Perlukah Memperhatikan Kaidah Bahasa Indonesia Saat Menulis di Blog

Perlukah Memperhatikan Kaidah Bahasa Indonesia Saat Menulis di Blog

Satu pelajaran yang pasti tidak luput diajarkan kebanyakan blogger “senior” kepada para pemula adalah agar memperhatikan kaidah bahasa Indonesia saat menulis artikel untuk blog. Tidak ada yang mengajarkan berbeda.

Bukan sesuatu yang aneh karena di dunia nyata juga sosialisasi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar pun terus ditebar. Pemerintah bahkan mengeluarkan biaya tidak sedikit agar warga negara Indonesia mau menggunakan bahasa Indonesia dengan tepat dan benar.

Berarti ada kesesuaian antara yang diajarkan oleh blogger dengan yang dikehendaki pemerintah kan?

Klop dah.

Tetapi, kenyataannya, di lapangan penggunaan bahasa yang tidak baku adalah sebuah keumuman. Teramat sangat jarang, terutama ketika berbicara, seseorang menggunakan bahasa Indonesia yang baku, baik, dan benar.

Coba saja perhatikan.

Pasti saja ada unsur-unsur non baku yang menyusup ke dalamnya. Tidak seratus persen sesuai buku panduan berbahasa ala EYD.

Iya kan?

Mengapa bisa demikian?

Yah, karena kenyataannya bahasa selalu terhubung dengan manusia dan manusia itu fleksibel, adaptif (menyesuaikan pada situasi), dan terus berkembang. Dinamis dan terus berubah.

Sementara, buku panduan bersifat statis baik bentuk maupun isinya. Perubahan hanya dilakukan secara berkala. Buku ini juga dibuat berdasarkan standar-standar yang hanya ditentukan sekelompok orang saja dan tidak bisa disebut mewakili keseluruhan. Buku panduan berbahasa isinya diterapkan melalui proses indoktrinasi dan penanaman ide.

Buku panduan berbahasa mewakili idealisme bagaimana seharusnya berbahasa.

Keduanya bertentangan. Karakter bahasa yang dinamis dan karakter panduan yang statis. Tidak cocok. Buku panduan mewakili usaha membentuk sebuh monokultur (menjadikan satu budaya) saja.

Yang jelas, di dunia nyata mencapai sesuatu yang ideal adalah tidak mungkin. Selalu ada penyelewengan dimanapun. Tidak beda seperti negara yang ideal adalah negara yang adil makmur dan rakyatnya sejahtera semuanya, tetapi kenyataannya tidak ada negara di dunia yang begitu makmurnya sehingga masyarakatnya tidak ada yang miskin.

Begitu juga dalam dunia blogging, dunianya para penulis informal.

Teori standar, kaidah berbahasa itu teorinya harus dipakai. Sayangnya, karakter masyarakat tidak bisa menerimanya. Masyarakat bosan dengan sesuatu yang seragam, normal, dan kaku.

Hal itu trercemin dari karakter dari blog, blogging, dan blogger sendiri.

1. blog itu demokratis dan bebas : karena pada dasarnya adalah sebuah media sosial, blog juga memiliki karakter itu, yaitu bebas.Tidak ada standar bagaimana harus diisi, selain yang tertulis pada aturan dan hukum saja

2. blogger itu memiliki hak kebebasan berpendapat : diatur dalam undang-undang tentang hal itu. Tidak boleh ada yang melarang ia mengemukakan pendapat dengan cara apapun. Tidak bisa juga ia dilarang menggunakan cara yang dia mau

3. Blogging adalah bicara dalam bentuk tulisan dan bicara itu harus memasukkan gaya, dialek, dan cara yang dimaui penutur

Pada intinya, blogging adalah dunia penuh kebebasan, walau tetap harus bertanggunjawab.

Blog, blogging, blogger adalah tiga kata yang mewakili dan merupakan wujud dari kebebasan dan demokratis itu sendiri.

Karakter yang berbeda jauh dengan sifat kaku dari yang namanya “kaidah”. Unsur yang membuatnya bertentangan dan berhadapan dengan karakter bebas dari blog. Yang satu berkata “harus” begini dan begitu, di sisi yang lain akan keluar ucapan, “terserah gue dong”.

Yang menang yang mana?

Kenyataannya, bukti di lapangan menunjukkan bahwa manusia yang lebih banyak harus selalu didahulukan. Alam mengatakan itu. Vox Populi Vox Dei, suara rakyat adalah suara Tuhan.

Kasarnya, apa yang dimaui oleh orang yang lebih banyak harus selalu ditempatkan sebagai “pemenang” dan dijalankan.

Dunia blogging pun menunjukkan hal itu benar adanya.

Tidak ada blog yang sukses ketika memakai kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar., tetapi banyak sekali yang berhasil karena mereka tidak berbahasa dengan baik dan benar. Coba saja perhatikan blog-blog traveler, blog curhat, blog tutorial, atau blog apapun, yang berhasil meraih ketenaran adalah mereka yang bisa memadukan gaya santai dan pengetahuan.

Juga tidak pernah ada blog yang benar-benar berkaidah bahasa Indonesia atau bahasa lainnya secara baik dan benar. Tetap saja ada penyelewengan dalam berbahasa di sana. Bahkan, mereka yang mengajarkan ngeblog harus memperhatikan kaidah bahasa Indonesia yang benar pun sering memakai bahasa tulisan yang rancu dan tidak sesuai aturan.

Jadi, bisa dikata, sebenarnya tidak perlu terlalu pusing dengan istilah “memperhatikan kaidah bahasa Indonesua saat menulis di blog”. Abaikan saja.

Pakai patokan sederhana ini

  • Tulis sesuai yang dimau, mau pakai bahasa planet sekalipun kalau memang ada yang mengerti, ya pakai
  • Jangan rumit dan pusing memikirkan kaidah bahasa saat menulis. Toh, hahasa ibu kita adalah bahasa Indonesia, secara otomatis, kemampuan kita berbahasa Indonesia sudah masuk kategori baik (di SD/SMP/SMA/Universitas terus diajarkan)
  • Blog-blog gue, kenapa elu yang ribut

Blog bukan tulisan formal. Blog itu bicara dalam bentuk tulisan. Blog itu ruang kebebasan.

Yang paling penting, pembaca mengerti. Selama mereka bisa mengerti dan menikmati, kenapa harus repot.

Mau contoh blog bagus dan punya nama tetapi sangat tidak memperhatikan kaidah bahasa Indonesia. Lihat di bawah.

Perlukah Memperhatikan Kaidah Bahasa Indonesia Saat Menulis di Blog

Ini screenshoot dari blog Cumi Lebay punya Mas Toro. Coba saja perhatikan gayanya yang unik dengan memberi warna berbeda bahkan dalam satu kalimat. Perhatikan juag penggunaan kata “dan” yang bisa berada di awal kalimat atau penggunaan “gw” sebagai pengganti “gua”.

Terkesan alay.

Tetapi, kenyataannya blog ini memiliki penggemar banyak dan salah satu blogger ternama di genre blog traveler.

Sayangnya yang punya sudah tiada alias wafat. Blog ini sudah pasti tidak akan berlanjut. Padahal keren punya tuh.

Nah, tulisan ini juga jelas tidak memakai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bisa menemukan mana yang tidak sebenarnya salah menurut kaidah? Saya sih bisa karena saya melakukannya dengan sengaja.

Coba cari kalau sempat.

2 thoughts on “Perlukah Memperhatikan Kaidah Bahasa Indonesia Saat Menulis di Blog”

  1. Bahasa menulis blog memang harus bebas. Tapi saya sendiri tetap memiliki standar minimal yang harus dipenuhi.

    Pilihan kata memang banyak, dari yg formal, baku, santai, sampai alay. Tapi kalo nulisnya berantakan, kadang bisa bikin sakit mata bacanya.

    Huruf kapital banyak ditabrak, spasi semau gw, tulisan kaya kereta api, typo bertebaran. Sepertinya bukan tipe tulisan yang enak saya baca 🙂

    Reply
    • Masing-masing akan memiliki standar minimal. Tetapi bukan sebuah keharusan atau kepastian. Itu adalah sebuah pilihan.

      Seorang yang memang cuma mau ngalay atau curhat saja, mau ancur-ancuran dia ga pedulu, ya itu urusan dia bukan urusan saya.

      Cuma pembaca juga punya hak, mau baca atau nggak itu saja. Nggak suka ya sudah.

      😀

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply