Mengenal Clickbait [Umpan Klik] : Nenek Moyangnya Sudah Ada Sebelum Internet Lahir

Mengenal Clickbait : Nenek Moyangnya Sudah Ada Sebelum Internet Lahir

Clickbait {Umpan Klik) adalah istilah yang mengacu pada usaha untuk mengundang orang mengklik iklan yang menuju ke sebuah website atau blog dengan memanfaatkan judul , headline, atau foto/image yang bombastis, vulgar, kontrovesial, dan provokatif. Istilah ini cenderung bermakna negatif karena biasanya judul tidak mencerminkan konten atau isi. Pelakunya hanya “berniat” menggiring orang untuk mengklik link yang ada dan masuk ke sebuah website atau blog.

Mengapa Orang Melakukan Clickbait?

UANG.

Pada akhirnya berlaku prinsip UUD = Ujung-Ujungnya Duit.

Konsep mencari uang di dunia internet adalah semakin banyak pengunjung yang datang ke sebuah website/blog akan memperbesar peluang pemilik website/blog untuk mendapatkan uang, terutama dari iklan.

Tidak penting apakah si pengunjung puas dan mendapatkan apa yang mereka cari dan ingin tahu, yang terpenting adalah mereka sudah datang dan berkunjung.

Itulah sebabnya mengapa kerap antara judul dan konten sebuah tulisan tidak nyambung karena tujuan utamanya bukanlah memuaskan pembaca, tetapi kedatangan mereka lah yang penting.

Bagi pelaku clickbait, tidak masalah kalaupun seseorang kemudian tidak datang lagi ke website atau blog mereka, toh akan ada jutaan orang lain yang akan datng. Yang terpenting adalah mereka sudah datang.

Tidak heran juga kalau website si pelaku clickbait akan memiliki struktur/lay out website yang mendorong para pengunjung untuk mengklik iklan yang tampil dengan berbagai cara. Pada akhirnya itulah tujuan mereka melakukan teknik clickbait ini.

Kapan Clickbait Ada?

Mengacu pada istilah “Clickbait” sendiri, teknik dan istilah ini lahir setelah interet ditemukan. Hal itu terlihat dari dua kata pembentuknya :

  • Click – Klik, yang mengacu pada kebiasaan di internet untuk mengklik link atau iklan
  • Bait – Umpan

Jadi, bisa dikata clickbait memang belum ada sebelum internet ditemukan.

Meskipun demikian, sebenarnya nenek moyang “clickbait” sendiri sudah lahir sejak berpuluh tahun yang lalu. Hanya saja namanya yang berbeda dan tidak melalui internet. Banyak media cetak yang sejak zaman dulu menggunakan konsep yang sama dengan konsep Umpan Klik.

Pernah membaca koran lampu merah, koran yang berisikan berita-berita kriminal ? Koran-koran jenis ini terkenal dengan memajang “judul-judul” heboh, bombastis, dan kemudian ditunjang dengan foto-foto “seram” dari korban-korban tindak kejahatan atau foto kriminal dengan mata tertutup. Tidak jarang foto korban kecelakaan pun terpampang di halaman depannya.

Tidak heran dulu lahir anekdot bahwa kalau koran jenis ini direndam di air, maka airnya akan berubah warna menjadi merah darah karena beritanya yang tidak jauh dari berbagai tindak kriminal.

Bagaimana dengan isi? Ruang untuk judul artikelnya sering memakan ruang yang lebih lebar dari isi artikelnya. Kadang hanya berisi berita singkat yang tidak seheboh judulnya. Biasa saja.

Dasarnya sudah ada sejak dulu dan bahkan tetap ada hingga sekarang, masih banyak media cetak atau online yang menggunakan metode serupa di masa sekarang. Hanya tentu saja, namanya kalau di media cetak bukanlah “clickbait” karena tidak ada yang di-klik.

Siapa Biasanya Pelaku Clickbait atau Umpan Klik?

Media massa baik cetak maupun online diketahui masih banyak yang menggunakan metode yang sama di masa sekarang. Penggunaan judul dan headline yang dramatis, bombastis, tragis adalah hal umum dalam dunia penerbitan. Terkadang isinya tidak terlalu nyambung pun tidak masalah, yang penting sudah datang ke website atau sudah membeli korannya.

Meskipun demikian, media massa masih terikat kuat dengan yang namanya kode etik jurnalistik dan UU Pers. Jadi, meski terkadang ada ditemukan penggunaan mirip “clickbait”, tetapi biasanya tidak total karena kaidah-kaidah jurnalistik masih diterapkan.

Masih ada batasan yang membuatnya lebih mirip judul “bombastis” dibandingkan “umpan klik” saja.

Berbeda dengan “blogger”. Penulis informal pengelola blog. Mereka tidak terikat dengan berbagai kaidah dan kode etik jurnalistik. Apalagi kenyataan, sejak diketahui blog bisa menghasilkan uang, maka berlomba-lombalah orang membuat blog dan menjadi blogger.

Bebas dari kode etik dan pengawasan. Niatnya mencari uang. Pengetahuan jurnalistik yang terbatas. Kombinasi yang sangat membuka peluang penggunaan clickbait.

Hal itu bisa terlihat dari penggunaan berbagai kata bombastis dan bahkan disarankan para internet marketer atau blogger tentang tutorial, seperti cara ajaib, cara ampuh, dan sejenisnya. Kadang isinya tidak benar-benar ajaib dan bahkan tidak nyambung sama sekali. Yang ada hanyalah sebuah copy paste atau penulisan ulang dari sesuatu yang sudah pernah dibahas oleh banyak orang.

Persaingan antar blogger yang semakin keras juga mendorong pada pemakaian teknik umpan klik yang semakin banyak. Mau tidak mau, manusiawi karena semua ingin tampil dan menonjol. Padahal, sekedar untuk mengajak pengunjung datang ke blog saja sudah sulit. Jadilah, penggunaan judul heboh nan bombastis kerap menjadi andalan.

Sayangnya, kerap kali hal itu tidak diimbangi dengan kemampuan membuat konten yang sesuai dengan judul. Dan, semua berakhir pada kekecewaan pembaca karena merasa tidak mendapatkan apa yang mereka cari dan inginkan.

Clickbait Antara Ada dan Tiada

Bisa dikata mirip kentut. Wujudnya jelas ada karena hidung bisa mencium baunya, tetapi tidak terlihat oleh mata.

Kira-kira begitulah clickbait atau umpan klik itu. Berada di dunia antara ADA dan TIADA.

Jelas ADA, karena kenyataannya di masa sekarang banyak artikel berjudul heboh, teruatama yang dishare ke media sosial, tetapi isinya bahkan terkadang tidak seperti yang judulnya.

Definisinya juga sudah dibuatkan banyak orang, jadi hal ini memang merupakan bukti keberadaan di Umpan Klik. Banyak orang juga merasakannya teruatama para pencari informasi yang kerap kecewa karena digiring ke website atau blog yang ternyata tidak sesuai dengan apa yang digembar-gemborkan oleh judul.

Jadi, jelas ADA.

Jelas TIDAK ADA, karena tidak ada yang bisa memutuskan dan menjatuhkan vonis sebuah konten atau artikel di sebuah website “nyambung”, “berkualitas” atau tidak. Batasan jelas soal hubungan antara judul dan isi yang dikategorikan clickbait juga tidak ada (terkait masalah kualitas).

Dewan Pers pun lebih perhatian pada Hoax yang jelas menipu dibandingkan niat clickbait. Padahal, kalau diperhatikan banyak konten media massa online yang juga tidak sesuai dengan judul dan isi.

Apalagi di dunia blogger dan internet marketer, yang mirip dengan dunia tukang kecap. Semuanya menyebutkan bahwa mereka pembuat artikel berkualitas. Manalah mungkin mau mengaku  menerapkan teknik clickbait. Bisa asah golok kalau kata itu dituduhkan kepada mereka.

Masalah clickbait adalah subyektif dan relatif. Tidak ada hukum dan aturan yang membatasi secara jelas apa dan seperti apa, serta hukuman apa yang bisa diterapkan pada pelakunya. Penilaiannya dilakukan secara individu dan penjatuhan hukuman pun dilakukan oleh individu.

Sebuah website yang kerap menerapkan teknik clickbait, perlahan akan dijatuhi hukuman “ditinggalkan” oleh banyak orang. Mana ada orang yang mau datang dua kali setelah “ditipu” dengan judul bombastis menjadi kaya mendadak dan secara ajaib lewat blog, kemudian disuguhi tulisan yang menyarankan kerja keras? Keledai saja tidak mau terperosok lubang yang sama dua kali (kata pepatah, walau banyak manusia yang lebih dari keledai karena mau saja mengklik tulisan clickbait berulangkali hingga tak terhitung.

Itu adalah hukuman sosial dari masyarakat pembaca, tetapi secara hukum ya tidak ada hukuman lainnya.

Lagipula, penggunaan judul heboh dan bombastis sudah dikemas oleh para blogger tutorial dan internet marketer dalam kemasan “judul yang menarik”. Karena antara bombastis, provokatif, dan sejenisnya bisa dikatakan sebagai judul yang menarik dan kalaupun diperdebatkan, maka bisa ada celah untuk berkelit dengan mengatakan bahwa “menurut saya judul itu menarik dan tidak bombastis”.. apalagi isinya kan sesuai, jadi bukan clickbait.

Pelajaran yang rupanya diserap dengan baik oleh para blogger sehingga tidak heran internet penuh dengan berbagai link yang sebenarnya menggunakan sebagian teknik clickbait, yaitu bombastis dan provokatif. Menjadi full clickbait kalau isinya ternyata tidak berkualitas atau kacangan, walau pastinya sang blogger akan berkata bahwa itu kualitas nomor satu, kayak kecap.

Nah, itulah yang namanya clickbait atau umpan klik.

Setidaknya dari sudut pandang saya, si blogger katrok bin jadul nan bengal. Silakan berbeda pendapat dan pandangan. Bahkan, kalau mau menganggap tulisan ini sebagai contoh clickbait yang baik juga tidak masalah.

Sah!

6 thoughts on “Mengenal Clickbait [Umpan Klik] : Nenek Moyangnya Sudah Ada Sebelum Internet Lahir”

  1. Hal ini pernah saya pertanyakan dalam sebuah forum Revolusi Generasi. Saat itu saya bertanya, apakah clickbait akan mempengaruhi seo dan kualitas blog kita? saya jadi bingung mas anton. Soalnya saat itu pembicaranya bilang justru clickbait dapat mendatangkan traffic pada blog dapat memberi nilai positif pada seo blog kita. Tapi sayangnya pengunjung yang datang karena clickbait biasanya waktu berkunjungnya sebentar. Karena kecewa!

    Gimana ni mas anton?

    Reply
    • Saya terus terang nggak "mau" tahu soal pengaruhnya pada SEO. Saya lebih suka memandangnya dari sudut pembaca saja. Soalnya, soal bagus atau tidak bagi SEO hanyalah sebuah sudut pandang saja dan tidak akan dikonfirmasi oleh Google atau mesin pencari lainnya. Jadi, saya tidak mikirin soal itu.

      Cuma, pandangan itu ada benarnya kalau memakai asumsi bahwa mesin pencari/Google melihat indikasi banyaknya pengunjung yang datang. Semakin banyak pengunjung yang datang karena clickbait, hal itu memberi indikasi website tersebut laku dan menarik. Jadi, secara SEO akan memberi nilai tambah.

      Hanya pandangan itu juga tidak 100% benar karena kalau tidak diimbangi dengan isi yang menarik minat, maka waktu kunjungan akan pendek. Dan itu memberi indikasi yang kurang bagus bagi mesin pencari.

      Bisa dikata penggunaan Clickbait akan memberi dampak positif dan negatif.

      Walau pada akhirnya clickbait akan berakibat buruk menurut saya karena lama-kelamaan orang akan sebal dengan website tersebut dan namanya justru menjadi buruk. Tidak bagus untuk branding kalau sudah punya nama buruk.

      Itu pandangan saya yah

      Reply
  2. Tulisannya enak banget dibaca nih, dari awal sampai akhir telaten kubaca, berarti ini bukan artikel clickbait, yg abis klik bubar hihi.. Jadi inget koran pos kota, judulnya juga bombastis, orang byk yg beli, apalagi kolom Nah ini dia, tulisan yg beraroma 'porno'

    Reply
    • Waduh, jadi tersipu saya disebut enak dibaca.. hahahahaha… Tadinya mau pakai nama koran itu tuh, cuma nggak enak hati menyebutkan nama. Jadi makasih sudah disebutkan disini.

      Memang itu salah satu contoh metode clickbait di masa lalu

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply