Mencoba Berbagai Gaya Penulisan Agar Tulisan Tidak Monoton

Mencoba Berbagai Gaya Penulisan Agar Tulisan Tidak Monoton

Blogger harus punya ciri khas. Itu kalimat yang umum dilontarkan para “petinggi” dunia blogging dan internet marketer. Tujuannya memang sudah jelas karena dengan memiliki ciri yang berbeda dengan yang lain akan memudahkan untuk melakukan branding di kemudian hari.

Sayangnya, hal tersebut sering juga menjadi sesuatu yang menjebak karena “ciri khas” disematkan pada sesuatu yang berulang. Dalam hal ini, kerap diterjemahkan sebagai gaya penulisan artikel yang itu itu saja.

Hal inilah yang disebut menjebak. Sebuah topik/tema membutuhkan penanganan yang berbeda dari yang lainnya.

Sebuah topik berisikan informasi akan sangat cocok dibawakan dengan gaya penulisan singkat, ringkas, padat, dan tidak bertele-tele. Tetapi, sebuah kisah perjalanan traveling, meski tetap harus tidak bertele-tele, memiliki ruang lebih leluasa saat menulit. Gaya penulisannya bisa lebih santai dan boleh agak dramatis untuk menghadirkan “suasana”.

Semua topik memiliki gaya tersendiri yang harus dipahami setiap orang yang membaca.

Para pembaca sendiri mengharapkan hal tersebut dari penulis. Mereka tidak ingin tulisan bersifat berita menjadi bertele-tele. Sebaliknya, para traveler membutuhkan gambaran lebih detail tentang sebuah tempat wisata atau cara menuju tempat tersebut. Penggemar blog curhatan pun justru menginginkan ada kisah dramatis berurai airmata dan agak lebay.

Berbeda ekspektasi tiap kalangan.

Menyikapi hal ini, sudah seharusnya juga para penulis, blogger dalam hal ini menyesuaikan gaya penulisan sebuah artikel dengan topik atau target pembacanya. Tidak bisa satu gaya penulisan dipakai untuk keseluruhan topik.

Saya sendiri pernah mengalami terjebak dalam hal ini. Lovely Bogor adalah sebuah blog tentang kota, dan isinya bermacam-macam, mulai dari sosial budaya, wisata, kuliner, dan lain sebagainya. Pada awalnya saya hanya menguasai satu gaya saja, yang cenderung terlalu frontal dan kurang halus, padahal ada begitu banyak topik yang diulas.

Akibatnya ya, banyak tulisan pertama yang “monoton” dan agak “aneh” karena topik wisata menjadi ke arah berita atau tutorial, topik kuliner juga berita dan tutorial.

Monoton.

Dari sinilah saya menyadari bahwa penanganan setiap topik harus dilakukan tersendiri. Sebelum menulis, saya harus menetapkan dulu, mau dijadikan apa topik ini. Apakah berita? ataukah cerita? ataukah sekedar curhatan?

Barulah saya kemudian menetapkan gaya penulisan yang harus dipergunakan.

Hal seperti ini tidak bisa dilakukan kalau saya hanya menguasai satu atau dua jenis gaya penulisan. Butuh lebih banyak lagi, terutama karena kemudian saya memutuskan beternak blog yang topiknya berbeda.

Butuh lebih banyak gaya menulis artikel untuk bisa mengatasinya. Tanpa itu, percuma saja memiliki banyak blog yang isinya bernada serupa tapi tidak sama.

Untuk itulah saya juga membangun satu dua blog lagi, yang saya pergunakan untuk melakukan berbagai eksperimen gaya penulisan artikel. Ada setidaknya 2 blog yang isinya “ancur-ancuran” karena memang diniatkan untuk belajar dan berlatih.

Perlahan tetapi pasti, saya akhirnya bisa memiliki beberapa gaya yang berbeda. Terkadang saya bisa menjadi wartawan menyajikan informasi, bisa jadi teman yang sharing informasi, bisa menjadi lawan diskusi yang tidak akan berhenti menentang, kadang juga menjadi orang melo yang sedang curhat, dan masih ada beberapa lagi.

Semua itu ternyata bermanfaat sekali sebagai blogger. Saya menjadi bisa sangat nyaman dalam menulis dan bahkan lebih kreatif jika dibandingkan saat pertama ngeblog dulu.

Hal itu juga menghindarkan saya dari perasaan monoton dan kelihatannya banyak kemajuan dalam menghadirkan tulisan yang tidak monoton pula.

Oleh karena itu, jika Anda blogger, boleh saya sarankan untuk terus mencoba berbagai gaya penulisan. Hal itu akan sangat bermanfaat dalam menulis. Jangan terjebak karena ingin menghadirkan ciri khas kita hanya bisa satu atau dua gaya penulisan. Sebaiknya kuasai lebih banyak karena hal itu akan bermanfaat.

Yang pasti kita tidak akan merasa monoton dan tidak menulis sesuatu yang montoon.

Percayalah. Bermanfaat.

4 thoughts on “Mencoba Berbagai Gaya Penulisan Agar Tulisan Tidak Monoton”

  1. Kadang ciri khas itu bukan sesuatu yg diciptakan, tapi tercipta.

    Saat membaca tulisan Pak Anton misalnya, meskipun tema yg diangkat berbeda dan gaya bahasa berbeda, sampai beda bahasa antara Inggris dan Indonesia, saya seakan masih bisa menangkap ciri tulisan Bapak di sana.

    Mungkin semacam idealisme dalam diri Bapak yg bagaimanapun cara Bapak menyampaikannya, ciri itu tetap terlihat.

    Reply
    • Jeli…. jempol.

      Memang ciri khas sebenarnya tidak perlu diciptakan karena setiap manusia punya ciri masing-masing. Bisa berupa idealisme seperti yang Nisa bilang.

      Dan saya harus akui, jeli sekali dikau. Jarang yang mengatakan tentang idealisme kepada saya.

      Salut buat kejeliannya…

      Reply
  2. saya setuju dengan mbak Nisa. saat saya membaca lovely bogor, maniak menulis, celotehan orang tua,dan blog Pak Anton yang lain walaupun yang inggris saya bacanya harus gagap-gapap.

    tapi saya tetap menemukan itulah pak Anton.

    ibarat penyanyi saat kita dengar suaranya saja kita bisa tahu siapa dia.

    Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply