Mau Komunitas Sepi dan Mati, Biarkan Saja Anggota Tebar Link Terus

Mendirikan sebuah komunitas dunia maya tidaklah mudah. Memang, hanya perlu mendaftarkan di Google Plus atau Facebook dalam beberapa klik dan beberapa menit saja, maka sebuah komunitas dunia maya akan segera lahir. Tidak susah sama sekali secara teknis.

Masalahnya, mengembangkan sebuah komunitas sehingga memiliki ratusan atau ribuan atau bahkan puluhan ribu anggota bukanlah perkara mudah. Butuh banyak waktu, kesabaran, biaya, tenaga untuk mencapai semua hal tersebut.

Tentunya, hal itu akan menjadi sia-sia kalau menjadi tidak berguna, baik bagi diri sendiri atau orang lain.

Sayangnya, banyak sekali, terlalu banyak penggiat dunia maya, netizen yang tidak menyadari hal tersebut. Mereka memandang komunitas dunia maya bukanlah sebagai komunitas untuk mencari pengetahuan atau berinteraksi dengan sesama. Kebanyakan memiliki vested interest atau kepentingan sendiri yang tanpa mempertimbangkan baik buruknya.

Itulah mengapa banyak sekali komunitas dunia maya, baik di Google Plus atau Facebook berubah wujud menjadi tong sampah link. Isinya tidak lagi berupa diskusi, perbincangan, atau sharing tetapi hanya link, link, dan link yang merujuk ke blog masing-masing.

Mau Komunitas Sepi , Biarkan Saja Anggota Tebar Link Terus

Awal mulanya mungkin hanya satu dan dua, tetapi mungkin karena kesibukan pemilik, admin, atau moderator hal tersebut dibiarkan saja. Biasanya, mengingat kebiasaan orang Indonesia yang suka latah, anggota anggota yang lain pun ikut-ikutan.

Terlebih, mereka merasa mendapat pembenaran karena sudah ada anggota lain yang melakukannya. Yang paling menjadi pendorong adalah sikap tidak tegas para pengurus komunitas dianggap sebagai “izin”.

Pada akhirnya, semakin banyak anggota yang kemudian menebar link aktif ke dalam wall komunitas. Tujuannya tentu saja berharap bahwa ada anggota lain yang “nyantol” dan nyasar masuk ke dalam blog atau channel youtube milik mereka. Jumlah visitors tentunya akan bertambah dan keuntungan bagi yang menebar link.

Efeknya, perlahan tetapi pasti. Jumlah link yang ditebar akan semakin banyak dan menumpuk. Terlebih kebanyakan blogger atau Youtuber tidak segan mengirim lebih dari 1 setiap harinya.

Wall komunitas menjadi penuh dengan deretan link.

Tidak ada ruang lagi untuk mereka yang hendak sharing. Tidak ada lagi tempat untuk bertanya dan berdiskusi.

Bagaimana bisa, jika setiap bertanya atau sharing yang bukan link, hanya beberapa saat kemudian, postingan pertanyaan itu sudah terdorong jauh akibat puluhan link aktif yang masuk susul menyusul tidak hentinya. Bagaimana anggota yang lain mau merespon kalau mereka tidak menemukan pertanyaan atau bahan diskusinya?

Anggota yang lain pun akan semakin malas masuk ke dalam komunitas. Tidak semua member masuk sebuah komunitas hanya untuk promosi blog mereka, banyak juga yang ingin belajar dari orang-orang yang sudah lebih mampu. Mereka berharap ada pengetahuan yang dibagi secara sukarela oleh member lainnya.

Dan, tidak sedikit juga orang-orang iklas yang sebenarnya ingin berbagi apa yang dia tahu kepada orang lain. Cuma, mereka juga merasa malas dan sebal karena mereka tentunya berharap ada tanggapan dari member yang lain.

Sayangnya, dengan bejibunnya anggota yang aktif tebar link, semua itu tidak bisa terpenuhi. Perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, satu demi satu anggota yang tidak berniat promosi menarik diri. Mereka tentunya juga malas untuk masuk sebuah komunitas dimana mereka seperti dipaksa dan digiring untuk melihat sebuah blog atau tulisan dari entah-siapa-yang-menulis.

