“Kalau mau terkenal dan terlihat profesional, sebaiknya sebuah blog harus memakai TLD”, begitulah kata para pakar dunia blogging, yang entah dari siapa di mendapat gelar kepakarannya. Hanya, terus terang kalau ada yang berkata demikian, maka saya akan meragukan kepakarannya. Ada banyak yang melakukannya memakai subdomain dan bahkan dengan ngeblog di Facebook pun mereka terkenal.
Bisa disebut nama Denny Siregar, Kang Hasan, lalu Afi Nihaya Faradisa. Mereka hanya menulis pikiran dan pandangan mereka di Facebook dan namanya jelas lebih mencorong dibandingkan mereka yang disebut pakar dunia blogging itu.
Mereka ngeblog di Facebook? Mereka hanya update status saja? Bukan ngeblog!
Nah, kalau ada bantahan seperti itu, maka saya justru akan bilang bahwa yang mengatakan demikian berarti pengetahuannya masih dangkal sekali tentang apa itu blogging. Sifat kesombongan blogger membuat orang seperti ini seperti katak dalam tempurung.
Sejatinya, blogger itu adalah tentang berbagi berbagai hal, baik itu pemikiran, pengalaman, pengetahuan, pandangan, dan sejenisnya lewat sebuah medium. Tidak pernah ditentukan bahwa tempatnya harus berbentuk seperti WordPress atau Blogger atau segala macam domain.
Tidak percaya?
Mayoritas orang akan beranggapan Twitter bukanlah media untuk blogging, tetapi si pencuit ini dikenal dengan istilah Microblogging. Ngeblog dengan tulisan pendek-pendek.
Update status di medsos, media sosial, sendiri adalah sebuah kegiatan blogging. Tidak berbeda dengan kalau orang menulis pendek di Blogger. Sama sekali tidak berbeda. Disana mereka menulis sesuai passion masing-masing dan kemudian tersebar di dunia maya.
Bedanya hanya, keleluasaan ngeblog di Facebook dan berbagai medsos lainnya tidak sebanyak kalau ngeblog di platform khusus ngeblog, seperti Blogger. Jika di platform khusus seperti ini blogger seperti memiliki majalah sendiri, sementara di medsos hanya berbentuk wall.
Fasilitasnya juga lebih terbatas sulit mengatur tampilan sehingga sesuai kemauan kita. Sudah ada pakem yang harus dituruti dan diikuti.
Beda satu lagi adalah kalau ngeblog di Facebook mirip dengan obrolan dari mulut ke mulut. Cara mendapatkan pengunjungnya tidak berlandaskan pada mesin pencari tetapi mengandalkan pada jaringan yang dimiliki. Semakin luas jaringan pertemanan yang dimiliki, semakin besar kemungkinan mendapatkan ketenaran.
Bisa tenar?
Yang benar saja kalau bertanya. Pertanyaan seperti ini justru menunjukkan seberapa dangkal pengetahuan yang dimiliki. Nama kontroversial Denny Siregar, yang kerap menyampaikan pemikiran anti mainstream, jelas lebih terkenal secara nasional bahkan dibandingkan Mas Dharmawan nya Panduan IM, atau Indri Lidiawati dengan Juragan Cipirnya.
Jauh sekali.
Popularitas mereka sudah kemana-mana. Mereka sudah diundang menghadiri seminar-seminar di banyak daerah dan juga didemo di beberapa daerah oleh mereka yang setuju.
Jangan lanjutkan pertanyaan soal ketenaran. Jangan jadi katak rebus di dalam tempurung saja. Jangan berpikir bahwa ketenaran itu hanya bisa diraih oleh mereka yang membahas tentang tutorial blogging saja.
Hal itu mereka dapat dari menulis secara rutin di wall Facebook mereka. Isinya mulai dari pemikiran politis, filosofi kehidupan, dan banyak lagi hal lainnya. Mereka lakukan semua di Facebook, media sosial. Yang pasti juga tanpa SEO sama sekali.
Cuma Denny Siregar yang memiliki dua jenis blog. Yang satu di Facebook dan kedua dalam bentuk website (TLD). Ia berhasil mengkombinasikan ngeblog di dua tempat untuk membuat orang membaca pemikirannya.
Jadi, jangan cuma memanfaatkan Facebook untuk nyebar link saja. Pergunakan untuk ngeblog juga dan sinkronisasikan keduanya, supaya ketenaran bisa semakin dekat.
Hanya, satu yang pasti jangan berguru pada orang yang berkata bahwa “ketenaran ngeblog itu hanya bisa dipakai kalau memakai domain TLD”. Sudah jelas sebenarnya dia tidak paham banyak, tetapi berusaha tampil seperti seorang pakar saja.
Tabik.
Trs klo ngeblog di facebook bisa dpt uang gak ya
Bisa saja… selama Rahma kreatif, semua bisa dijadikan mesin penghasil uang…:-D