Screenshot dari tulisan “Dialah Nabinya Para Blogger” di Qureta |
Suka dan kagum pada seseorang itu wajar. Namanya manusia diberi otak dan hati, jadi ya normal-normal saja kalau rasa itu timbul. Tidak akan menjadi masalah.
Yang jadi masalah adalah ketika rasa itu berlebihan. Hasilnya akan mengikuti pepatah orangtua zaman dulu “berlebihan itu tidak baik”. Percayalah terhadap pepatah ini, kalau tidak percaya coba saja lakukan sesuatu yang kamu suka melebihi dosis, seperti hobi makan permen, kalau berlebihan bisa menyebabkan diabetes. Iya kan.
Begitu juga dengan rasa suka dan kagum. Berlebihan dalam yang satu ini juga akan berujung pada hal yang tidak baik.
Mas Sugeng, salah satu blogger (maaf nggak biasa pakai bloger) terkenal di blogsphere Indonesia, memang blogger jempolan. Tulisannya enak dibaca dan tentunya akan memberikan banyak sekali pengetahuan bagi mereka yang ingin belajar ngeblog dan mencari uang lewat blog.
Seorang pembuat template yang mahir juga. Bagi yang punya dan memakai Evomagz, tentunya akan paham betapa sederhana dan mudahnya mengoperasikan template ini. Saking bagusnya dan murah harganya, banyak sekali blog yang menggunakan template buatannya. Saya pun pernah memakainya, tetapi memutuskan untuk menghentikannya karena terlalu populer.
Jadi, orang hebat lah di dunia blogging Indonesia.
Kagum.
Saya juga merasa begitu. Melihat seseorang semuda dia sudah bisa “sukses” dalam profesinya, tetap saja timbul rasa kagum. Di masa sekarang dimana banyak orang masih bermimpi jadi karyawan, dia sudah masuk ke kuadran “wiraswasta” dan artinya mempunyai usaha sendiri. Jempol deh dari saya dalam hal ini.
Hanya saja, cukup sampai disitu. Saya patuh sekali kepada apa kata orangtua, jangan berlebihan. Tidak akan baik hasilnya.
Rupanya, ada seseorang yang tidak bisa menghentikan rasa kagumnya. Ia melangkah lebih jauh lagi keluar batas yang seharusnya.
Tulisan berjudul “Dialah Nabinya Para Blogger” ini sempat mengundang kecaman dan bully-an dari sesama blogger saat pertama kali terbit di Majelis Pena. Penggunaan diksi-nya berlebihan. Mungkin niatnya hanya sebagai clickbait saja (dan tidak gagal dalam hal ini), tetapi pada akhirnya justru mengundang kecaman dari banyak pihak.
Bahkan, pada saat pertama kali terbit, penulisnya sendiri terpaksa harus menerbitkan permintaan maaf dan tulisannya di-down. Tetapi, ternyata tulisan itu sekarang masih berkeliaran di Qureta.com. Entah apa alasannya sampai ia harus memaksa menerbitkannya di tempat lain. Apakah sang penulis tidak belajar dari apa yang pernah dialaminya?
Apapun alasannya, semua itu diakibatkan pada rasa kagum yang berlebihan sehingga terkesan mendewakan seseorang.
Penulisnya mungkin menginterpretasikan pasal UUD tentang kebebasan berpendapat terlalu luas. Pasal ini memang memberikan keleluasaan pada setiap manusia untuk mengungkapkan apa yang ada di pikirannya dan tidak bisa dihalangi. Meskipun demikian, hal itu tidak berarti “tanpa batas”.
Bagaimanapun di dunia ada yang namanya hukum tertulis, dan juga tidak tertulis, seperti norma, hukum adat, dan lain sebagainya.
Penggunaan istilah nabi, sebuah istilah keagamaan secara sembarangan hanya akan membangkitkan sensitivitas banyak orang. Kesalahan dalam memakai istilah ini bisa berakibat panjang dan justru menjadi kontra produktif. Apalagi, di Indonesia isu SARA adalah isu yang menarik untuk digoreng. Menyamakan seorang blogger dengan seorang nabi untuk kalangan apapun adalah sebuah bentuk kekonyolan yang tidak perlu.
Hal itu justru menimbulkan kontra produktif, baik bagi sang penulis dan bahkan mas Sugeng sendiri sebagai obyek tulisannya. Berbagai masalah mungkin timbul karena itu.
Ironisnya, pernyataan kekaguman model seperti ini, sebenarnya bertentangan dengan hakekat seorang blogger sendiri. Dalam dunia blogging, yang terbentuk berlandaskan pemikiran masyarakat jaringan, hirarki antar manusia menjadi renggang dan batasnya terhapus. Tidak ada blogger yang lebih tinggi dari blogger lainnya. Semuanya sama.
Tidak ada senior. Tidak ada yunior. Yang ada hanyalah blogger saja.
Terkadang ingin tahu juga apa yang ada di kepala si penulis dalam hal ini. Mengapa ia bisa menggunakan sebuah diksi yang rawan? Apakah karena begitu mengagumi orangnya sehingga harus menyamakan dengan sosok yang dihormati dan panutan banyak orang? Ataukah sekedar untuk menjaring pembaca?
Yang manapun, jawabannya, tulisannya menunjukkan ada sesuatu yang “berlebihan” dan yang berlebihan pasti tidak baik hasilnya.
Kalau ia menyamakan dengan “nabi” yang harus dihoratati dan dipanuti saja, saya menolak. Pengalaman menjelajah internet sudah memperkenalkan saya dengan tulisan mas Sugeng sejak lama, dan walau mengakui gaya bahasa dan penulisannya bagus, tetapi saya menemukan banyak celah pemikiran yang kurang pas.
