Takut Membuat Niche Blog Karena Takut Kehabisan Ide Berarti Anda Malas

Takut Membuat Niche Blog Karena Takut Kehabisan Ide Berarti Anda Malas

Salah satu alasan mengapa banyak sekali blogger Indonesia menyukai blog gado-gado daripada niche blog adalah karena mereka tidak takut akan kehabisan ide. Banyak dari mereka yang khawatir kalau membuat niche blog mereka akan kehabisan ide karena ruang geraknya lebih sempit dibandingkan blog gado-gado.

Dan, lucunya, hal seperti inipun banyak ditulis oleh para blogger tutorial tentang ngeblog yang menyebutkan salah satu kelemahan dari niche blog adalah bloggernya akan cepat kehabisan ide.

Maaf. TIDAK SETUJU.

Pandangan seperti itu adalah pandangan yang sempit dari orang yang malas dan tidak kreatif.

Tidak benar. Sama sekali tidak benar. Pandangan seperti ini seperti mitos yang tidak berdasar dan lahir dari pemahaman yang sangat keliru tentang kata “niche”. Kata ini diartikan terlalu sempit.

Niche Blog Memang Bertema Lebih Sempit Tetapi Tidak Sempit Sama Sekali!

Niche adalah kosa kata dalam bahasa Inggris. Artinya “ceruk”, “cekungan”.

Dalam dunia bisnis, niche sering dikaitkan dengan niche market, yaitu sebuah pasar yang sifatnya spesifik dan tertentu.

Sebagai contoh :

1. Pasar luas (umum) : pembeli bahan masakan

2. Pasar lebih sempit : pembeli bahan kue (karena kue harus dimasak)

3. Ceruk pasar khusus : pembeli bahan kue bole (lebih sempit dari bahan kue)

Nah, yang dimaksud dari niche itu adalah yang nomor 3. Disana spesifik sekali pasarnya, yaitu mereka-mereka yang membeli bahan kue bolu saja.

Terlihat memang sempit sekali, kalau dibandingkan kata bahan masakan yang bisa mencakup berbagai macam hal. Betul kan?

Tetapi, sebenarnya tidak sempit sama sekali. coba saja seperti ini

  • Bahan kue bolu : ada telur, ada terigu, ada baking powder, ada kismis, mentega dan lain sebagainya. 
  • Uraikan kata telur : dari jenis telur bebek, telur ayam, telur puyuh, dari cara pengolahan untuk menjadi bolu, dikocok dengan mixer, diaduk dengan tangan
  • Uraikan kata mentega : ada margarin, ada mentega hewani, ada yang kalengan, ada yang sachetan

Bisakah Anda melihat bahwa kata niche yang memberi kesan sempit sebenarnya sama sekali tidak sempit. Kata bahan bolu yang terlihat sempit kalau diuraikan menjadi banyak hal kecil lainnya.

Niche sering diartikan sebagai sesuatu yang sempit karena kata “ceruk” sebenarnya adalah lubang kecil. Tetapi sebenarnya tidak demikian. Niche lebih mengarah kepada makna spesifik atau tertentu dibandingkan sempit secara harfiah, kalau dalam konteks seperti ini.

Dalam urusan blog atau menulis, mengambil sebuah niche tertentu adalah suatu hal yang umum. Blogger-blogger di luar negeri justru lebih suka mengelola niche blog yang temanya tidak terlalu luas, dan mereka tidak pernah kehabisan ide.

Tidak percaya.

Pernah baca Harry Potter? Temanya sangat sederhana sekali hanya perjalanan kehidupan seorang anak penyihir kecil. Lebih kecil dari ceruk malah, tetapi lahir lebih dari 7 karya yang mengharu biru jutaan orang.

Masih tidak percaya, blog Eric Kim hanya berceloteh tentang fotografi jalanan, atau fotografi khusus memotret manusia di ruang publik saja. Dan, blog itu melahirkan ratusan tulisan terkait genre fotografi itu dan sepertinya tidak habis-habisnya tulisan keluar.

Mengapa Yang Mengelola Niche Blog Bisa Kehabisan Ide?

Tetapi, kenyataannya, banyak blogger Indonesia tidak mau mengelola niche blog dan alasannya karena takut kehabisan ide. Banyak mastah, atau yang mengaku mastah mengamini bahwa kelemahan mengelola niche blog akan rentan kehabisan ide.

Yah, kalau saya hanya bisa mengatakan bahwa yang mengatakan hal seperti itu biasanya karena :

1. Mereka tidak memiliki pengetahuan dalam niche tersebut

Masalah paling umum. Mereka memaksakan menerjuni niche yang tidak mereka mengerti dan kuasai. Dorongan untuk mendapatkan BPK (Biaya per Klik) yang besar adalah penyebab utamanya.

Mereka memaksakan diri untuk menulis sesuatu yang mereka tidak mengerti dan tidak memiliki pengetahuan tentangnya.

Dan, jelas saja mereka akan cepat kehabisan ide. Lha ya wong pengetahuannya minim, tapi memaksakan diri.

