Dunia rasanya sudah terbalik-balik.
Dulu media berita, baik cetak ataupun online biasanya hadir dengan berita yang serius dan ditulis dengan gaya yang sangat formal. Dulu, juga, blog dan blogger dikenal sebagai penulis yang selalu memilih topik ringan-ringan dari keseharian dan memiliki gaya penulisan yang non formal alias santai.
Cuma beberapa tahun belakangan ini, situasinya berubah 180 derajat. Media berita online justru semakin santai, baik dalam memilih topik ataupun gaya. Sebaliknya para blogger semakin serius dalam menentukan apa yang ditulis dan gayanya pun mirip seperti dosen di kelas, serius dan garang.
Contoh sederhana saja, sebuah berita yang screenshoot-nya bisa dilihat di atas dari laman DETIK menunjukkan bagaimana berita seorang tentara menolong Polwan ganti ban saja menjadi berita. Cuma ganti ban saja, tidak ada cerita cinta di belakangnya. Hal seperti ini dulu biasanya merupakan sarapannya para blogger yang menulis apa yang dilihatnya.
Gaya pemilihan topik dan penulisannya para blogger di masa lalu memang banyak ditiru oleh media berita resmi, bukan hanya di Indonesia tetapi banyak negara lainnya. Gaya tersebut dianggap lebih merakyat dan bisa diterima berbagai kalangan. Hasilnya memang “maknyuss” karena dengan begitu mereka bisa menyasar pasar pembaca yang lebih luas.
Hasilnya, bisa terlihat dari betapa populernya Detik dibandingkan Kompas di dunia maya.
Nah, sebaliknya, di dunia blogger, dimana seharusnya penuh dengan gaya yang nyantai karena tidak terikat aturan dan bebas, yang ada adalah situasi layaknya di simposium para manusia bergelar profesor saja. Semuanya penuh dengan orang pintar dan memakai bahasa yang serius.
Coba saja perhatikan judul-judulnya : “CARA MENDAPATKAN PACAR PALING AMPUH DI DUNIA”, “CARA MENDAPATKAN RIBUAN DOLLAR DALAM SATU MINGGU”, dan sejenisnya.
Semua juga diuraikan dengan gaya bahasa penulisan yang tidak kurang seriusnya. Dipenuhi oleh berbagai infografis berisi data dan uraian yang mirip sebuah makalah.
Serius.
Mungkin, karena ini adalah dunia, maka terjadi saling mempengaruhi. Media berita melihat kelebihan dari gaya blogger dalam menarik pembaca, sedangkan para blogger mungkin melihat bahwa keseriusan ala media berita online akan mampu meningkatkan citra mereka.
Maybe. Entahlah.
Sebab ada banyak kemungkinan lain. Kemungkinan itu adalah bahwa para blogger terlalu banyak dicekoki para blogger tutorial dan internet marketer bahwa ngeblog itu harus dilakukan secara profesional dan dengan gaya yang profesional supaya bisa mendatangkan pengunjung.
Bisa jadi kan?
Padahal, ketika orang lain meniru gaya dan cara yang kita pakai, berarti disana ada kelebihan yang seharusnya bisa dimanfaatkan dan dikembangkan lebih jauh. Jika institusi resmi mengakui gaya santai blogger menguntungkan dan perlahan meninggalkan gaya serius mereka, lalu mengapa para blogger harus menjadi serius.
Ra mudeng aku. Logika yang terbalik-balik.
Dunia memang sudah kebalik Pak.
Media berita online mungkin berinovasi supaya pembaca tidak bosan.
Maybe yes.. maybe no.. Masyarakat sekarang cenderung suka pada sesuatu yang bersifat informal atau casual. Karena itulah media online berubah gaya resmi yang membosankan.
Lalu, banyak blogger malah beralih ke sesuatu yang membosankan..
Yach betul sekali Pak…kok kebalik…balik yach……… namun tdk semua yang bergaya serius masih banyak kok yang bergaya ala blogger jaman dulu.
sepertinya gaya media dan ala blogger masa kini, perlu kita coba Pak…. tidak salahkan ? Kan sama 2 menulis…. 🙂
Buka tentang salah atau benar. Semua adalah pilihan masing-masing. Juga tidak berarti semua sudah beralih, hanya ada kecenderungan para blogger ingin terlihat "profesional".
Masalah utamanya, dengan menjadi profesional, seorang blogger akan kehilangan jati dirinya. Ditambah, semakin berubahnya gaya media berita online ke gaya yang casual dan non formal, menunjukkan bahwa gaya resmi tidak lagi efektif untuk menjaring pembaca. Khalayak pembaca semakin beralih kepada media yang bisa "dekat" dengan mereka dan lebih akrab.
Maaf saya tidak akan mencoba gaya resmi dan "profesional" yang disarankan oleh para blogger tutorial atau internet marketer. Kalau Kang Nata mau silakan, tetapi saya memandang suatu waktu hal itu akan menjadi bumerang.
Saya tidak ingin kehilangan jati diri sebagai blogger hanya karena ingin pembaca melihat saya sebagai orang pintar, serba tahu, dan hebat. Karena kalau saya begitu, maka saya akan menjadi orang lain yang bukan diri saya sendiri.
Apalagi, kalau melihat dinamika masyarakat pembaca dewasa ini, gaya non formal dan akrab, lebih bisa diterima. Lalu, ketika banyak media mulai berusaha berpindah, kenapa para blogger memilih sesuatu yang mulai ditinggalkan.
Sekali lagi, itu adalah masalah pilihan. Salah benar akan berbeda tiap individu. Tetapi, ironis sekali.