Bersyukur. Itu saja yang bisa dikatakan. Meskipun bukan termasuk murid yang pandai dan ranking pada saat sekolah berada pada kategori “cukup” saja, saya cukup terampil menggunakan satu bahasa asing, bahasa Inggris.
Padahal, kemampuan berbahasa asing asal negerinya Ratu Elizabeth ini, kebanyakan tidak didapat melalui kursus tersendiri. Skill itu didapat dari kebiasaan membaca buku-buku milik almarhum bapak yang hobi membeli buku novel berbahasa Inggris.
Hobi yang kemudian saya warisi.
Ternyata, kebiasaan membaca novel-novel tersebut melatih dan meningkatkan kemampuan berbahasa asing saya secara bertahap.
Ditambah pada saat kuliah, jurusan yang saya ambil adalah jurusan bahasa asing, yaitu bahasa Jepang. Saat kuliah, selain mata pelajaran bahasa Jepang, di jurusan itu juga diajarkan berbahasa Inggris dengan lumayan detail.
Semakin diperkaya ketika saat mulai bekerja di sebuah perusahaan tekstil, pekerjaannya adalah menangano bagian marketing untuk ekspor. Interaksi dengan berbagai pembeli dari luar negeri memaksa saya harus terus memperbaiki kemampuan berbahasa asing yang dimiliki.
Tidak menyangka ketika menjadi seorang blogger, kemampuan itu menjadi sangat berguna.
Bukan untuk membuat tulisan dalam bahasa Inggris, meskipun bisa dikata lumayan “mahir”, dan hasil tulisan bisa lebih baik dari apa yang dihasilkan Google Translate, saya masih merasa kurang nyaman. Itulah mengapa beberapa blog berbahasa Inggris yang saya miliki masih belum dikembangkan secara maksimal.
Padahal saya tahu bahwa peluang mendulang uang akan lebih banyak kalau menulis dalam bahasa Inggris. Sayangnya, saya orang yang lebih mementingkan kenyamanan dan kebebasan daripada sekedar uang. Jadilah fokus utama ngeblog masih pada menulis dalam bahasa ibu, bahasa Indonesia saja.
Tetapi, tidak berarti kemampuan bahasa Inggris itu tersia-sia dan tidak terpakai. Justru, kemampuan itu sangat berguna dan secara tidak sadar terus terasah.
Salah satu kewajiban blogger adalah terus berusaha mencari bahan tulisan. Sedangkan, terus terang berbagai tulisan di blog atau website berbahasa Indonesia masih tidak memuaskan saya. Kerap tulisannya asal-asalan dan tidak masuk akal. Tidak jarang pula tidak logis.
Bukan merendahkan, tetapi blak-blakan saja, walau gembar-gembor blog harus menulis artikel berkualitas tidak henti didengungkan para blogger senior, kenyataannya, lain di mulut lain di tindakan. Kebanyakan blogger Indonesia, bagi saya cenderung suka meniru saja. Sama sekali tidak memuaskan.
(Tentunya ada juga yang keren dan isinya bagus dan memuaskan lo, cuma kebanyakan tidak begitu)
Hasilnya, mau tidak mau saya harus berkelana di rimba internet dunia. Dibekali mesin pencari Google dan keinginan untuk mencari sesuatu yang “lebih baik”, saya kerap masuk website satu dan website lain.
Dan ternyata kemampuan berbahasa Inggris yang saya miliki, teramat sangat bermanfaat. Banyak sekali pengetahuan yang bisa digali dari berbagai situs terkenal atau bahkan tidak terkenal di dunia maya.
Banyak sekali pengetahuan yang bisa diserap dari sana. Jauh lebih banyak dibandingkan kalau saya hanya mengandalkan bahasa Indonesia saja. Tetap ada juga pengetahuan yang didapat dari tulisan-tulisan dalam bahasa Indonesia, tetapi ternyata lebih banyak lagi yang berhasil didapat dengan mengandalkan kemampuan berbahasa asing tadi.
Bukan hanya informasi, trend, perkembangan terbaru, dan masih banyak hal lagi.
Hal itu ternyata sangat membantu sekali dalam mengembangkan blog-blog yang saya miliki. Yang paling utama adalah saya tidak pernah merasa kehabisan ide dan bahan tulisan. Hasil berjalan-jalan dari satu website ke website lain, meloncat dari satu blog ke blog lain, menghasilkan tumpukan ide dan pengetahuan di otak saya.
Ujungnya kemudian saya pakai sebagai bahan untuk menulis di blog yang saya kelola.
Banyak artikel yang saya buat merupakan penulisan ulang dari artikel blog luar negeri. Tidak jarang juga merupakan hasil pemikiran terhadap sesuatu yang disampaikan oleh penulis asing.
Dan, untuk itu saya harus merasa bersyukur dan berterima kasih kepada ayahanda untuk kebiasaannya berburu buku bekas bahasa Inggris. Hal itu secara tidak langsung melatih dan mendorong saya menguasai bahasa asing.
Karena itulah saya mendorong blogger Indonesia untuk tidak berhenti belajar bahasa asing. Hal itu lebih baik dari hanya sekedar menggunakan Google Translate. Ada banyak hal yang tidak bisa dilakukan alat penterjemah milik Google itu. Yang pasti, Google Translate tidak akan melahirkan skill dan kemampuan berbahasa asing.
Lebih baik lama sedikit tetapi terbayar dengan bisa berbahasa asing. Hal itu akan membuka “pintu” ke gudang ilmu pengetahuan yang lebh luas lagi. Sesuatu yang di kemudian hari akan memberikan manfaat kepada siapapun.
saya jadi ingin belajar dari Pak Anton seputar sastra Jepang, sepertinya menarik.
soal bahasa Inggris….saya menyesali mengabaikan pelajaran ini sewaktu sekolah dulu pdahal berguna dimasa skrng terutama utk ngblog.
Jangan menyesal kang.. tidak ada kata terlambat… ngeblog sambil belajar.. toh ngeblognya masih jalan, jadi kenapa tidak mulai dari sekarang..
Hahaha… boleh tuh belajar sastra Jepang.. cuma ruwet lo
Coba menulis lika liku seputar mempelajari sastra Jepang Pak …? spertinya menarik.:)
Ogah udah kebanyakan blog saya mah… 😀
Tidak perlu banyak alasan, saya pribadi adalah orang yang menyukai bahasa. Saya suka mendengar bahasa apa saja, meski tidak mengerti. Termasuk bahasa daerah.
Sayang waktu kecil cita-cita saya cuma mau menguasai 4 bahasa saja, termsauk bahasa daerah di dalamnya. Ternyata jumlah tersebut sedikit sekali.
Saya ingin menguasai lebih banyak bahasa lagi. Tapi sepertinya belajar mandiri dibarengi dengan bekerja, hasilnya kurang maksimal.
Sudah bagus menguasai 4 bahasa mah…. saya mah ga sampe segitu