Ewuh Pakewuh #2 : Bisa Membuat Menulis Artikel Review Menjadi Tugas Super Sulit

Terus terang! Menulis artikel review itu sebuah tugas yang sulit sekali. Banyak yang mengatakan mudah tetapi sebenarnya jauh dari itu.

Sebuah penulisan artikel review harus dilandasi oleh pemahaman yang baik tentang “apa yang direview”, misalkan review tentang smartphone, maka si penulis harus menguasai berbagai hal terkait benda itu. Ia harus bisa menjelaskan secara rinci baik dari segi teknis, segi penggunaan, segi harga, dan lain sebagainya.

Sebuah hal yang tidak sederhana, tetapi bukan masalah itu yang membuatnya menjadi sulit. Berbagai hal terkait teknis bisa dipelajari, bahkan dalam waktu yang tidak lama.

Ada satu hal lain yang justru menjadi penentu apakah sebuah artikel review pantas dibaca dan dipercaya atau tidak. Penentu ini justru tidak terkait pada masalah teknis dan rincian terkait produk.

Hal yang menentukan ini ada pada kata “BERIMBANG”. Sebuah review pada dasarnya adalah sebuah titik “ekuilibrium” atau keseimbangan dari dua belah pihak yang terkait pada “benda atau apapun” yang direview.

Dua belah pihak yang dimaksud adalah “produsen” dan “pembeli”.

Contohnya, sebuah produk berbentuk kosmetik. Sang penulis artikel review harus mempertimbangkan “kepentingan” dari sang produsen untuk menghasilkan penjualan dan profit. Sebaliknya, ia pun tidak boleh melupakan “hak” konsumen untuk mendapatkan “keuntungan” dari produk yang dibelinya.

Tidak bisa seorang penulis artikel review hanya sekedar menulis produknya “jelek” dan tidak sesuai harga karena hal ituย  bisa berujung pada gugatan hukum dari sang produsen. Begitupun sebaliknya, ketika ia terlalu condong dan melebih-lebihkan keunggulan sebuah produk, karena artinya ia terlalu berpihak kepada produsen.

Susah. Semua harus berimbang.

Oleh karena itu, sebaiknya seorang penulis artikel review harus

1. Berada pada posisi yang tidak “dekat” dengan produsen

2. Bukan juga merupakan pengguna fanatik dari apa yang direview

Dengan begitu maka penilaiannya tidak akan bias.

Kalau ia terlalu dekat dengan produsennya, ia akan merasa “ewuh pakewuh” dan tidak enak hati ketika membuat ulasan. Begitu juga jika terlalu dekat dengan kalangan pembeli.

Tidak boleh ada kedekatan itu karena rasa sungkan seperti itu hanya akan membuat ulasan menjadi berpihak pada satu sisi, sesuatu yang tidak boleh terjadi. Ketika rasa ewuh pakewuh itu hadir, hampir pasti hasil reviewnya tidak akan berimbang dan pantas dipercaya.

Repot.

Super sulit jadinya.

Karena itulah saya kurang paham mengapa banyak blogger gemar membuat tulisan yang bersifat review terhadap sebuah produk. Buat saya pribadi, itu adalah sebuah hal yang teramat sangat sulit.

Bagaimana bisa mengulas sebuah benda tanpa menyudutkan produsen? Bagaimana bisa mengatakan sebuah kelebihan tanpa memberi kesan sedang promosi?

Ampun.

Mungkin karena saya masih orang Timur dan meski sudah cukup terbiasa berbicara blak-blakan tetap saja ada gen “kebiasaan” ewuh pakewuh dalam diri sendiri.

Butuh waktu untuk membiasakan diri membuang rasa sungkan itu. Butuh waktu pula untuk menjadi terbiasa menerima konsekuensi dari penilaian kita terhadap sesuatu.

Dan , saya banyak belajar saat menulis di Lovely Bogor, blog tentang Kota Hujan yang saya kelola.

Disana ada berbagai macam hal yang kerap mirip dengan sebuah review, seperti cerita saat kuliner di sebuah tempat ataupun saat berwisata di sebuah tujuan wisata. Semuanya mirip dengan ulasan atau review itu tadi.

Disana saya belajar untuk

1. Mengatakan “apa adanya” :

Terlepas dari keinginan saya mempromosikan Kota Bogor kepada khalayak, saya berkesimpulan bahwa hal itu harus dilakukan secara jujur. Jelek ya bilang jelek. Bagus ya bilang bagus.Tidak boleh ada istilah sesuatu yang jelek harus dibilang bagus.

Oleh karena itulah, pada banyak tulisan seperti tempat wisata atau kuliner, saya berusaha selalu memperlihatkan sisi “kelemahan”nya juga agar para wisatawan yang mempergunakan tulisan itu sebagai patokan, setidaknya mendapatkan data dan fakta yang benar-benar ada dan bukan dibuat-buat.

2. Menyatakan sebagai pandangan pribadi

Yah, bagaimanapun saya adalah manusia yang punya opini dan pendapat. Jadi, tentu saja boleh memberikan pandangan.

Dan, itu akan saya katakan kepada pembaca bahwa apa yang ditulis bersifat opini, dan jangan sampai dianggap sebagai kebenaran.

Tujuannya adalah mereka percaya atau tidak, itu adalah hak mereka. Saya mengundang mereka untuk juga berpikir sebelum memutuskan.

3. Tidak melebih-lebihkan dan tidak memakai judul yang bombastis

Banyak sekali blogger menulis artikel tentang Bogor dengan judul yang sangat bombastis, seperti menakjubkan, luar biasa, dan sejenisnya. Semua demi mendapatkan pembaca.

Saya menghindari hal seperti itu.

Pemberian judul yang bombastis sebenarnya sudah “menipu” pembaca sejak awal. Judul-judul seperti ini mempermainkan sisi psikologis pembaca untuk condong mengikuti apa yang dikatakan penulis.

Sebisa mungkin, judul dibuat sederhana, netral, tetapi harus tetap menarik. Yang pasti tidak menipu dan bombastis.

Standar saja.

4. Tidak menulis sesuatu yang terlalu jelek

Banyak kuliner di Bogor yang sebenarnya menurut saya tidak enak. Tidak sesuai dengan promosinya dan membuat saya kecewa.

Tempat kuliner yang saya kunjungi lebih banyak daripada artikel kuliner yang diterbitkan di Lovely Bogor. Jumlahnya bisa 2 kali lipat.

Hanya karena sebagian mengecewakan, saya memutuskan untuk tidak menulisnya.

Alasannya karena ketika saya kecewa terhadap sesuatu, maka penilaian saya rasanya tidak lagi berimbang (walau bagi sebagian orang itu fakta, katanya) . Kecewa adalah kata yang cenderung ke arah buruk.

Jadi, berbahaya sekali kalau menulis artikel review dalam kondisi diri sendiri yang sebenarnya sedang tidak seimbang dalam hal ini. Bisa-bisa hasilnya membuat usaha bisnis orang lain tidak berjalan.

Semakin besar Lovely Bogor dan semakin banyak pengunjungnya, semakin berhati-hati saya karena efeknya bisa mempengaruhi ribuan orang pembaca disana.

5. Mengemas sebuah “kelemahan” dan “kelebihan” dalam bahasa yang tidak terlalu terbuka

“Makanan ini “XXXX” super enak”. Itu biasanya banyak ditemukan di ulasan para blogger. Saya menghindarinya karena kesannya justru berlebihan dan seperti sedang mempromosikan sesuatu.

Biasanya saya mengemasnya dalam kalimat “Mungkin karena saya memang penggemar makanan Sunda, rasa makanan XXXX cocok di lidah saya”

Intinya sama, tetapi kesannya berbeda.

Begitupun sebaliknya. Ketika “kelemahan” dari sesuatu ditemukan, hal pertama yang saya harus lakukan adalah menemukan cara mengemas, atau kalimat yang nadanya tidak terlalu “vulgar” dan blak-blakan.

Ruwet ya.

Memang.

Super sulit bahkan.

Hal itulah yang menjadi alasan saya memutuskan untuk tidak menghadiri berbagai undangan dari vendor/produsen.

Sejak mengelola Lovely Bogor, sudah cukup sering saya menerima undangan dari beberapa vendor untuk menghadiri sebuah acara, seperti contoh pembukaan outlet Harvest Cake di Tajur Bogor atau cabang Johnny Andrean di Cileungsi.

Sudah pasti harapan pengundang adalah saya, si blogger mau menulis review tentang produknya, setidaknya tentang acara yang mereka adakan. Tulisan saya akan menjadi promosi bagi produk yang akan mereka jual. Dan, saya sebagai blogger akan merasa “terikat” dengan hal itu karena sudah diundang (dan biasanya mendapat “fasilitas” seperti menikmati sesuatu secara gratis)

Sulit membuat tulisan yang berimbang dalam posisi demikian.

Pemecahan yang saya ambil adalah meminta mereka mengirimkan “press release” versi mereka saja dan kemudian menerbitkannya di Lovely Bogor. Dengan begitu, saya “membantu” usaha promosi mereka, di lain sisi, pembaca akan tahu bahwa tulisan tersebut dibuat bukan oleh sang blogger.

Bahkan, kalau saya diminta menulis artikel review dengan bayaran pun, saya akan menolak. Rasanya tidak mungkin berimbang hasilnya karena beban dari uang yang diterima akan sangat mempengaruhi penilaian.

Rasanya memang budaya ewuh pakewuh masih tersisa dalam kadar cukup banyak dalam diri.

Tetapi, saat ini ada satu proyek yang sedang saya kerjakan terkait artikel review. Ada satu jenis review, selain yang ditulis di blog Lovely Bogor yang akan saya lakukan dan akan dilakukan disini di Maniak Menulis.

Yang saya review adalah blog atau website.

Hal itu sudah dimulai dengan sebuah tulisan berjudul ASIKPEDIA : JUJUR DAN POLOS ITU ASIK DIBACA.

Tujuannya tidak muluk-muluk, sekedar memberikan tantangan kepada diri sendiri. Mampukah menulis sesuatu yang berimbang?ย  Sejauh mana pencapaian saya dalam menghasilkan tulisan yang tidak memihak.

Ujian pertama sebenarnya cukup berat.

ASIKPEDIA dikelola oleh Kang Nata, seorang blogger yang saya kenal dan sudah berinteraksi cukup akrab. Beranikah saya mengatakan apa adanya tentang kelemahan dari blog tersebut? Beranikah saya mengatakan fakta bahwa blog itu sebenarnya tidak memiliki sesuatu yang “luar biasa”? Beranikah saya menyampaikan fakta bahwa saya menyukai sebuah blog yang biasa saja?

Disana juga ada sebuah ujian, mampukah saya menyampaikan sesuatu yang mendorong ke arah perbaikan?

Entah, apakah tulisan tersebut sudah sesuai dengan apa yang saya mau dan sudah sesuai dengan target. Bukan hak saya menilai. Silakan beri penilaian Anda tentang hal itu, jika berkenan.

Tetapi, setidaknya disana saya akan menuliskan apa yang ada di kepala saya, APA ADANYA.

Harapannya, mungkin, suatu waktu, entah kapan, saya bisa menyingkirkan rasa ewuh pakewuh yang masih bercokol di hati. Dengan begitu, kemampuan saya menulis artikel review bisa semakin baik.

Siapa tahu, suatu waktu disana ada ladang rezeki untuk saya.

Segala sesuatu harus dicoba. Termasuk dalam hal menghilangkan sikap ewuh pakewuh tadi.

Bukan begitu?

6 thoughts on “Ewuh Pakewuh #2 : Bisa Membuat Menulis Artikel Review Menjadi Tugas Super Sulit”

  1. Wah, ngeri, hahaha. Becanda, Pak.

    Saya suka dengan cara berpikir Bapak yang menurut saya mendalam dan mendetail. Kenapa? Karena saya tidak bisa melakukannya.

    Saya bahkan pernah dikritik dosen karena tidak berpikir detail. Nasib.

    Dalam menulis, biasanya saya hanya menulis apa yang terlintas di kepala saja. Kebanyakan berpikir membuat saya tidak jadi menulis.

    Tapi itu tadi, saya menyukai orang yang bisa melakukan sesuatu yang tidak dapat saya lakukan. Mungkin karena itu ada banyak manusia di bumi. Supaya hidup lebih menyenangkan. ๐Ÿ™‚

    Reply
    • Dikau punya kelebihan di sisi lain. Justru jangan sama.

      Kalau semua orang sama, hasilnya malah monoton dan hidup menjadi lebih membosankan.

      Saya sudah membaca cukup banyak tulisan Nisa dan you have something that you should be proud of.

      Percayalah pada orangtua ini

      Reply
  2. Betul Pak Anton kalo kita review sesuatu itu emang harus berimbang.
    Saya juga lagi belajar biar tulisan saya apa adanya tanpa merugikan pihak lain.

    Jadi seperti pak Anton bilang kalo enak saya bilang enak kalo ada yang gak sreg saya akan bilang. Saya juga lagi belajar pake kalimat yang halus.

    Saya lagi berpikir tentang job review juga pak. Kalo ada produsen atau pelaku usaha yang minta di review itu akan merepotkan juga.

    Karena di sini bisa saja jadi gak jujur review-nya.
    Karena itu tadi dapat bayaran.

    Reply
    • Yuk sama-sama belajar..

      Berat menjadi seorang reviewer karena harus bisa memisahkan perasaan, kedekatan, dan hanya pada fakta dan data saja.

      Entah apakah saya akan bisa

      Reply
  3. Ayoooo…. siapa lagi yang berani nulis tentang blog saya, baik dari sisi baik maupun buruknya…..??? saya siap menjewer telinganya nich….hahaha.

    saya suka jika ada yang berani menuliskan sisi baik atau bahkan buruknya tentang blog saya, karena itu adalah wujud perhatian dan masukan yang berharga dari pembaca.

    sebuah hal yang langka…..terjadi.

    saya juga berencana untuk menuliskan kembali siapa2 yg sudah mereview blog saya dan dampaknya dari berbagai sisi.

    mereview produk maupun tulisan bukan hal gampang….saya akui itu.terutama mereview blog orang lain, sebab butuh kedekatan dahulu agar lebih tahu dan tidak salah infromasi.

    Reply

Leave a Reply to Khairunnisa Ast Cancel reply