat saya tersenyum kalau mendengarnya, seorang kawan blogger, Mang Lembu, empunya blog Desa Cilembu, pernah secara tidak langsung menjuluki saya demikian pada kolom komentar di sebuah artikel di blog ini.

Katanya begini..

Menikmati Menjadi Blogger Jelangkung

Tersinggung? Boro-boro. Saya malah ngakak dan kagum pada pemilihan istilah oleh sang blogger bengal itu.

Cocok sekali.

Memang, kenyataannya, itulah kesukaan saya dalam melakukan blogwalking. Datang, membaca, dan kemudian pergi. Seringkali tidak meninggalkan jejak sama sekali.

Bukan karena alasan apa-apa, tetapi hanya karena saya menikmati cara tersebut. Bisa membaca cerita dan kisah di belahan dunia lain dengan diam-diam.

Memang jeleknya adalah sang empunya blog tidak tahu bahwa blognya dikunjungi. Lebih jelek lagi, sang blogger jelangkung seperti tidak mau berinteraksi dengan sesama blogger.

Padahal tidak juga.

Hanya saja, memang kalau isi tulisan tidak menarik atau tidak sesuai dengan gaya kita, atau sesuai dengan pemikiran kita, rasanya sulit untuk berbasa-basi dan meninggalkan jejak. Saya lebih suka untuk membaca saja pemikiran atau ide orang tersebut sebagai tambahan pengetahuan.

Kecuali kalau tulisannya bagus sekali, sebagai apresiasi, maka saya meninggalkan jejak, berupa komentar yang mendukung atau menentang. Tidak peduli pemikiran berbeda, tetapi kalau tulisannya enak dibaca, maka sudah sepantasnya saya memberikan penghormatan atas kerja kerasnya.

Lebih jelek lagi, para penggemar SEO dan Internet Marketer mungkin akan menyebut saya tolol karena tidak memanfaatkan hal tersebut untuk mempromosikan blog sendiri. Sayangnya, saya lebih suka berkunjung ke blog orang lain sebagai tamu saja, atau teman, dan bukan seorang salesman.

Kadang, kalaupun berkomentar, saya hanya meninggalkan jejak Google Plus saja. Jarang-jarang meninggalkan nama blog.

Parah memang. Tidak bakat jadi salesman kayaknya.

Cuma, ada beberapa hal di dunia yang saya sadari lebih dari sekedar “keuntungan” seperti itu. Saya ingin secara tulus menganggap teman sebagai teman dan bukan calon pembaca. Kalau mereka bisa menemukan blog-blog saya , ya syukur, tidak ya sudah. Tetap, saya akan memandangnya sebagai teman.

Jadi, bisa dikata memang saya menikmati menjadi blogger jelangkung, yang datang tak diundang, pulang pun ya tanpa jejak sama sekali.

Tidak masalah bagi saya kalau tidak ada hasil berupa backlink atau pembaca. Saya lebih menyukai seperti itu. Kalaupun harus dilabeli sama sosok yang menyeramkan seperti itu sekalipun, ya nggak masalah, selama saya hepi dan bahagia.

Cuma, ada satu sisi yang saya harus akui bahwa Mang Lembu benar. Sisi itu terkait dengan kehidupan bermasyarakat dimana terkadang berbasa-basi dan bersopan santun diperlukan. Di dunia nyata, hal itu pun terkadang diperlukan untuk menambah teman. Jadi, meskipun saya menikmati menjadi blogger jelangkung, tetapi saya senang menambah teman.

Akhirnya, belakangan ini, saya agak lebih berusaha memperlihatkan itu kepada blog-blog yang saya kunjungi. Bukan atas dasar apa-apa, tetapi hanya memberitahukan kepada yang punya “rumah” bahwa ada jelangkung yang ingin berteman. Bahwa ia terbuka untuk menerima siapapun berteman.

Meski kadangkala, tetap saja jelangkung adalah jelangkung, yang tetap saja kerap tidak meninggalkan jejak apa-apa. Belum banyak jejak yang saya tinggalkan walaupun seringkali sudah membaca artikelnya.

Mungkin suatu waktu, sang jelangkung bisa lebih bermasyarakat dan bergaul lebih akrab dengan non jelangkung. Suatu waktu, tetapi tidak sekarang kayaknya. Saya masih terlalu menikmati menjadi blogger jelangkung.

6 thoughts on “Menikmati Menjadi Blogger Jelangkung”

  1. ha..ha… selama ini saya berteman dengan "jelangkung". Yang merasa jelangkung ayo merapat. di sini ada pesta. hihi

    Reply
  2. Berkomentar yang agak sedikit relefan, dan jika blognya di komentari, ya diusahakan dibalas komentarnya. Biar ada timbal balik komunikasi.
    Semua demi aktualisasi diri ,biar tersohor. 🙂
    Basa-basi itu memang perlu.

    Reply
    • Ya kalau memang lagi berbaik hati, saya akan komentari. Kalau lagi males, ya jadi jelangkung saja.. pergi dan kabur…

      Yah mau tidak mau selama saya masih manusia harus bisa. Entah apakah di dunia jelangkung juga berbasa basi seperti itu

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply