Menulis Artikel di Atas Kereta (Commuter Line) Semakin Susah

Menulis Artikel di Atas Kereta (Commuter Line) Semakin Susah

Kebiasaan menulis artikel untuk blog di kereta Commuter Line yang saya pakai setiap hari pulang pergi dari dan ke kantor dimulai beberapa bulan yang lalu. Ide awalnya adalah memanfaatkan waktu menunggu dan selama di dalam kereta agar lebih produktif, sekaligus untuk mengisi blog-blog yang saya kelola.

Pada awalnya sih lumayan. Satu dua artikel bisa ditelurkan selama dalam perjalanan. Sayangnya, lama kelamaan terlihat sekali penurunan jumlah artikel yang diproduksi saat berada di kereta.

Bukannya karena malas karena sang Tablet murahan tapi berguna Samsung Galaxy A6 tidak pernah lupa dibawa dan selalu full baterainya. Juga, setiap hendak masuk kereta, sudah berada pada posisi yang mudah dicapai di dalam tas ransel bulukan kesayangan.

Yang jadi masalah ternyata adalah tingkat kepadatan penumpang yang semakin hari semakin padat saja. Jika beberapa bulan yang lalu sering saya masih bisa berdiri di depan jendela, baris pertama setelah tempat duduk, yang berarti ada ruang untuk memegang gadget dan mengetik, belakangan ini sudah tidak bisa lagi.

Selalu saja posisi yang saya dapat sudah di tengah gerbong. Padahal dengan posisi di tengah, pegangan tangan agak jauh dan memaksa satu tangan harus terjulur memegang agar berdirinya bisa tegak. Kalau sudah begini tentu tidak mungkin untuk tetap memegang si Samsung dan mengetik.

Jadilah selama perjalanan bengong saja sambil sibuk mempertahankan posisi yang kerap goyang karena terdorong penumpang yang hendak turun atau naik.

Begitulah nasib blogger jalanan.

Tidak mengeluh karena semakin tingginya kepadatan penumpang di kereta komuter Jakarta Bogor adalah pertanda bagus. Bagus karena warga Jabodetabek semakin banyak yang menggunakan angkutan umum, seperti Commuter Line ini.

Memang korbannya, ya, saya si blogger tidak bisa berproduksi seperti biasanya. Makanya, artikel yang diterbitkan dari atas kereta berkurang dan seringnya hanya berupa draft saja.

Belum ada pemecahan selain harus mencoba berebut mencari posisi berdiri yang lebih baik supaya bisa tetap menulis artikel selama perjalanan. Meski demikian, tetap saja tergantung nasib karena ribuan orang berpikiran hal yang sama. Berdiri dengan nyaman di atas Commuter Line sudah merupakan berkah tersendiri bagi penggunanya.

Tak apalah. Bagaimana pun itu adalah bagian dari kehidupan seseorang yang sedang mencoba menjadi mobile blogger. Harus disyukuri pula masih ada draft yang bisa dibuat yang artinya tidak benar-benar bengong dan hanya tangan kosong begitu turun dari kereta.

6 thoughts on “Menulis Artikel di Atas Kereta (Commuter Line) Semakin Susah”

  1. Saya belum pernah naik komuter line. Tapi selama di Jakarta sudah sering merasakan angkutan umum seperti busway yang berdesakan. Memang tidak nyaman.

    Tapi meskipun saya bisa duduk, sepertinya saya tetap tidak akan bisa menghasilkan satu artikel pun. Jangankan mengetik, melihat layar HP untuk baca sms aja sudah mual. Demikianlah nasib orang yg sering mabuk kendaraan.

    Reply
  2. saya paling parah pak. dalam perjalan kurang lebih satu jam kekantor malah tidak menghasilkan satu tulisan pun. bahkan sebuah draft.

    sebab saya ke kantor pakai motor. he..he.he..
    paling kadang suka berhenti kalau liat sesuatu yang menarik trus di potret. lumayan dapat gambar buat blog.

    Reply
  3. Yah.. pake motor mah jangan pegang hape.. wakakakakak..

    Tah itu bukankah salah satu bentuk blogging. Bukan cuma menulis artikel saja , tetapi juga mempersiapkan bahannya

    Reply
  4. Naik Grab ato Gocar pak. Pasti bisa nulisnya. Saya takjub dengan org2 yang punya kemampuan menulis (mengetik) atau membaca di kendaraan. Bukan apa-apa. Kepala saya kerap pening kalau melihat layar di kendaraan. Adakah triknya Pak? Wah, jadi ide tulisan nih, hihihi…

    Reply
    • Wakkss…. jebol di kantong kalau naik Grab Car atau Go Car. Rumah di Bogor kerja di Jakarta.. hahahaha

      Waalu susah sampai saat ini saya masih kerap menulis di Commuter Line kok.

      Ga ada trik khusus.. hanya pembiasaan saja. Prinsipnya daripada bengong nggak puguh mendingan menulis saja.

      Reply

Leave a Comment