Blogger Pun Harus Belajar Mengenai Sosial Budaya dan Membaca Data Untuk Menghindari Terjadinya Mitos

Blogger Pun Harus Belajar Mengenai Sosial Budaya Untuk Menghindari Terjadinya Mitos

Banyak mitos yang ada di dunia blogging Indonesia, salah satu yang paling terkenal adalah tentang kecepatan loading suatu blog. Beberapa angka, seperti 2 atau 3 detik sering dijadikan patokan standar ideal bagi sebuah laman untuk tayang. Kalau tidak, pengunjungnya akan kabur dan tidak kembali.

Hal itu sudah berulangkali saya temukan di berbagai blog dan yang menuliskannya bukan cuma blogger pemula, tetapi bahkan mereka yang disebut sekelas master pun sering mengatakannya. Saah satu contoh yang berhasil saya pungut di jalanan blogosphere Indonesia bisa dilihat di screenshoot di atas.

Kutipannya :

Menurut studi ilmiah yang dapat diandalkan dari University of Nebraska-Lincoln,
waktu memuat situs web yang dapat ditoleransi adalah kira-kira 2 detik.
Anda bisa menambah waktu toleransi hingga 38 detik dengan menambah feedback seperti progress bar.

Keren kan. Memakai referensi yang berasal dari sebuah universitas terkenal di Paman Sam dan tentunya untuk menunjang teori tentang pentingnya kecepatan loading.

Sayangnya, disitulah juga kelemahan dari mitos soal kecepatan loading ini sendiri. Cobalah pertanyakan dulu keabsahan penelitian atau survey ini.

  1. Dimana survey itu dilakukan? Jawabnya Nebraska itu di Amerika Serikat dan menggunakan bahasa Inggris.
  2. Berapa orang Indonesia yang terlibat dalam survey itu?  Penting, karena kalau dianggap juga berlaku di Indonesia, harus sebagian besar yang berpartisipasi orang Indonesia karena menunjukkan sebuah sikap
  3. Pernahkah di Indonesia ada survey yang meneliti sikap masyarakat terhadap kecepatan loading? Jawabnya tidak. Jumlah blog di Indonesia secara pasti saja tidak ada yang tahu.

Tentu, sebuah universitas tidak akan melakukan sesuatu sembarangan. Penelitian ini rasanya sangat sah dan sudah mengikuti metode yang benar. Yang salah adalah yang membaca hasil surveynya, jelas tidak memahami beberapa hal terkait sebuah survey dan mungkin diabaikan atau terlewat karena ketidakmampuan berbahasa Inggris.

  • sebuah survey atau penelitian selalu memiliki batasan dan sifatnya spesifik, termasuk daerah yang disurvey
  • kemungkinan besar, masyarakat yang berpartisipasi dalam survey tinggal di Amerika Serikat atau setidaknya mampu berbahasa Inggris
  • lingkup waktunya pasti tertentu, sifat penelitian akan selalu membatasi ruang waktu agar tidak terlalu luas
  • masyarakat mana yang disurvey juga sebuah urusan penting karena setiap masyarakat mempunya budaya yang berbeda. Tidak bisa menyamakan masyarakat Amerika dan masyarakat Indonesia karena pola makan berbeda, pola hidup berbeda, dan masih banyak lagi perbedaan.

Mengambil referensi dari luar negeri boleh-boleh saja, tetapi yang mengambil harus memahami sifat dari referensi yang diambilnya. Tentu saja, tidak akan salah kalau dijadikan referensi tulisan berjudul “47% orang Amerika akan kabur kalau sebuah website loadingnya lebih dari 2 detik”. Referensi ini cocok dan bisa dipahami kalau judul tulisannya begitu.

Tetapi, akan menjadi sebuah hal yang konyol ketika surveynya di Nebraska, Amerika Serikat, kemudian dipergunakan untuk mengatakan “Orang Indonesia akan kabur kalau sebuah website loadingnya lebih dari 2 detik”.

Aneh. Survey adalah data pendukung untuk sebuah teori dan dilakukan di sebuah wilayah tertentu. Tidak nyambung sama sekali kalau saya membuat tulisan “Orang Jawa hobi makan jagung”, tetapi surveynya di Papua.

Mengapa penting, kecepatan internet di Amerika Serikat adalah salah satu yang tercepat di dunia. Hal ini juga membentuk sikap mental dan budaya masyarakatnya yang menjadi ingin serba cepat. Bandingkan dengan masyarakat Indonesia yang masih terkenal sebagai jam karet dan terbiasa dengan internet yang kecepatannya lemot (peringkat ke-77 kalau tidak salah). Mentalitas dan budayanya sangat jauh berbeda.

Sebuah kecerobohan memakai data dari survey di suatu tempat untuk digunakan di tempat lain, tanpa memahami data dan makna datanya. Hanya mengutip sebagian hasil survey untuk mendukung teorinya.

Inilah yang menghadirkan mitos dalam dunia blogging Indonesia bahwa pengunjung akan kabur kalau website tidak loading dalam 2-3 detik.

Kemudian, ada satu kesalahan membaca data lagi.lihat screenshoot di bawah ini :

Blogger Pun Harus Belajar Mengenai Sosial Budaya dan Membaca Data Untuk Menghindari Terjadinya Mitos

Empat puluh tujuh persen mengharapkan situs web dimuat dalam waktu 2 detik (masyarakat yang mana yah?) . Pernahkah bertanya, yang 53 persennya kemana? Kalau menurut logika, maka mereka tetap membaca, iya kan?

Kalau 57% kabur setelah tiga detik, yang 47 persen itu masih terus membaca kan?

Tidak ada penjelasan lebih rinci disini, padahal penting untuk mengetahui tingkah laku dari pemirsa blog. Hasil survey ini bisa dipandang bahwa”masih ada orang yang membaca blog Anda kalau loadingnya lebih dari 3 detik”.

Masalah pemahaman tentang guna survey dan penelitian penting untuk menunjukkan perilaku dan dalam hal ini sama sekali tidak nyambung antara tujuan survey dan penelitian dengan sikap budaya masyarakat Indonesia.

Hal itulah yang melahirkan banyak mitos dalam dunia blogging Indonesia. Banyak blogger yang memakai referensi dari luar untuk mendukung teorinya, tanpa mencoba memahami sisi sosial budaya dan karakter masyarakat yang dijadikan survey. 

Kecuali, data yang dipergunakan berasal dari survey yang dilakukan di Indonesia, maka mitos ini akan berubah jadi teori dan bisa diperdebatkan. Selama data yang dipakai berasal dari survey di sebuah masyarakat lain, selain Indonesia, maka hal itu adalah mitos yang jauh sekali dari teori karena sama sekali tidak didukung data.

Dan untuk itu salahkan para blogger sendiri, yang kurang jeli dalam membaca sebuah hasil survey atau penelitian.

4 thoughts on “Blogger Pun Harus Belajar Mengenai Sosial Budaya dan Membaca Data Untuk Menghindari Terjadinya Mitos”

  1. Kalau Saya ngk kabur walau 7 detik, paling2 refresh browser saja, masih macet saya kembali lagi beberapa menit, macet lagi kembali lagi, blognya dibanned baru saya,,,,kaburrrr!! 🙂

    Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply