Menjadi Blogger Jalanan Yang Mobile Ternyata Menyenangkan

Terus terang, saya harus mengucapkan terima kasih banyak kepada seorang wanita, mantan pacar yang sudah saya nikahi selama lebih dari 16 tahun. Karena dorongan dan idenya lah saya menjadi seperti sekarang. Padahal ia sama sekali tidak menyukai dunia tulis menulis dan pada awalnya cukup ragu apakah saya bisa cukup konsisten menekuni dunia blogging.

Dari dialah, saya memutuskan berinvestasi kecil-kecilan pada sebuah Samsung Galaxy Tab A6, sebuah phablet, kata sebagian orang merupakan singkatan dari phone + tablet.

Harganya tidak mahal , apalagi kalau dibandingkan dengan smartphone level atas seperti Samsung Galaxy S8 yang mendengar harganya saja sudah membuat kepala saya pening. Fitur-fiturnya pun jauh sekali di bawah level smartphone tingkat dewa tersebut.

Prosesor tidak terlalu cepat, kamera hanya 5 MP, dan kapasitas penyimpanan hanya 8 MB saja. Bahkan dibandingkan gadget keluaran terbaru masa kini, rasanya sulit bersaing. Tidak ada apa-apanya lah.

Tetapi, ada satu yang sangat saya sukai dari phablet ini, layarnya yang 7-8 inci (maaf lupa tepatnya spesifikasinya). Dengan layar seperti ini membuat mata seorang yang sudah berusia mendekati 50 tahun masih bisa membaca dengan jelas tanpa harus memicingkan mata karena kecilnya huruf.

Dengan phablet inilah, sejak itu perjalanan ngeblog, atau kerennya blogging saya memasuki level yang baru. Selama ini saya menulis terikat pada waktu dan tempat. Mau tidak mau karena notebook ada di rumah dan di kantor saja. Jadi, kalau saya hendak menulis, harus menunggu hingga tiba di kantor atau di rumah.

Statis. Itu kata tepatnya.

Kehadiran sang tablet murah ini ternyata merubah semuanya. Saya tidak lagi terikat tempat atau waktu. Dimanapun ketika ide terlintas atau ada kejadian menarik, maka saya bisa segera mengeluarkan “senjata”, entah untuk memotret sebuah momen di jalanan atau langsung melahirkan tulisannya.

Gadget itu merubah saya menjadi seorang blogger yang mobile, seorang blogger jalanan. Dimanapun saya berada, tidak perlu menunggu untuk menjadikannya sebuah cerita sebagai pengisi blog-blog yang saya kelola.

Sudah banyak tulisan yang sebenarnya lahir bukan di depan layar komputer sambil nyemil, tetapi justru lahir pada saat saya sedang berdesakan dan berjuang mendapatkan sedikit ruang untuk berdiri di dalam gerbong Commuter Line yang jarang sepi itu.

Mungkin, hanya pembaca yang sangat teliti saja yang menyadari perbedaan antara artikel yang ditulis dengan notebook HP dan mana yang ditulis saat di jalan. Ada bedanya dan itu saya sadari. Bisa tebak apa bedanya?

Yah. Artikel-artikel yang ditulis dengan tablet di jalanan, biasanya mengandung lebih banyak kesalahan penulisan. Biasanya terjadi karena pada saat sedang asyik menulis kereta berhenti dan mau tidak mau badan akan terdorong penumpang lain. Juga, karena biasanya dikerjakan dalam waktu yang sangat singkat selama perjalanan berangkat ke dan pulang dari kantor.

Tidak masalah lah karena ternyata tidak seperti yang dikatakan banyak blogger tutorial, pembaca akan kabur kalau terlalu banyak salah ketik, para pembaca ternyata cukup setia dengan tulisan-tulisan yang saya buat. Jadi, enjoy saja.

Selama menjalani kehidupan sebagai blogger jalanan ternyata saya banyak menemukan hal-hal yang menyenangkan. Hal-hal yang selama ini banyak luput dari perhatian ternyata dengan tersedianya sebuah kamera imut 5 MP bisa dijadikan bahan tulisan yang lumayan menarik. Itulah yang membuat saya hampir tidak pernah kehabisan ide, karena ada perlengkapan yang selalu siap sedia untuk merekamnya.

Yang paling menyenangkan sebenarnya adalah ketika saya bisa merasakan yang namanya citizen journalism atau jurnalisme warga. Saya bisa memberitakan apa yang saya lihat dan dengar di jalanan. Bukan sekedar hanya “kata orang”.

Seringnya bahkan saya tidak perlu mencari referensi lain di internet dan cukup dengan menuliskan apa yang dialami secara langsung. Persis seperti wartawan, meski tanpa lencana.

Sebuah pengalaman yang memberikan banyak sekali manfaat dan meluaskan pandangan saya tentang bagaimana seharusnya sebuahartikel original itu dibuat. Sesuatu yang baru dan belum pernah dituliskan sebelum dan bukan sekedar re-write atau penulisan ulang. Sebuah hal yang sangat penting bagi blog utama saya Lovely Bogor.

Selain itu, sejak menjadi blogger jalanan, saya pun lebih bisa menghargai orang lain, terutama mereka-mereka yang bergelut dalam dunia jurnalistik, seperti wartawan atau juru foto (hei.. saya juga menekuni fotografi lo). Tidak mudah ternyata menjalani kedua profesi itu, banyak sekali hambatan dan tantangannya. Tidak seperti yang dibayangkan kebanyakan orang.

Hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan akan bisa dijalani mengingat pekerjaan harian saya adalah sebagai pegawai kantoran.

Ada variasi kehidupan yang menghindarkan dari kebosanan, pengalaman baru, pengetahuan baru,  sudut pandang baru, yang hadir dalam perjalanan sebagai blogger jalanan. Hal-hal yang sangat menyenangkan.

Untuk itulah, rasanya saya perlu memberi hadiah bagi sang mantan pacar, yang sudah mencetuskan ide blogger jalanan kepada saya, meski secara tidak langsung dan tanpa disadari. Karena ternyata kehidupan blogger jalanan, menyenangkan dan membuka dunia yang lebih luas bagi saya sebagai seorang blogger.

Untungnya, ultah si yayang sebentar lagi, mungkin sudah waktunya mempersiapkan hadiah sebagai penghargaan terhadap apa yang diberikannya kepada saya, sebuah cakrawala baru yang tidak ternilai harganya.

2 thoughts on “Menjadi Blogger Jalanan Yang Mobile Ternyata Menyenangkan”

  1. Kali ini sepertinya Curhat yach Pak….hehe.
    Dulu saya pernah membaca tulisan yang ada sedikit salah tulisannya….mungkin Cetaknya diatas Kereta yach Pak…..

    Ohy…. Selamat Ulang Tahun Buat…….Mantan Pacar Pak Anton…..Semoga Sehat selalu dan Panjang Umur……….. ( maaf ya Pak Mungkin ucapannya kecepatan atau bahkan sudah terlambat ).

    Ohy…..baru pasang Iklan nich yeee…..hehe.

    Reply
    • Sekali kali boleh lah yah menulis gaya curhatan begini.. hahahahaha

      Hahaha.. memang begitulah adanya. Banyak tulisan yang lahir di atas kereta

      Makasih makasih makasih

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply