Saya banyak menulis tentang berbagai kebaikan dari menjadi seorang blogger. Banyak sekali sisi baik yang sudah dipaparkan disini. Tentunya, banyak blogger lain pun berpandangan serupa karena idak terhitung banyaknya artikel tentang hal-hal baik ngeblog dan menjadi blogger. Kesannya, kegiatan yang satu ini seperti selalu penuh dengan hal-hal positif.
Masalahnya, saya bukanlah orang yang bisa percaya begitu saja. Sesuatu di dunia tidak akan ada yang sempurna tanpa cacat dan cela. Kalau ada kebaikan, pasti akan ada keburukannya. Kedua hal ini akan selalu hadir bersamaan, seperti mata uang yang selalu punya sisi. Ada efek buruk menjadi blogger.
Lumayan banyak malah.
Salah satunya adalah kebiasaan memotret makanan sebelum mulai makan. Sebuah efek buruk, yang harus diakui, lahir sejak saya menekuni hobi ngeblog.
Bagaimanapun, hal tersebut tidak bisa dianggap baik. Secara norma dan etika, tetap ada yang namanya tata krama ketika berada di meja makan dimanapun. Ada aturan tidak tertulis yang seharusnya diikuti.
Alasan untuk berbagi cerita dan informasi, walau bukan untuk sekedar pamer, tetap saja tidak menafikan bahwa hal itu tidak selayaknya dilakukan. Kesopanan dan tata cara diusahakan harus tetap terpelihara agar kita tetap bisa disebut sebagai orang beradab yang tahu sopan santun.
Sayangnya, godaan dan dorongan untuk melakukan hal ini kerap hadir, terutama di tempat-tempat baru yang belum pernah dikunjungi.
Itu salah satu efek buruk menjadi blogger.
Pemecahannya ? Adakah cara supaya bisa tetap menjadi manusia beradab dan sopan sambil tetap bisa mencari bahan untuk tulisan?
Ya pasti ada. Manusia diberi akal untuk berpikir dan harus ada solusi bagi hal tersebut Untuk mencari titik keseimbangan antara kebutuhan sebagai blogger dan kehidupan sebagai anggota masyaraka, saya membuat peraturan sendiri
(Baca juga : Menulis Artikel Kuliner Itu Mahal, Bisa Bikin Jebol Kantung)
1. Saya tidak memotret makanan di acara resmi atau saat ngumpul bersama teman dan orang yang bukan keluarga. Bagaimanapun tidak sopan memotret di hadapan teman-teman dan acara resmi. Kepentingan bersama harus selalu didahulukan dibandingkan kepentingan pribadi
2. Saya akan pergi ke tempat favorit yang sudah pernah dikunjungi kalau niatnya mau senang-senang bersama keluarga. Dengan begitu dorongan mengeluarkan smartphone dan memotret tidak akan hadir karena tulisannya pasti sudah pernah dibuat
3. Jika niat utama mencari bahan tulisan ke tempat makan baru, maka saya akan bilang pada keluarga kalau sedang butuh ide tulisan. Jadi mereka bisa maklum kalau saya memotret makanan sebelum makan
Untungnya, keluarga saya sendiri sudah mafhum kebutuhan sebagai blogger. Seringnya bahkan mereka ikut terlibat untuk memotret makanan kalau di tempat baru.
Jadi, setidaknya sejauh ini titik keseimbangan sudah ditemukan dengan cara itu.
Bagaimanapun, blogger adalah manusia dan anggota masyarakat yang harus juga memperhatikan sopan santun dan tata krama. Blogger tidak berarti ia bebas dari pandangan masyarakat terhadap dirinya.
Perlu ditemukan cara agar efek buruk menjadi blogger itu tidak berdampak terlalu besar bagi sang blogger.
huhuhuhu, bapak mah masih mending!
Kebiasaan buruknya cuman motret makanan sebelum makan.
Saya dong, kebiasaan buruknya tuh gatau malu, narsis di mana-mana.
Aselihnya saya malu sebenarnya, tapi memang saya tuh nggak kreatif bikin infografis atau editan lainnya, satu-satunya yang bisa saya lakukan dengan ciri khas adalah, majang muka saya yang pas-pasan ini hahahaha.
Tapi jujur, kalau saya di manapun berada, sebisa mungkin ambil gambar, justru kalau mau makan, jangankan makan rame-rame, makan sama kami berempat aja nggak sempat, udah ribet sendiri anak-anak keburu lapar.
Makanya saya jarang nulis tentang makanan, jangankan di luar, bahkan makanan sendiri aja saya jarang motret 😀