2. Tidak memiliki passion di niche tersebut

Minim pengetahuan bisa dipecahkan kalau seseorang memiliki gairah/passion dalam bidang itu. Banyak orang yang walau tidak tahu tetapi karena merasa berminat sekali akan “mencari tahu”, belajar. Dengan begitu pengetahuan mereka akan bertambah dan bertambah terus karena mereka akan konsisten dalam belajar.

Tetapi, kalau tidak ada passion-nya, ya susah. Sudah minim pengetahuan dalam asuransi, sebenarnya juga tidak tertarik, cuma karena hasil Google Keyword planner mengatakan asuransi akan menghasilkan klik bernilai tinggi, lalu bagaimana tidak kehabisan ide.

3. Malas dan Tidak Kreatif

Coba buatkan ide menulis berdasar kata  “telur”. Bisa berapa banyak ide di kepala Anda? Saya untuk tulisan ini bisa memberikan ide tulisan 10 (sebenarnya bisa ratusan, cuma kepanjangan nantinya)

  1. Bagaimana membedakan telur ayam yang baik dan yang busuk?
  2. Apa perbedaan telur ayam dan telur bebek?
  3. Bagaimana mengolah telur bebek agar tidak terasa amis saat di makan
  4. Cara mengawetkan telur ayam agar tahan lama dan tidak menjadi busuk
  5. Cara membuat rendang telur yang enak dan lezat
  6. Bahaya telur yang tidak dimasak dengan matang bagi pencernaan
  7. Memanfaatkan kulit telur untuk ornamen rumah
  8. Bagaimana memanfaatkan kulit telur untuk menyuburkan tanaman
  9. Bagaimana mendapatkan keuntungan dari penjualan telur hasil ternak rumahan
  10. Mana yang lebih dulu telur atau ayam

 Ada sepuluh kan?

Hanya dari sebuah kata telur.

Bisakah Anda membuat hal yang sama dengan kata “mentega”?

Kalau tidak bisa, berarti entah anda minim pengetahuan, malas, tidak kreatif, atau ketiganya.

Sebuah topik, tema, bisa dikembangkan menjadi puluhan, ratusan, bahkan ribuan ide yang bisa dijadikan tulisan. Coba saja kata “atom”. Bendanya kecil sekali, tetapi ribuan, bahkan puluhan ribu orang hingga sekarang terus meneliti dan menghasilkan ribuan tulisan ilmiah tak hentinya.

Kenapa malas menjadi penyebab? Ya, tahu sendiri orang malas seperti apa. Ia tidak akan mau capek karena maunya enak terus. Padahal untuk mengembangkan sebuah ide perlu usaha , setidaknya untuk berpikir. Kalau untuk berpikir saja sudah tidak mau, yo wis, bagaimana mau mendapatkan pengembangan ide.

Tidak kreatif juga sebuah masalah karena ia seperti “kutu dalam kotak” dan sulit meloncat lebih tinggi. Ia tidak akan bisa melihat bahwa di luar kotak itu ada dunia luas penuh pepohonan. Yang kutu itu tahu adalah dunia seperti dinding segi enam, kubus saja.

Jadi, maaf seribu maaf.

Jangan pernah percaya kalau ada yang mengatakan bahwa membuat niche blog akan rentan kehabisan ide. Yang memberi saran sepertinya orang malas nan tidak kreatif binti minim pengetahuan.

Kecuali, Anda bilang bahwa Anda memang suka membuat blog gado-gado tanpa embel-embel alasan karena niche blog itu sempit dan sulit mencari ide.

Kalau itu, lain hal masalahnya. Suka atau tidak suka adalah urusan Anda, bukan saya.

3 thoughts on “Takut Membuat Niche Blog Karena Takut Kehabisan Ide Berarti Anda Malas”

  1. Kali ini saya minta sarannya pak Anton, setelah saya baca artikel ini saya jadi pingin blog pribadi saya menjadi niche blog family traveling.

    Tapi saya sudah terlanjur punya artikel acak di sana sebaiknya saya pindahkan ke blog lain atau saya biarkan saja di kategori random, bagusnya?

    Karena saya punya rencana membuat blog sesuai Niche masing-masing
    Mohon saran nya.

    Karena benar menurut Pak Anton kita gak akan kehabisan ide jika bermain di Niche tertentu kalau kita tidak minim pengetahuan dan tidak malas.

    Reply
    • Kalau saran saya.. tidak usah dipindahkan. Biarkan saja apa adanya. Hanya ke depannya, tulis satu topik yang memang dituju. Lama kelamaan branding blog itu akan berubah menjadi niche.

      Soal tulisan lama, biarkan saja, dan tidak perlu dibuatkan kategori khusus. Biarkan tanpa kategori lebih baik.

      Blog Pojok Menulis dulunya gado-gado kemudian diubah ke arah blog berisi pelajaran dan pengetahuan umum, tetapi tulisan lama yang tidak berkaitan masih ada, hanya saya tidak beri kategori atau uncategorized. Dan tidak masalah sama sekali

      Reply

Leave a Reply to Masandi Wibowo Cancel reply