Kondisinya masih tidak berbeda jauh dibandingkan saat pertama kali dibeli 25 tahun yang lalu. Agak kusan dam terbungkus plastik. Buku tua berusia lebih dari setengah abad ini pernah memegang peran penting saat menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia, Fakultas Sasrra, Jurusan Sastra Jepang (sekarang Fakultas Ilmu Budaya).
Penting karena ini adalah salah satu buku referensi yang dipergunakan untuk membuat skripsi yang merupakan salah satu syarat kelulusan dan mendapatkan gelar sarjana.
Tebalnya, ampun. Bacanya, yah butuh beberapa minggu karena banyak sekali istilah dan ejaan bahasa Inggris lama yang masih terdapat di dalamnya. Repot, tetapi mau tidak mau harus dilakukan.
Buku tua ini sendiri, kalau melihat bagian dalamnya diterbitkan pada tahun 1962, dan kalau dihitung dari saat tulisan ini terbit, sekarang sudah berumur 56 tahun. Terbitan luar negeri, New York, USA.
Harganya saat dipungut dari seorang pedagang buku bekas di Pasar Senen, Jakarta ini, adalah Rp. 30.000 rupiah saja. Sebuah harga yang sama sekali tidak mahal mengingat buku teks bahasa Inggris pada tahun 1990-an saja sudah berkali-kali lipat dari itu.
Isinya pun sangat bermanfaat karena merupakan hasil penelitian terhadap perpolitikan di Asia antara tahun 1498 hingga 1955. Sebuah penelitian yang saya butuhkan mengingat Jepang adalah salah satu negara di Asia Timur, dan sejarah adalah studi yang saya tekuni.
Sangat membantu sekali dalam memahami kondisi sosial budaya dan perpolitikan di kawasan Asia saat itu. Itulah mengapa buku ini , bersama beberapa buku tua yang lain, yang juga hasil buruan ke berbagai pasar buku loakan di berbagai tempat, mempunyai tempat khusus dalam kehidupan saya.
Meskipun sudah tidak lagi dibaca, oleh saya, karena keterbatasan mata yang minus 7.25, plus 3.5 dan silinder 2.5, buku ini masih tersimpan di tempatnya. Di sebuah rak buku tua, berisi deretan buku tua, di rumah yang ditempati orangtua, yaitu ibu saya.
Saat ini tidak ada yang membacanya, tetapi siapa tahu, buku ini akan kembali dibuka dan dibaca kembali. Entah oleh siapa. Mungkin tidak keren, mungkin tidak cantik dan baru, tetapi buku tua berusia setengah abad ini masih sangat bernilai tinggi mengingat isinya, dan bukan covernya.
Mungkin, suatu waktu akan ada orang yang membutuhkannya. Siapa tahu juga si kribo kecil suatu waktu berminat dalam hal yang sama dan ia akan membuat buku ini kembali melaksanakan fungsinya.
Untuk sementara ini, biarlah ia tidur dengan tenang dulu di peraduannya, sampai ada manusia berikutnya yang memerlukan jasanya.
(Catatan : Ada satu hal yang tetap membuat saya tidak bisa mengerti tentang buku ini. Di halaman penerbitannya tertulis “Library of Congress Catalog Card Number 62-19655 yang berarti buku ini merupakan cetakan khusus untuk Perpustakaan Congress, Amerika Serikat. Tetapi, bagaimana bisa dibeli dari pedagang buku bekas loakan?)
itu artinya ada yg mengmbilnya dng jurus copet dari Perpustakaan lalu membawanya ke Indonesia, lalu Si pengambil buku menjualnya ke tukang loak krn butuh uang membeli Ez Tebu.
kemudian Kitab Pusakanya jatuh ke Pak Anton, ke tangan Pendekar yg berwatak Baik. 🙂
Hahahaha kebanyakan baca Kho Ping Hoo neeh
hahahah…. pengaruh Buku Kong Ping Ho dan Buku Wiro Sableng, memang masih terasa sampai sekarang, apalagi ada yang ngajak debat, biasanya saya pakai jurus Meringankan tubuh lari terbirit- birit. 🙂