Ewuh Pakewuh : Membuat Kolom Komentar Tidak Bervariasi

Ewuh pakewuh, satu istilah dari budaya Jawa. Maknanya secara singkat  sama dengan kata “sungkan” atau “kagok”.

Bukan hanya dalam budaya Jawa saja, sebenarnya, sikap ini ditemukan. Banyak masyarakat lain di Indonesia juga menggunakan sikap ini dalam berinteraksi dan bertindak di keseharian.Oleh karena itu, istilah ini pun bisa dimengerti dengan baik bahkan oleh mereka yang bukan berasal dari suku Jawa.

Sikap ini pun ternyata juga tercermin dalam dunia tulis menulis, di Indonesia. Blogosphere di negeri ini pun tidak terlepas dari sikap ini.

Jarang sekali ditemukan penulis, blogger Indonesia yang berani mengungkapkan pemikirannya secara bebas, gamblang, dan tegas menentang pemikiran umum. Kebanyakan dari mereka lebih suka bermain aman agar tidak ada orang yang merasa tersinggung dan membuat situasi menjadi canggung, kagok.

Coba saja perhatikan kolom komentar di blog para blogger terkemuka -setidaknya yang dianggap master atau pakar. Pernahkah Anda melihat ada nada-nada menentang, berbeda pandang, atau mengoreksi? Kebanyakan tidak ada.  Berdasarkan pengalaman, isi kolom komentar adalah pujian betapa luar biasa menginspirasinya tulisan tersebut dan sejenisnya.

Apakah hal itu pertanda bahwa semua pembaca artikel setuju? Tidak juga. Banyak yang sebenarnya, tidak setuju tetapi memilih tetap diam dan tidak berkomentar.

Berbeda dengan banyak sekali blog karya blogger luar negeri dimana sebuah tulisan sering menjadi sebuah “forum” kecil perdebatan. Banyak pembaca yang akan mengkritik, bahkan terkadang sangat pedas isi komentarnya. Blak-blakan sekali.

Mereka terbuka untuk perbedaan pendapat. Panjang komentarnya ada yang mencapai ratusan dan isinya beragam pendapat. Membaca komentarnya saja memberikan keasyikan sendiri tidak beda dengan membaca artikelnya.

Perbedaan ini salah satunya disebabkan oleh adanya budaya ewuh pakewuh tadi. Yang setuju memuji setinggi-tingginya, yang tidak setuju memilih diam. Mereka merasa sungkan untuk secara lugas menunjukkan ketidaksetujuannya di kolom komentar.

Apalagi sebuah blog dipandang sebagai sebuah “rumah tetangga”. Tentunya menurut etika dan budaya Timur, tidaklah sopan secara terang-terangan menentang dan mengemukakan pendapat yang berseberangan dengan tuan rumahnya.

Bahkan, ketika pembaca itu sebenarnya lebih tahu daripada sang tuan rumah, ia cenderung memilih diam dan ngeloyor pergi saja. Melakukan koreksi bisa dipandang sebagai usaha mempermalukan tuan rumah, si blogger itu sendiri.

Padahal belum tentu sang blogger, penulis artikel tersebut merasa demikian, tetapi karakter budaya Timur, seperti di Indonesia memang membiasakan masyarakat untuk bertindak demikian.

Sayangnya hal itu terbawa ke dunia maya, yang sebenarnya seharusnya terlepas dari budaya ewuh pakewuh seperti itu. Internet adalah dunia lintas batas dan seharusnya lebih demokratis dibandingkan di dunia nyata.

Berbeda pandangan adalah sebuah hal yang seharusnya dianggap biasa. Hal tersebut tidak seharusnya dipandang sebagai sebuah usaha “merendahkan” atau tidak menghormati. Justru, dengan adanya perbedaan pendapat seperti itu semua bisa mengambil manfaat.

Si blogger penulis artikel mendapatkan masukan dan pengetahuan baru yang akan memperkaya dirinya. Ia juga akan didorong melihat sudut pandang lain yang berbeda. Sebaliknya, si “penentang” bisa mendapatkan penjelasan dan argumen lebih jelas dari sang penulis.

Semua menjadi “kaya”.

Sayangnya, hal itu tidak akan didapatkan dari sebuah blog yang kolom komentarnya hanya berisi “Sangat menginspirasi, gan”, “Ini yang saya cari selama ini”, “Mantabs sekali bro”, dan sejenisnya. Komentar-komentar seperti ini tidaklah memberikan manfaat apa-apa selain membesarkan ego sang penulis.

Sudah saatnya budaya ewuh pakewuh di dunia tulis menulis, atau blogging Indonesia dihilangkan. Sangat tidak bermanfaat sekali.

Lebih baik diganti dengan “berbeda adalah penghormatan” karena dengan begitu kolom komentar blog-blog Indonesia lebih hidup dan bervariasi. Tidak monoton dan bisa lebih memperkaya semua yang membacanya.

Itulah pandangan saya, seorang blogger bengal yang gemar menulis komentar berseberangan dari penulisnya.

6 thoughts on “Ewuh Pakewuh : Membuat Kolom Komentar Tidak Bervariasi”

  1. iyaaa… Pak Betul sekali…. kebanyakan seperti itu " Memuji Saja " tanpa ada Variasi demi menjaga kata aman dari sebuah kata " rusuh ".

    memuji sich boleh asalkan, memang patut dipuji, tapi kalau pujiannya dibuat buat, mendingan komentar guyon saja agar suasana jadi hidup.

    kebanyakan orang mencari Backlink saja,

    kalau saya lebih mengutamakan blog yang aktif berinteraksi dikolom komentar, biasanya saja rajin berkomentar, walau tidak ada link balik itu tidak jadi masalah.

    itulah mengapa saya dulu juluki Pak Anton sebagai Bapak Blogger Indonesia, karena saya yakin Pak Anton banyak gebrakan dan Perubahan.

    paling tidak bisa membuat kolom komentar sepanas komentar di blog2 asing yang Pak Anton Katakan diartikel diatas.

    Reply
    • Saya mah memang sudah bapak-bapak, gelarnya bapaknya si Kribo.. wkwkwk..

      Yah, butuh keberanian dan niat untuk menembus batasan usang seperti ewuh pakewuh ini Kang. Perlu pembiasaan dan kemauan untuk berubah

      Reply
  2. Yap. Pak Anton Panceng oye. Karena selama ini cuma Pak Anton satu-satunya blogger yang pernah mengkritik tulisan di blog saya.
    Disaat yang lain berkomentar yang umum dan biasa.
    Jujur saya senang, ada yang kritis. Sebab saya jadi tau kelemahan dan kekurangan saya.

    Walaupun manusia gak ada yang sempurna, tapi enggak-enggaknya. Blog saya jadi lebih baik.

    Saya tunggu loh kritik selanjutnya. 🙂

    Oh ya…. saya udah ikut saran pak Anton. Blog saya akan fokus ke satu Niche. Dan tulisan lama sudah di uncategorized.

    Reply
    • Jadi inget iklan tolak angin..

      Kritik akan selalu menjadi dasar perubahan ke arah yang lebih baik, tetapi tergantung yang nerima. Masandi bisa menerima kritik dan melihat sebagai masukan, itu yang membuat blog Masandi menjadi lebih baik. Bukan saya.

      Iyah saya sudah lihat. Jadi lebih terfokus bahasannya dan sepertinya memang lebih enak melihatnya. Perlahan akan punya ciri khas itu Mas

      Reply

Leave a Comment