Pena Lebih Tajam Dari Pedang : Para Blogger Pun Harus Selalu Ingat Yang Satu Ini

Pena Lebih Tajam Dari Pedang : Para Blogger Pun Harus Selalu Ingat Yang Satu Ini


Pena lebih tajam dari pedang

Begitulah sebuah pepatah/peribahasa lama yang ada di dalam khasanah bahasa Indonesia.

Sebuah pepatah yang kerap dijadikan bahan guyonan dan candaan karena terdengar seperti tidak masuk akal. Bagaimana bisa sebuah “pena” (pulpen/ballpoint) bisa menyamai ketajaman sebuah pedang?

Ujungnya bisa sama-sama runcing, tetapi, secara fisik tentunya, pedang akan selalu lebih tajam dalam berbagai hal dibandingkan pena. Pedang memang ditujukan untuk mengiris, memotong, menusuk sesuatu dan bahkan lebih spesifik lagi ditujukan untuk membunuh. Berbeda dengan pena, yang fungsi utamanya adalah untuk mengalirkan tinta ke ujung dan kemudian menorehkan simbol-simbol yang disebut huruf di atas kertas.

Jadi, pepatah ini tidak heran kerap dijadikan bahan guyonan, secara fisik.

Meskipun demikian, sejarah perjalanan manusia mencatat bahwa banyak orang melakukan tindakan-tindakan yang menunjukkan ketakutan terhadap “pena” lebih dibandingkan “pedang”.

Sebagai contoh : Orde Baru yang membreidel berbagai jenis majalah saat berkuasa selama 32 tahun. Salah satu korbannya adalah majalah TEMPO yang sampai dua kali diberangus

Padahal, TEMPO bukanlah pemegang “PEDANG”. Nama ini adalah nama sebuah majalah , TEMPO adalah pemegang “PENA”.

Majalah ini, saat itu, terkenal dengan keberaniannya untuk “berbeda” dan “berseberangan” dengan pemerintah di masanya. Tempo kerap melakukan investigasi mendalam terhadap sebuah kasus umum dan kemudian memaparkannya kepada publik.

Dan, hal itu membuat “takut” penguasa di masa itu.

Bukan hanya Orde Baru saja, Orde Lama di bawah Soekarno pun melakukan usaha pemberangusan terhadap para pemegang “Pena”. Banyak negara, terutama di negara berkembang juga berbuat hal serupa. Negara tertutup, seperti Cina/Tiongkok, apalagi. Kebebasan para pemegang “pena” sangat dibatasi disana.

Mengapa demikian? Mengapa para penguasa begitu takut pada para “Pena-ers” (pakai gaya anak zaman now)? Bukankah pena tidak seberbahaya pedang yang bisa langsung membunuh?

Jawabnya :

Pena, menulis, memang tidak akan secara langsung membuat seseorang luka atau kehilangan nyawa. Berbeda dengan pedang yang bisa seketika membuat seseorang atau beberapa orang mati. Tidak, kecuali seperti yang di film-film eksyen dimana pena dijadikan alat pembunuh, pena teramat sangat jarang membuat orang kehilangan nyawa secara langsung.

TETAPI….

“PENA” bisa menginspirasi banyak orang. Pena bisa menterjemahkan berbagai pemikiran yang ada di kepala manusia. Pena bisa menggerakkan hati ribuan dan bahkan jutaan orang untuk melakukan sesuatu. Pena bisa menanamkan pemikiran, ide di dalam banyak orang.

Apa yang dihasilkan sebuah “pena” bisa berubah wujud menjadi sebuah letusan dahsyat dalam bentuk “revolusi”, penentangan, perlawanan. 

Pena bisa membuat ribuan bahkan jutaan orang kehilangan nyawanya. Bukan satu atau dua saja tetapi bisa beribu kali lipat daripada yang bisa dihilangkan oleh sebuah pedang. Sebuah buku karya Adolf Hitler, Mein Kampf, mengilhami banyak orang Jerman dan mengakibatkan holocaust pada bangsa Yahudi selama Perang Dunia II.

Itulah salah satu contoh konkrit dala sejarah dimana “pena lebih tajam dari pedang”.

Berbahaya.

Itulah juga sebuah alasan yang sangat kuat, dan seharusnya menjadi patokan seorang blogger saat menulis artikel di dalam blognya.

Pena bisa dipergunakan untuk mewujudkan “kebaikan”atau “keburukan”.

Seorang penulis/blogger bisa memanfaatkan “pena” yang dimilikinya untuk membuat tulisan yang bisa membantu orang lain memecahkan masalah. Sayangnya, pena yang sama juga bisa dipakai menghancurkan hidup seseorang atau banyak orang juga.

Sebuah tulisan yang mengumbar aib (yang belum tentu benar) dari seseorang, bisa berakibat buruk pada kehidupan orang tersebut. Ia bisa kehilangan pekerjaan dan hartanya dan bahkan kehilangan segalanya karena masyarakat tidak lagi percaya kepada dirinya. Boss-nya bisa menganggapnya melanggar peraturan perusahaan dan memecatnya.

Apalagi di zaman now, dimana kecepatan jempol untuk menekan tombol share lebih cepat dibandingkan otak mencerna dan berpikir, bahaya tajamnya pena pun semakin terlihat.

Sesuatu yang seharusnya menjadi pemikiran blogger saat menulis sesuatu. Ia juga harus mempertimbangkan apa efek dari tulisannya kepada orang lain. Betul, kebebasan berpendapat dijamin oleh Konstitusi, tetapi, tetap saja ada batasannya.

Tidak boleh kebebasan berpendapat itu sendiri dipakai untuk menyakiti atau melukai orang lain. Pena tidak selayaknya dipergunakan untuk menciptakan kehancuran dan kerusakan.

Pena diciptakan agar orang bisa merekam, mencatat, berbagi pengetahuan kepada yang lainnya. Bukan untuk membunuh dan menghancurkan.

Oleh karena itulah, kesadaran tentang hal seperti ini harus ada di dalam benak seorang blogger pada saat membuat tulisan. Ia harus bisa memastikan “ketajaman pena” tidak melukai orang lain.

6 thoughts on “Pena Lebih Tajam Dari Pedang : Para Blogger Pun Harus Selalu Ingat Yang Satu Ini”

  1. Bahkan Sebuah pena juga yang menyebabkan indonesia dijajah selama 350 tahun oleh belanda.

    Karena sebuah buku berjudul "Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien".

    Bangsa belanda dapat berlayar dan menemukan indonesia.

    Reply
    • Rakyat Indonesia masih banyak yang miskin bukan karena pena.. pena hanyalah alat, tetapi karena mereka tidak mau bekerja keras..heheheh

      Reply
  2. kalau pedang, mencelakai kalau dekat, tapi pena bisa mencelakai di manapun ya pak.
    Tapi ada lagi yang lebih tajam dari pena, dialah mulut.

    Itu lebih mematikan dan tidak berbekas hahahaa

    Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply