Meniru Orang Lain Menghilangkan Sesuatu Yang Lebih Berharga

Meniru Orang Lain Menghilangkan Sesuatu Yang Lebih Berharga

Dalam dunia tulis menulis ada satu pepatah singkat yang sering dikumandangkan, yaitu “Jangan meniru orang lain” atau “Jangan membebek”. Kebanyakan penulis yang sudah berpengalaman akan selalu mengajarkan hal ini kepada para pemula.

Mereka selalu mendorong para pemula untuk tidak sekedar mengikuti apa yang mereka telah lakukan. Mereka tidak ingin orang lain hanya meniru saja.

Bukan karena mereka tidak ingin tersaingi (mungkin juga ada yang demikian), tetapi karena mereka menyadari kalau para pemula sekedar meniru saja, maka hal itu tidak baik bagi perkembangannya sebagai penulis.

Para peniru tadi akan kehilangan sesuatu yang lebih berharga dibandingkan apa yang didapat, yaitu diri mereka sendiri.

Mengapa hal itu penting dalam menulis?

Karena kalau mereka kehilangan jati diri mereka, sulit untuk menjadi berbeda. Padahal, menjadi berbeda adalah sebuah keuntungan besar karena memberi kesan unik dan bisa membuat seseorang menonjol di tengah kerumunan.

Sekedar meniru dan mengikuti jalan orang lain juga menghadirkan belenggu kreatifitas. Seorang peniru akan sulit mengeluarkan ide-ide karena ia terbiasa mengikuti orang lain. Ia sulit menjadi leader di bidangnya karena terbiasa menjadi pengikut saja.

Lebih jauh lagi, seorang peniru sulit meniru orang yang ditirunya. Sebagai contoh sederhana, Adidas KW 1, KW 2, KW 3, tetap tidak akan menjadi Adidas. Para peniru Syahrini tidak akan menjadi sang Princess dan tetap akan terus menjadi tiruannya saja. Tidak akan pernah menjadi sama terkenal dengan yang ditirunya.

Yang ditiru akan selalu berada di depan dan yang meniru akan selalu berada di belakang.

Kehilangan diri sendiri berakibat fatal karena berarti menghilangkan keunggulan yang diberikan secara alami oleh Sang Pencipta. Setiap manusia berbeda dan berbeda itu bisa menjadi titik kuat dalam menulis.

Dalam dunia tulis menulis, menjadi diri sendiri itu penting karena dengan menjadi diri sendiri maka secara otomatis kita akan berbeda dari yang lain. Sebuah nilai tambah.

Itulah mengapa sebaiknya jangan meniru orang lain. Kerugiannya justru lebih besar dari yang didapat dengan meniru.

4 thoughts on “Meniru Orang Lain Menghilangkan Sesuatu Yang Lebih Berharga”

  1. Setiap orang memulai langkah awalnya dari meniru. Namun dalam prosesnya, ia mulai memutuskan apakah mengikuti setiap langkah orang yang ditirunya, atau kah memadukan berbagai langkah yang dilihatnya, atau menciptakan langkahnya sendiri.

    Maka dalam memutuskan langkah apa yang akan diambil seterusnya, di situlah muncul perbedaan.

    Reply
    • Bisa ya bisa tidak… Dalam menulis, tidak selamanya orang perlu meniru. Ia bisa langsung menjadi dirinya sendiri dengan menulis sesuai gairah/passionnya.

      Ia tidak perlu mengikuti apa yang dilakukan orang lain.

      Kesempatan tidak meniru terbuka lebar sejak awal dan seseorang bisa langsung memutuskan jalannya sendiri.

      Reply
      • Haha, saya mau ketawa dulu. Ingat pernah bilang ngga mau debat sama Pak Anton 😊

        Bagi saya menulis itu sendiri adalah kemampuan yang dimulai dari meniru. Yaitu tindakan melihat dan membaca tulisan orang lain. Meskipun apa yang ditulis dan cara menulisnya berbeda. Tapi kegiatan menulis itu sendiri adalah kegiatan yang meniru orang lain. Karena sebelumnya sudah ada orang lain yang melakukan kegiatan "menulis" 😄

      • wkwkwkw.. saya malah suka yang seperti ini. Menarik

        Kadang saya lupa kalau Nisa seorang guru.

        1. Dalam konteks belajar, ya memang meniru adalah salah satu cara dan bisa dikata semua proses belajar adalah meniru

        2. Artikel di atas tentang "penulis" dan "bagaimana menjadi penulis" karena itulah dimulai dengan kata "penulis senior" memberikan petuah.

        Blogger/Penulis tidak lagi belajar "menulis" dan " menyusun" kalimat yang kebanyakan melalui proses meniru. Ia pastinya sudah membaca banyak hal sebelum terjun ke dunia tulis menulis dan blogging. Sejak awal dia sudah bisa memutuskan dan sebenarnya sudah didorong untuk menjadi ekspresif tentang dirinya sendiri dalam menulis dan bukan sekedar membebek saja.

        Peran peniruan bisa disingkirkan dari awal. Tetapi, kalaupun dianggap harus ada proses menirunya, ia pun harus tetap saja lepas dari yang ditiru kalau ia mau maju dan bukan terus meniru

Leave a Reply to Khairunnisa Ast Cancel reply