Jika ia hanya sekedar ingin membuat tenar namanya sendiri dengan memakai gaya bombastis, anti mainstream, dan juga antagonis, hasilnya pun tidak bagus. Namanya memang akan dikenal, tetapi bukan dalam artian “baik”. Ia bisa dikenal sebagai “penista” dan hujatan pasti akan banyak datang.
Keduanya tetap saja menunjukkan gejala “berlebihan” yang parah. Penulisnya jadi sulit memahami berbagai batasan yang ada.
Sebuah contoh “berlebihan” dalam dunia blogging yang tidak seharusnya ditiru karena tidak pernah ada yang baik akibat berlebihan.
Bagaimanapun bebasnya seorang blogger dalam menulis di blognya, tetaplah ia harus mempertahankan sisi kewarasannya sebagai manusia. Dan, untuk bisa mempertahankanya, seorang blogger harus tetap bisa menjaga keseimbangan diri antara hati dan logika.
Hati boleh kagum dan suka, tetapi logika harus juga memberitahukan bahwa ada aturan, baik tertulis atau tidak, yang harus diikuti dan dipatuhi agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak baik.
Iya nggak, Kawan?
(Kalau mau melihat tulisannya, silakan klik link di screenshot di atas – kalau belum dihapus yah)
Setuju ,saya juga mengagumi para mastah" blogger semua tapi saya tidak mau berlebihan apa lagi sampai kaya gtu naudzubillah, tidak pantas ditiru @-)
Yup… kenapa harus begitu kalau masih banyak cara yang lain yah?
Saya gak usah liat tulisannya ah pak. Enggak perlu juga.
Sudah cukup tau dari maniak menulis aja.
Ya ga usah dibaca kalau gitu.. 😀 hahahaha…
Beberapa hari kebelakang, saya cukup aktif di forum Blogger Indonesia (facebook). Dengan anggota lebih dari 100 ribu,forum tersebut cukup aktif dengan mas Dian Umbara sebagai founder dan salah satu adminnya.
Banyak hal yang kemudian mengusik saya dan memaksa saya untuk terus memantau forum tersebut (dalam artian positif dan hanya ingin tahu).
Salah satunya yaitu banyaknya postingan anggota yang mengeluhkan akan banyaknya blogger click bait dan negative blogger (Sebutan saya untuk orang-orang yang menjadi antagonis hanya untuk menjaring pembaca).
Seperti disebutkan dalam artikel ini,saya setuju dengan pemikiran mas anton. Apa yang saya dapatkan adalah bahwa maraknya artikel yang membahas tentang SEO dan menganjurkan untuk membuat artikel yang kontroversial.
Akhirnya disalahgunakan dan berkembang menjadi negative article.
Ini baru asumsi dan hepotesis (waduh berat bahasanya, maafkan). Tapi bisa jadi seperti itu. Karena "kegilaan" akan visitor dan "mungkin" ingin numpang tenar, ya jadilah seperti itu mas…
Nice sharing dan maafkan jika kepanjangan hehe
Teknik clickbait banyak dipergunakan karena kebanyakan hanya berpikir untuk menarik pengunjung. Mirip dengan kalau ke pasar..
Biasanya dilakukan blogger dengan mentalitas instan dan hanya berpikir tentang mengejar uang dan pembaca.
Malah senang ada yang mau sharing sepanjang ini.. silakan saja mas..bebas disini mah
mungkin orang itu hanaya ingin menjadikan postingannya kontroversial..
sayang itu salah besar….
untuk mas sugengnya sendiri jelas.. akan ikut merasakan bebannya.
kalau buat judul postingan yang aman-aman aja deh.. gak usah ngambil-ngambil yang sensitive.
makasih buat manik menulis buat infonya..
saya juga minta saran nih untuk blog saya, mungkin banyak tulisan saya yang kurang pas.
Sami-sami..
Yah, memang dugaan saya juga begitu, kontroversi yang bisa menarik pembaca, tetapi melewati batas dan hasilnya malah tidak bagus.
Waduh, saya bukan ahli ngeblog.. tapi nanti saya coba berkunjung ke sana deh…sekalian BW
tapi sekarang mas sugeng jadi jarang online ya, kemaren saya lihat di blognya ada update 1 artikel setelah itu tidak online kembali… kangen 😀
Iyah.. mungkin karena terlalu sibuk, jadi agak repot untuk buat tulisan baru
Saya banyak belajar dari mas Sugeng, tapi tidak harus mendewakan seperti itu.
Kalo mas sugeng baca juga mungkin ketawa aja dengan penulisnya.
kita mengidolakan, mengikuti saran nya untuk sama-sama belajar.
saya banyak mengaggumi blogger luar, tapi tidak sampai seprti itu. hanya sekedar mengagumi tulisan mereka dan yg baik saya ambil
Pasti lah mas Sugeng ketawa …pasti sambil nyengir.."Ada ada aja yah"
Sayang sekali saya bukan pengemar Mas Sugeng, Melainkan pengemar Blog Mbak Indri.
Padahal sudah beberapa kali pinjem template Mas Sugeng,….. 🙂
Nah saya harus jadi penggemar blog siapa nih.. haha tetapi saya kagum pada kedua orang itu dalam banyak hal. Kreatifitas terutama karena tanpa itu mereka tidak jalan.
Itu yang mau saya coba kembangkan buat saya sendiri.
Pak Anton Mah pengemarnya blog dianarikasari, kalau tidak salah, hahahah…. 🙂
berlebihan tidak hanya tidak baik jadi bencana, itu air berlebih jadi banjir he…he…