Itulah mengapa ratusan komunitas online di Facebook dan Google Plus bisa dikata mati suri. Malah bisa dikata sudah menjadi kuburan link aktif saja. Walaupun jumlah anggotanya yang terdaftar bisa mencapai ratusan ribu orang, yang aktif paling hanya beberapa ratus saja. Dia lagi dia lagi.

Bagaimanapun, komunitas harus ada timbal balik antar anggotanya. Penebar link tidak sadar dan mengabaikan hal ini. Mereka terlalu narsis dan sibuk sehingga tidak mau membuka ruang untuk hal ini. Yang penting pengunjung datang ke blog-nya. Tidak peduli kesebalan banyak member karena disuguhi hanya sekedar link berjudul bombastis tetapi sering isinya tidak karuan.

Who cares? Yang penting statistik blog atau website naik. Komunitas rugi tidak masalah.

Egoisme. Narsistis. Dua sifat yang lahir sejak blog diketahui bisa menjadi jalan mencapai kekayaan dan kepopuleran. Tulisan para internet marketer memberikan sumbangsih pada kondisi seperti itu. Banyak dari mereka menyarankan para blogger pemula untuk mempromosikan blog mereka dan salah satu cara termudah adalah dengan masuk komunitas dan kemudian “tebar link”.

Tidak akan ada yang awet dan berjalan benar ketika semua orang hanya terpaku kepada dirinya sendiri. Bayangkan saja sebuah diskusi, tetapi kemudian semua yang hadir sibuk berbicara sendiri-sendiri. Akankah ada sebuah diskusi?

Begitulah kira-kira analogi komunitas dunia maya yang penuh dengan para penebar link.

Pemecahannya, sederhana sebenarnya. Dimanapun sama, bukan hanya di dunia maya, tetapi di dunia nyata, yaitu penerapan aturan yang tegas. Pelarangan menyebarkan link aktif ke dalam sebuah komunitas dunia maya adalah sebuah hal yang benar melihat perkembangan masyarakat internet belakangan yang semakin narsis dan banyak melupakan etika.

Delete. Laporkan sebagai spammer. Banned. Cocok diberikan kepada para anggota penebar link. Sangat cocok.

Bukan karena benci, tetapi demi kebaikan komunitas dan diri si spammer sendiri. Para penebar link atau spammer harus sadar bahwa mereka bisa mematikan komunitas itu jika terlalu sibuk dengan dirinya. Mereka harus diberikan peringatan bahwa menjadi sukses tidak akan bisa dilakukan hanya dengan menebar link kemana-mana, butuh lebih dari itu.

Dengan cara ini pula, anggota yang non penebar link juga diberikan ruang agar mereka bisa bersuara, bertanya, atau membuka diskusi. Dengan hilangnya para penggemar “tebar link” di komunitas, ruang mereka bersuara pun akan tersedia.

Tanpa itu, sebuah komunitas di dunia maya akan cepat berakhir. Lebih cepat dibandingkan waktu untuk membangunnya. Kecuali, semua yang terlibat, pengurus, pemilik, admin, moderator, dan anggotanya berani dan mau menghadapi kebodohan dan kekonyolan para penebar link.

Demi siapa? Demi semua. Demi blogger-blogger yang sedang membangun blognya. Demi Youtuber yang ingin Channelnya terkenal. Mereka tidak akan bisa maju kalau tidak mendapat pengetahuan dari para senior yang banyak ada di dalam sebuah komunitas.

Mereka tidak akan bisa melakukan itu jika komunitas dimana mereka bernaung tumbang dan tidak lagi bermanfaat.

Jadi, Kawan Pembaca. Lakukan tindakan untuk menyelamatkan komunitas dunia maya dimanapun Anda bernaung. Beranikan diri mengatakan para penebar link “BUKA MATA KAMU. BICARA. DISKUSI. TANYA. JANGAN MENEBAR LINK! KAMI TIDAK BUTUH LINK. KAMI BUTUH TEMAN, KAWAN, DAN SAHABAT BUKAN LINK!”

Maukah Anda?

Leave a Comment