Faktanya demikian. Walaupun kalau menurut banyak artikel semakin banyak orang yang tertarik untuk menjadi blogger, kenyataan di lapangan sepertinya tidak semudah itu.
Pengalaman saya menunjukkan bahwa meyakinkan orang lain untuk menjadi seorang blogger dan memiliki website sendiri membutuhkan perjuangan panjang. Hal itu terjadi ketika saya berusaha untuk mengajak tetangga untuk memanfaatkan blog atau website bagi usahanya. Ia seorang pengelola kedai kopi.
Padahal, saat pertama tetangga tersebut mendirikan kedai kopi, ia berniat juga untuk memasarkan produk “biji kopi” via online. Setelah lebih dari dua tahun berlalu, hal itu belum juga terealisasi karena selama ini ia lebih suka mengandalkan media sosial, seperti Facebook atau Instagram sebagai media promosinya.
Baru 2 hari yang lalu, setelah penjelasan yang berulangkali tentang keuntungan memiliki blog atau website bagi usahanya. Dan, tentunya usahanya yang stagnan karena pelanggan tidak bertambah, ia mulai memikirkan lebih dalam dan berniat untuk memiliki blog tentang kopinya sendiri. Lebih dari 2 tahun seletah penjelasan pertama yang saya lakukan.
Herannya, sebenarnya, saya siap untuk membantunya untuk membangun blognya tanpa biaya apapun. Namanya juga tetangga dan kawan, tetapi tawaran itu seperti tidak dianggapnya. Ia memang tidak mengatakan secara gamblang “TIDAK”, tetapi juga tidak memberikan jawaban apapun.
Sikap seperti ini bukan sekali dua saja saya temukan. Beberapa teman dan saudara yang memiliki Usaha Mikro pun seperti apatis saat mendengar penjelasan tentang manfaat dan keuntungan menjadi blogger bagi pemilik usaha di zaman seperti sekarang.
(Baca juga : Menjadi Pembaca Harus Jeli dan Kritis)
Kebanyakan alasan yang dikemukakan adalah :
- produk saya tidak bisa dikirim lewat online
- tidak punya waktu mengurus blog
- lebih suka promosi lewat media sosial
- tidak bisa menulis
- tidak tahu cara membuat dan mengelola blog
- pengunjung sekarang sudah banyak
Dan, masih banyak lagi alasan yang saya terima. Padahal, sekali lagi, saya tidak men-charge apapun karena mereka-mereka yang saya ajak adalah teman, saudara, tetangga. Bagaimanapun, saya tidak akan berbinis dengan orang-orang yang dekat.
Alasan saya mengajak mereka bukan hanya karena saya seorang blogger yang sudah merasakan sedikit recehan dari iklan, tetapi, karena juga saya sudah berpengalaman dalam bidang pemasaran. Saya menyadari sekali bahwa zaman berubah dan di masa depan bisnis di dunia nyata perlu ditopang oleh kegiatan di dunia maya untuk memperluas jaringan dan menjangkau lebih banyak orang. Bahkan, bukan tidak mungkin suatu waktu bisnis online akan lebih merajai di masa datang.
Oleh karena itulah, saya berusaha memberikan sedikit gambaran agar mereka segera bersiap dan memanfaatkan momentum demi perkembangan usaha mereka.
Sayangnya, ternyata tidak mudah sama sekali. Sama sekali tidak mudah membuat orang yakin untuk memiliki blog atau website, walaupun gratis sekalipun.
Sifat apatis ini mungkin karena mereka belum pernah merasakan secara langsung manfaat sebuah blog atau website bagi sebuah usaha secara langsung. Kebanyakan juga menganggap kegiatan ngeblog atau mengelola website pribade sebagai hanya buang-buang waktu. Mereka lebih memilih mengerjakan sesuatu yang lebih nyata dan “mudah” tentunya.
Tidak heran jumlah blogger di Indonesia tidak bertambah dan berkutat di angka sekitar 2-3 juta saja sampai saat ini.
Untungnya, setelah mengalami sendiri bahwa usaha kedai kopinya yang tidak berkembang dan justru menunjukkan penurunan, sang tetangga pada akhirnya mulai mau dan berniat memiliki blog atau website untuk usahanya. Itupun setelah ditekankan bahwa biayanya akan sangat terjangkau, hanya dengan sekedar Rp. 165 ribu per tahun saja untuk menyewa domain dan tidak perlu hositng sendiri (memakai hosting blogger), barulah ia tergerak.
Sayang sebenarnya. Kalau saja ia mengikuti saran saya dua tahun yang lalu, websitenya mungkin sudah “authoritative” di bidangnya dan mungkin sudah memberikan efek yang banyak bagi perkembangan usahanya.
Ah, bagaimanapun, saya hanya bisa memberikan saran dan masukan. Pilihan itu terletak pada dirinya bukan saya.
Kalau menurut saya orang tsb jarang main ke ASIKPEDIA, ngk nyambung yach…..? Lupakan saja.
Orang tsb mungkin jarang menggunakan fasilitas search Google dan Mungkin keras kepala juga. Ngotot padahal ingin maju dalam dunia bisnis online.
Menurut saya lagi nich…. Allah SWT sudah memberikan pentunjuk buat si Dia, agar bisnisnya berkembang dan MAju, tapi melalui Pak Anton.
Tapi petunjuk itu tidak ia Hiraukan, mungkin ia khawatir akan mengeluarkan beberapa kopi secara free buat jasa Gratis pembuatan blognya.
Ahhh…itu orang berpikiran sempit, saya jadi gemess Pak, padahal ingin dagang online.
Kalau fb dan medsos lainnya jumlahnya pembacanya terbatas, tapi klu dalam bentuk blog, orang bule dari ujung dunia sekalipun bisa lihat dan tertarik untuk membeli.
Gemess liat orang seperti itu Pak, Egonya ngak bikin maju, heheheh….
Maafkan jika yang punya kedai Kopi itu, suatu saat membaca koment ini, saya hanya ingin Anda Maju semaju blog ini. 🙂
Gemes ni yee.. yah itulah nasib kaum blogger yang belum mendapat kepercayaan masyarakat.
Tantangan buat saya karena saya berniat memperbanyak blogger di lingkungan dimana saya tinggal. Banyak manfaatnya
hahahah…… Bagus Pak, biar warganya Pas ngumpul Di Pos Ronda yg dibahas masalah blogging. 🙂
Kunci kemauan mereka ada di Motivasi Pak Anton. 🙂
Jangan lupa ajak Pak RT-nya ngeblog juga, biar seruu..!! hihihi… 🙂