Tidak Mudah! Menulis Tentang Lifestyle atau Gaya Hidup

Tidak Mudah! Menulis Tentang Diri Sendiri

Ngaku. Sungguh saya mengakuinya. Ada satu kelemahan besar pada diri saya sendiri yang menghambat dalam menghasilkan satu jenis tulisan di berbagai blog yang saya miliki.

Jenis tulisan yang dimaksud adalah artikel seperti yang biasa ditulis anggota Kumpulan Emak Blogger, atau Jaringan Blogger Perempuan, atau para blogger di niche Lifestyle dan Traveler.

Sebenarnya, jenis tulisan seperti ini sangat enak dibaca dan dinikmati. Mirip sekali dengan membaca sebuah cerpen (cerita pendek) atau kisah perjalanan. Seringkali, tulisan seperti ini menghanyutkan pembacanya (kalau ditulis dengan benar yah).

Tulisan jenis ini lebih nyaman di mata dan hati dibandingkan tulisan tutorial, argumentatif, atau berita. Pembaca seperti dibawa masuk ke dalam dunia kehidupan sang penulis dan terkadang ikut serta dalam pergulatan batin mereka. Tulisan-tulisan yang seperti ini terasa mengalir dan tidak membosankan untuk dibaca.

Ini jenis tulisan yang menurut saya ideal bagi blog karena bagaimanapun blog adalah sebuah jurnal, diary, medium yang seharusnya berisi cuplikan kisah dari orang yang mengelolanya.

Sayangnya, ada satu hal yang sulit sekali ditembus, oleh saya tentunya, walau bukan tidak mungkin Anda juga mengalaminya.

Hal tersebut adalah ketidaknyamanan untuk membuka terlalu banyak hal tentang diri sendiri, keluarga, atau orang-orang terdekat kepada publik. Sama sekali tidak nyaman.

Rasanya seperti membuka pintu rumah sendiri begitu lebar sehingga semua orang yang berlalu lalang bisa melihat apa yang saya kerjakan, apa yang saya dan keluarga pernah alami, apa yang akan dilakukan, dan sejenisnya.

Bukan berarti saya tidak mau bergaul. Bisa dikata dalam keseharian, saya cukup luwes dalam hal bergaul dan memiliki banyak kawan (nyombong dikit boleh kan?). Hanya, saya selalu memberikan batas yang cukup ketat dalam hal ini.

Urusan keluarga adalah hal-hal yang pribadi dan biasanya hanya dibahas dengan mereka-mereka yang dekat saja.

Itulah mengapa sulit sekali menulis tentang Lifestyle, atau Traveling. Kedua jenis tulisan ini idealnya ditulis dengan gaya yang “membuka lebar” pintu ke dalam wilayah pribadi sang penulis.

Sedang apa saya di rumah. Apa yang saya lakukan bersama anak dan istri saat habis gajian. Pakaian apa yang saya sukai dan makanan jenis apa yang paling saya sukai. Semuanya terkadang dibuka kepada publik oleh para blogger Lifestyle.

Dan, saya tidak merasa nyaman tentang itu.

Hal itulah yang mendasari banyak tulisan di blog-blog yang saya kelola. Mayoritas tulisan dibuat dengan menempatkan, saya, si penulis sebagai orang ketiga yang melaporkan apa yang saya lihat. Atau sering juga menulis tentang sesuatu yang sebenarnya abstrak, yaitu pemikiran, ide, atau pengetahuan yang ada di kepala.

Sentuhan personal akan tetap diberikan, tetapi dengan tetap menjaga wilayah dan batas yang perlu diketahui umum. Tidak akan banyak informasi atau data yang akan dihadirkan dalam tulisan.

Bahkan, sekedar foto diri sendiri pun, jarang sekali hadir dan dipakai. Perhatikan saja foto-foto di Lovely Bogor dimana hanya ada satu buah foto dimana saya hadir di dalamnya. Sesuatu yang disadari oleh mata jeli Kang Nata, si pemilik blog Asikpedia, sahabat di dunia blogging Indonesia, walau belum pernah bertemu.

Ia pernah bertanya beberapa kali mengapa foto-foto di LB kok tidak ada yang berisi pemotretnya. Berbeda dengan kebanyakan foto dan tulisan para blogger Liefestyle atau Traveling yang justru penuh dengan berbagai hal tentang sang penulis.

Semua ini mencerminkan betapa pada dasarnya, saya tidak ingin publik melihat secara keseluruhan penulisnya. Hanya hal-hal kecil saja yang akan dihadirkan dalam tulisan, selebihnya, pembaca akan dibiarkan untuk mengembangkan imajinasinya.

Seperti apa sih penulisnya? Gaya hidupnya kayak gimana sih?

Silakan tebak sendiri.

Keinginan untuk tetap menjadi “dalang” yang tidak terlihat seperti inilah yang menjadi hambatan terbesar untuk menulis artikel dengan tema Lifestyle atau Traveling.

Berat rasanya.

Bukan berarti saya tidak pernah mencoba mengatasi hambatan ini. Bagaimanapun, hambatan seperti ini tidak seharusnya dibiarkan karena akan menghambat kreatifitas dan kebebasan dalam menulis. Sesuatu yang merugikan diri sendiri sebagai blogger.

Tetapi, tiga tahun sudah berlalu, dan walau ada kemajuan sedikit dimana saya berani membuka diri, tetap saja masih ada tembok tebal seperti ini.

Ternyata tidak mudah sama sekali mengatasinya. Entah, kapan saya bisa menembus batas ini.

Bagaimana dengan Anda? Apakah mengalami hal yang sama juga?

5 thoughts on “Tidak Mudah! Menulis Tentang Lifestyle atau Gaya Hidup”

  1. Dulu, pertama kali nulis di blog Ayyaamii yang notabenenya adalah diary, semuanya saya tulis di sana, Pak. Bahkan lauk apa yang saya makan di pagi hari. Setelah memasuki dunia kerja, bertemu dan bergaul dengan banyak orang, saya masih rajin menulis.

    Tapi setelah salah seorang rekan kerja bercanda dan mengutip kata-kata dari blog saya, saya pun tersadar. Akhirnya saya lebih selektif dalam menerbitkan artikel di blog.

    Padahal kalo dipikir-pikir, saya jarang berbagi hal yang pribadi atau update status di sosial media. Tapi kalo nulis di blog, bisa panjang banget 🙂

    Reply
    • Hahahahaha…. karena kita blogger, jadi menulis di blog terasa lebih bebas seperti di rumah sendiri. Cuma , jangan sampai lupa , blog itu rumah yang tanpa dinding jadi semua tingkah kita kelihatan.

      Bisa paham sekali soal yang Nisa tulis..

      Reply
  2. Masalah fhoto dari sekarang masih saya perhatikan Pak, untung dapat di G+ dan di Artikel Obituarinya.

    Jadi fhotonya bisa saya simpan,,,,minta yach Pak. 🙂

    Soal buat apa nanti saya pikirkan. 🙂

    Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply