Mengapa Google Translate Belum Bisa Diandalkan Untuk Menerjemahkan ?

Google Translate itu berguna. Jelas sekali. Sudah banyak sekali yang merasakan manfaat dengan kehadiran fitur dari perusahaan mesin pencari terbesar di dunia itu. Fitur ini semakin membantu manusia untuk menerobos batas antar bangsa yang biasa ada karena permasalahan bahasa.

Sangat membantu dan bermanfaat. Tidak ada bantahan tentang itu.

Tetapi, tidak berarti bahwa Google Translate bisa dipercaya 100%. Fitur penerjemah ini masih sangat jauh dari sempurna dan perlu banyak perbaikan di sana sini. Masih terlihat sekali banyak kelemahan yang membuatnya belum bisa menggantikan penerjemah atau kemampuan berbahasa asing yang dimiliki seseorang.

Perhatikan dua screenshoot “hasil karya” dari Google Translate dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.

Mengapa Google Translate Belum Bisa Diandalkan Untuk Menerjemahkan

Bisa lihat kesalahannya dimana? Yak, betul sekali. Kata “bunga”. Dalam bahasa Indonesia kata “bunga” memiliki multi makna, sebagai benda yang berbau harum atau sebagai profit yang diminta bank saat meminjamkan uang.

Disini terlihat kesalahan dimana “bunga” yang seharus bagian dari tanaman tertukar dengan “bunga” bank.

Contoh lain lagi.

Mengapa Google Translate Belum Bisa Diandalkan Untuk Menerjemahkan

“Bisa” dapat bermakna “dapat” atau juga “racun”. Terjemahan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris di atas tidak bisa tertangkap oleh Google Translate. Fitur ini menerjemahkan “bisa” sebagai “can” atau modals dalam bahasa Inggris yang berarti “dapat”.

Kesalahan disini ditambah dengan kesalahan dalam bentuk grammar dimana kata “can” digabungkan dengan “are” yang seharusnya tidak bisa.

Bisa terlihat kan mengapa Google Translate saat ini belum bisa diandalkan seratus persen untuk menerjemahkan.

Mengapa bisa demikian?

Penerjemahan akan membutuhkan banyak hal, seperti :

1. Kemampuan menyusun tata kalimat dengan benar dalam kedua bahsa

2. Kemampuan untuk memahami makna kata di kedua bahasa sehingga pemilihan diksi pun tidak salah

3. Kemampuan untuk memahami sosial budaya, tradisi, dan kebiasaan sehingga pemilihan kata bisa tepat

4. Kemampuan memahami idiom-idiom dalam kedua bahasa

5. Kemampuan mengetahui asal usul kata

6. Kemampuan memahami konteks bacaan supaya tidak salah memilih kata dan tata kalimat

7. Kemampuan menangkap nuansa bahasa yang tersirat, seperti di bahasa Inggris ada Tense dan di Indonesia tidak ada

Dan, masih banyak lagi hal yang harus dipelajari untuk bisa menerjemahkan sesuatu dengan baik dan benar. Itulah mengapa di Fakultas Sastra atau Fakultas Ilmu Budaya yang diajarkan bukan hanya bahasanya saja, tetapi juga berbagai hal lain termasuk kebudayaan.

Banyak dari hal ini yang belum bisa dikerjakan oleh Google Translate, yang merupakan “mesin” dan bukan manusia. GT tidak memiliki rasa dan pemahaman yang mendalam seperti manusia.

Beberapa waktu yang lalu, dan sudah saya temukan juga pandangan dari beberapa blogger Indonesia, yang demi mengejar recehan dollar memilih membuat artikel bahasa Inggris dengan sekedar memasukkannya ke dalam Google Translate. Mereka juga mengatakan bahwa selama menggunakan bahasa Indonesia yang baku sesuai EYD, maka hasil terjemahannya akan baik dan benar.

Pandangan yang sama sekali tidak beralasan. Karena dua kalimat di atas adalah bahasa yang sesuai EYD tetapi terjemahannya “tidak benar”. Rasanya pandangan itu adalah pandangan dari orang yang sama sekali tidak mengerti bahwa penerjemahan adalah sesuatu yang kompleks dan memiliki banyak unsur. Bisa jadi, kemungkinan besar juga yang mengatakan demikian tidak memiliki kemampuan berbahasa asing yang cukup untuk melihat adanya kesalahan dalam hasil yang dikeluarkan oleh Google Translate.

Mungkin, pandangan mereka hasil dari sebuah kemalasan yang dipelihara. Mereka mencoba mencari jalan pintas agar bisa mendapatkan recehan dollar saja.

Pernahkah bertanya mengapa seorang penerjemah, apalagi yang tersumpah, dibayar mahal? Biaya menerjemahkan perlembar (hasil terjemahan) saat ini bisa mencapai puluhan ribu rupiah/lembar. Sementara yang tersumpah bisa lebih mahal lagi dari ini.

Oleh karena itu, jalan terbaik kalau ingin menulis artikel bahasa asing/Inggris, pelajari bahasa itu sebelum menulis artikel. Jangan hanya nafsu ingin meraup dollar dan terlihat elite, tetapi ujungnya menjadi tertawaan dan cemoohan orang.

Jujur saja, walau kemampuan bahasa Inggris saya “terbatas”, saya benar-benar geleng-geleng kepala membaca artikel hasil karya Google Translate, dan katanya sudah diedit dan direvisi oleh yang menulis.

Saya tidak tahu apa yang ada di benak orang-orang asing yang membacanya. Bukan urusan saya untuk berpikir. Tetapi, kalau saya jadi mereka, saya akan mengatakan “Diancuk!Maksain amat!”

3 thoughts on “Mengapa Google Translate Belum Bisa Diandalkan Untuk Menerjemahkan ?”

  1. Saya baru ngeh,,,, ternyata artikelnya 'hilang'. Semoga saja saya hanya salah duga.

    Saya sangat menyayangkan jika anda termasuk orang yang tidak siap ketika argumen anda di kritik balik om. Apalagi kritik balik itu men-skak mat argumen anda. Apa pasal? Saya iseng mencari-cari salah satu artikel yang dulu pernah om Anton tulis. Yaitu artikel yang berisi tentang 'kritik' terhadap orang yang menulis artikel bahasa inggris dengan memanfaatkan tools google translate. Di kolom komentar artikel itu saya mematahkan argumen anda dengan telak. Saya masih inget kang nata juga sempat ikut berkomentar di artikel itu. Tapi, saya sudah bolak-balik berusaha mencari2 lagi artikel itu, namun gak ketemu2 lagi. Entah karena artikel atau komentarnya sudah dihapus, atau bagimana persisnya, saya juga kurang tahu pasti.

    Mungkin dugaan saya yang salah. Oleh karena itu, Anda boleh membantah dugaan saya ini dengan mencantumkan link artikel itu di komentar. Nanti akan saya cek apakah semua komentar saya masih ada atau tidak di artikel itu. Jika artikel dan komentarnya ternyata tidak dihapus, maka saya akan langsung menarik kembali dugaan saya ini. Dan saya memohon maaf yang sebesar2nya karena saya telah salah menduga tentang Anda.

    Tabik! 🙂

    Reply
  2. – Met datang Bang Izal.. cuma kok pake nama lain. Kadang kebodohan memang susah hilang yah

    – Kedua , saya tidak pernah menghapus komentar yang berseberangan dengan saya, dan juga tidak suka mengedit seperti yang biasa om lakukan terhadap komentar.. Ini linknya maniakmenulis.com/2018/03/mau-belajar-menulis-artikel-bahasa.html. Suudzonnya dihilangkan duu

    – Ketiga : Telak. Iya sih telak banget terlihat sekali kebodohan bang Izal disana. Udah gitu kebodohan itu terlihat banget karena memaksakan teori sendiri kepada yang berlaku umum. Hahahaha.. telak mematahkan argumen saya atau telak memperlihatkan kebodohan Bang Izal sendiri…

    – Jadi silakan sungkem kepada saya bang Izal karena saya membuktikan bahwa saya lebih gentle dari ente yang suka edit komentar orang lain karena mengkritik ente dan takut terlihat kebodohannya.. iya kan

    Reply
    • Baguslah kalau ternyata dugaan saya salah 🙂

      Lhoo,,, welaaaah dalaah payah nih om Anton! Klo orang gaptek ya kayak gini nih wkwkwkwk. Makanya perbanyak belajar om,,, jangan sibuk mengkritik orang lain terus kerjaannya, sedangkan pengetahuan dirinya sendiri lupa untuk di asah. Perhatikan yang saya pakai sekarang ini adalah akun dari blogger, dan saya saya sekarang memang menggunakan nama asli saya. Akun G+ yang lama (dengan nama akun Bang Izal Toys) 'kan sudah gak bisa dipake lagi sejak google plus dihapus. Nah lhoooo!! Sekarang jadi ketahuan 'kan ternyata siapa yang bodoh hahahahahah 😀

      Iya saya akui dan tahu diri bahwa saya adalah orang yang bodoh dalam berbahasa inggris,,, oleh karena itulah saya terus gigih untuk belajar grammar bahasa inggris. Dan sekarang perkembangan kemampuan bahasa inggris pasif saya sudah jauh lebih baik. Makanya blog bahasa inggris saya itu mulai sering di share artikelnya dan diberi apresiasi oleh pembaca bule. (Dulu pernah saya share di IAPD) 🙂

      Lebih baik berusaha memperbaiki diri sendiri daripada usil mengurusi orang lain seperti om Anton ini. 🙂

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply