Manfaat Debat Bagi Seorang Blogger

Manfaat Debat Bagi Seorang Blogger

Kebanyakan orang Indonesia sepertinya akan menggelengkan kepala membaca judulnya. Bagaimana dengan Anda? Apakah ikut menggelengkan kepala tanda ketidaksetujuan bahwa ada manfaat debat?

Cukup dimaklum kalau mayoritas orang Indonesia akan menghindari yang namanya perdebatan. Nuansa panas, penuh emosi, saling mau menang dan tidak ada yang mau kalah sering merupakan bagian dari sebuah perdebatan. Berbagai jurus mematahkan argumen dan menjatuhkan lawan akan dipergunakan.

Tentunya, bagi masyarakat Indonesia, penganut budaya Timur yang mengagungkan “musyawarah dan mufakat”, hal seperti ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianutnya. Jadi, tidak akan mengherankan kalau sebagian besar orang Indonesia akan mlipir dan menjauh kalau mendengar ada yang berdebat. Yang lebih berani akan coba menengahi mereka yang berdebat.

Iya kan?

Wajar.

Meskipun demikian, hal itu tidak menafikan keberadaan manfaat debat itu sendiri. Debat lewat media apapun bisa menjadi sebuah pemicu bagi perbaikan dan sesuatu yang lebih baik.

Mengapa Debat Bisa Menghasilkan Perbaikan?

Anda tentunya pernah membaca sejarah, bukan begitu? Dalam sejarah akan selalu ada cerita tentang perang ini dan perang itu, salah satunya Perang Dunia ke-II.

Korban jiwa mencapai jutaan. Korban luka dan sengsara akibat perang tersebut berkali lipat dari korban jiwanya.

Kesengsaraan, kesedihan.

Sepertinya tidak ada sisi baik dari sebuah perang. Perang adalah “iblis yang kejam”.

Tetapi, pernahkah kita menyadari beberapa hal berikut ini :

  • PBB lahir di tahun 1945 beberapa bulan setelah PD II selesai
  • Piagam Hak Asasi Manusia dideklarasikan tahun 1948 sebagai tindak lanjut yang diakibatkan PD II
  • Indonesia merdeka di bulan Agustus 1945

Yap. Ini adalah akibat dari sebuah perang besar. Ada kebaikan yang lahir dari sebuah “keburukan” dan “benturan”.

Oleh karena itu, ada budayawan yang mengatakan “War is a necessary evil for a civilization” – Perang adalah Kejahatan yang diperlukan bagi peradaban manusia”.

Pandangan ini tidak salah karena biasanya setelah terjadi perang, maka akan lahir pemikiran-peikiran baru, kesadaran-kesadaran yang lebih baik, teknologi-teknologi baru, dan banyak hal lainnya.

PBB lahir karena PD yang kejam dibutuhkan sebuah organisasi bersama yang bisa mengusahakan perdamaian dunia. Itu salah satu contoh dari kebaikan yang lahir dari keburukan.

Begitupun sebuah DEBAT.

Bisa diibaratkan, perdebatan memiliki ciri yang sama dengan semua perang. Tidak ada yang mau kalah, semua mau menang. Masing-masing akan berusaha untuk mengalahkan lawannya. Bedanya, perang memakai senjata, dan debat memakai mulut atau tulisan saja.

Sama.

Begitu juga dalam keburukannya, yang bisa mengakibatkan putusnya hubungan, kemarahan, kerusakan dan lain sebagainya.

Tetapi, hal yang sama juga berlaku dalam hal “kebaikan” atau manfaat yang dihasilkannya. Ada banyak hal yang bisa diambil dari sebuah perdebatan dalam bentuk apapun, baik langsung bertatap muka atau via dunia maya.

Banyak sekali, diantaranya :

1. Melihat Sudut Pandang Lain

Berdebat selalu dilakukan oleh mereka yang biasanya berbeda sudut pandang. Kalau semua sama, tidak ada yang namanya debat. Coba saja ingat DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) jaman Order Baru, adakah debat? Tidak, karena semua sibuk berebut mengatakan “setuju”.

Dengan perbedaan yang ada, yang berdebat bisa melihat sudut pandang-sudut pandang lain dari sesuatu hal. Mereka bisa memperkaya pengetahuan masing-masing dengan hal-hal yang berbeda.

2. Mempertajam Ide

Intan dan permata bisa menjadi berkilau seperti itu bukan karena didiamkan, tetapi karena digesekkan dengan batu asahan.

Sebuah ide dalam kepala manusia pun bisa dipertajam dengan mengujinya dalam sebuah perdebatan. Disana bisa terlihat kelemahan dan kelebihan dari ide tersebut. Kemudian, bisa dipilih dan ditemukan pemecahan atau solusinya.

3. Menemukan Ide Baru

Sama seperti lahirnya PBB setelah PD II, debat pun kerap memicu timbulnya pemikiran-pemikiran baru. Ide-ide baru kerap tidak sengaja timbul dan menyeruak.

Kerap hal-hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya menyeruak dalam pikiran.

Hal ini tentu akan menambah kaya khasanah pemikiran atau ide seseorang.

4. Menimbulkan Sifat Kompetitif

Kalah menang adalah bagian dari sebuah debat. Karena semua yang terlibat akan berjuang sekuat tenaga untuk menang, mau tidak mau yang terlibat akan mengasah sifat kompetitif dalam dirinya.

Sebuah sifat yang bisa sangat menguntungkan dalam persaingan global seperti sekarang ini.

5. Menumbuhkan Sifat Percaya Diri

Suka atau tidak suka, percaya diri itu perlu dalam sebuah debat. Seseorang harus yakin tentang pemikirannya, idenya, argumennya. Tanpa itu, jangan pernah ikut debat. Sama saja seperti masuk medan perang tetapi ragu menembakkan senjatanya.

Mau tidak mau, seorang peserta debat akan didorong untuk menjadi percaya diri untuk bisa mengungkapkan pendapat dan pandangannya. Ia akan terdorong untuk meyakinkan orang tentang dirinya dan apa yang diyakininya.

6. Tidak Takut Berbeda

Seperti sudah ditulis di atas, debat memerlukan perbedaan. Tanpa itu tidak ada debat. Hal ini mendorong peserta untuk bisa menghargai perbedaan .

Pada akhirnya mendorong agar tidak takiut berbeda karena bisa memandang bahwa perbedaan adalah sebuah kewajaran, bahkan karunia.

Itulah sebagian diantara manfaat debat yang saya rasakan selama menjadi member di berbagai maliling list (milist) hingga forum, seperti Forum Apakabar dan Detik Forum.

Disana banyak sekali tumbuh ide dan pemikiran hasil dari “berseteru” dengan member-member lain.  Apalagi kebanyakan yang terlibat dalam debat memiliki pengetahuan yang luas, walau ada juga yang mengandalkan pada kengototan saja.

Pengalaman-pengalaman dalam dunia penuh “benturan” pemikiran seperti itulah yang melahirkan dan membentuk gaya dari tulisan di Maniak Menulis.

Saya tidak khawatir untuk berbeda pemikiran dengan para  blogger mainstream seperti blogger tutorial dan internet marketer. Saya juga tidak akan ragu mengatakan pemikiran mereka sebagai konyol atau tidak masuk akal.

Tidak masalah juga kalau pemikiran saya dikritisi dan dibantah. Bukan jadi problem besar kalau apa yang saya tulis harus dikoreksi karena argumen saya dipatahkan.

That’s OK. Fine fine saja.

Karena saya sudah terbiasa melakukan dan menerima semua itu. Saya terbiasa memandang perbedaan sebagai sebuah kewajaran, sesuatu yang sedikit banyak merupakan pelajaran yang didapat setelah melalui entah berapa ratus perdebatan di dunia maya dan dunia nyata.

Bagaimana dengan Anda? Mau berdebat dengan saya?

7 thoughts on “Manfaat Debat Bagi Seorang Blogger”

  1. Walaupun ladang diminta jadi pembimbing debat buat siswa, saya pribadi kurang suka berdebat. Jadi untuk yang satu ini, saya jadi pembaca aja ya,, hehe

    Reply
  2. Ngak Mau Ahhh…..Males buang2 waktu, hahahahaha….. 🙂

    Padahal saya penyuka debat, suka nonton acara Debat di Tivi dan bahkan suka melihat orang debat.

    Ujung2nya kalau debat dengan Pak Anton pekerjaan saya terbengkalai, heheh… 🙂

    Reply
  3. Sepertinya masih berlanjut ini Mas? ahaha…

    Lama gak ke google plus karena sibuk. Jadi apakah ada perdebatan baru? Jadi ingin jadi pengamat hihi.

    Sepertinya di kasus sebelumnya point "Menemukan Ide Baru" sangat terasa di blog ini. Di blog lawan debat juga ada meski cuma satu. Harus dimaklumi, sebab butuh seminggu dulu baru jadi. 🙂

    Saya berlangganan artikelnya aj deh biar mudah kalau ada post baru. Biar gak susah harus ke homepage dulu sebelum baca.

    Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply