Contoh Pemakaian Keyword / Kata Kunci Secara Paksa Dalam Artikel

Bukan sesuatu yang haram dan dilarang. Lagipula, bagi banyak orang ini adalah sebuah trik dalam kompetisi, meskipun tidak sedikit yang mengatakan ini adalah sebuah contoh pemakaian keyword secara paksa dalam artikel.

Mengapa bukan sesuatu yang haram? Karena memang tidak ada aturan bagaimana sebuah kata kunci dimasukkan ke dalam sebuah tulisan. Sah-sah saja, dan sudah sejak lama hal ini dilakukan. Bahkan, sebelum masa kini, bisa dikata apa yang terlihat pada dua contoh di bawah ini adalah sesuatu yang dianggap normal dan umum dalam dunia blogging.

Memang, dengan perkembangan algoritma Google, semakin banyak blogger yang memilih jalan lain untuk menempatkan keyword dalam sebuah artikel. Tidak lagi seperti ini.

Silakan lihat contohnya.(perhatikan yang diberi kotak merah)

Masih belum jelas? Lanjut dengan yang di bawah ini.

Jangan tanyakan dari blog mana screenshot ini diambi. Tidak penting dan saya pun tidak akan memberitahu namanya, tidak etis lah.

Mengapa kedua contoh itu dianggap memakai keyword secara paksa?

Tentu Anda akan bertanya mengapa kedua contoh itu mewakili penggunaan kata kunci secara paksa padahal kelihatannya normal-normal saja.

Sebenarnya, tidak normal. Jauh sekali dari normal, tetapi mungkin karena sudah dianggap biasa, maka hal itu dianggap sesuatu yang wajar.

Tetapi, yang perlu disadari adalah

1. Bukan Kalimat Lengkap

Coba perhatikan lagi apa yang dikotaki merah itu. Apakah berbentuk sebuah kalimat lengkap? Jawabnya, TIDAK.

“Situs Download Kualitas Tinggi” hanyalah sebuah kata benda dan untuk menjadi kalimat yang lengkap harus ditambah dengan kata kerja sebelum “titik”. Begitu juga dengan “Mencari HP Android Yang Hilang”, tidak ada subyek disana.

Bila Anda ingat tentang kalimat lengkap, maka tentunya Anda menyadari bahwa sebuah “titik” adalah pertanda lengkapnya kalimat, dan lengkapnya kalimat harus terdiri dari Subyek (Kata Benda) dan Predikat (Kata Kerja).

Keduanya tidak ada di dalam contoh itu.

2. Penempatan

Keduanya ditempatkan di awal paragraf, satu di paragraf awal dan satu di paragraf tengah. Keduanya sesuai dengan teori SEO dimana keyword seharusnya masuk di paragraf awal, satu di tengah, dan satu di akhir.

Prosentase rata-rata keyword antara 0.5% hingga 2.5%. Itu yang bagus (katanya).

Sepertinya ini yang menjadi fokus penulisnya. Ia tidak memusingkan bahwa penempatan di awal paragraf dan kesinambungannya dengan paragraf sebelumnya. Yang terpenting disana ada kata kunci.

3. Alur Penulisan Yang Terputus

 Salah satu pelajaran terpenting dalam penulisan sebuah karya tulis, seperti skripsi adalah memastikan bahwa alur penulisan mulai paragraf awal hingga paragraf akhir harus berkesinambungan dan berjalan mulus dan seperti air mengalir. (Entah sudah berapa proposal skripsi saya yang dicorat-coret oleh dosen pembimbing karena banyak paragraf yang terputus).

Nah, dalam kedua contoh di atas terlihat sekali bagaimana tidak “nyambung”nya antara paragraf sebelum dan sesudah long tail keyword (kata kunci berekor panjang) dipasang. Alurnya terhenti di setiap paragraf.

Tidak ada kesinambungan.

Jadi, itulah mengapa saya mengatakan bahwa penulis memang ingin mengejar peringkat yang bagus di halaman SERP (Search Engine Result Page) Google. Ia mengorbankan beberapa hal yang merupakan kunci utama penulisan sebuah artikel.

Salah kah?

Tidak. Itu bukan hak saya menilai. Itu hak pembaca lain untuk menjatuhkan vonisnya. Puas atau tidak, bukan urusan saya.

Saya hanya menunjukkan seperti apa sih contoh dari pemakaian keyword / kata kunci secara paksa dalam artikel itu. Kebetulan, rupanya masih banyak yang memakai pola lama (termasuk pemberian huruf tebal atau miring yang tidak sesuai).

Silakan memilih, apakah mau meniru atau tidak. Saya memilih untuk meninggalkannya bahkan sudah melangkah untuk terfokus pada menulis artikel yang enak dibaca dibandingkan mementingkan mesin pencari Google, Yahoo, atau Bing.

Jadi, jangan tanyakan salah atau tidak, haram atau halal. Masing-masing punya penilaian sendiri. Yang pasti, ada banyak cara lain untuk memastikan artikel yang dibuat mengandung keyword yang diinginkan, tanpa memaksakan seperti itu. Artikel ini juga ada beberapa kata kunci, tetapi apakah terkesan dipaksakan?

Silakan jawab sendiri.

2 thoughts on “Contoh Pemakaian Keyword / Kata Kunci Secara Paksa Dalam Artikel”

  1. saya sudah baca artikel ini kmaren…..
    timbul sebuah pertanyaan Pak ? kok belum ada contoh pembetulannya ?
    berkat artikel ini juga saya berkaca dengan artikel saya sendiri, dimana banyak kalimat yang tidak menggunakan Kaidah SPOK.

    dan saya sudah coba2 browsing utk mempelajari ulang.

    Reply
    • Ngeblog agak berbeda dengan menulis artikel formal. Bisa disebut ngeblog itu menulis percakapan. Jadi akan tergantung pada konteks kalimat dan hubungan antar kalimat dalam paragraf. Seperti kalau kita bicara, maka akan selalu ada konteks yang berkaitan, meskipun kalimatnya tidak lengkap, karena ada makna yang berkaitan dengan kalimat-kalimat sebelumnua.

      Itu normal dan wajar.

      Hanya jika memaksakan rangkaian kata tidak lengkap, dan juga tidak sesuai dengan konteks atau kesinambungan dgn kalimat sebelumnya, maka hal itu terkesan sekali dipaksakan.

      Contoh pembetulannya, sulit saya lakukan karena saya tidak mengerti apa yang hendak disampaikan oleh penulis dengan menaruh keyword disitu. Apa yang ingin disampaikan.

      Sebenarnyanya bisa saja dibuat seperti ini :

      Keyword : situs download berkualitas tinggi

      Kalimat dengan kata kunci,

      "mencari situs download berkualitas tinggi tidaklah mudah" == lengkap
      "Seperti apa sih situs download berkualitas tinggi itu?" ==" lengkap
      "Mengapa kita harus menemukan situs download berkualitas tinggi sebelum melakukan pengunduhan software atau aplikasi"

      Dan lain sebagainya, sehingga tetap ada kaitan antara satu paragraf dengan paragraf lainnya.

      Perlu kreatifitas untuk menemukan cara agar keyword tetap terpasang tanpa harus mengganggu alur sebuah cerita.

      Untuk melakukan pembetulan dan koreksi terhadap sesuatu, kita perlu tahu dulu niat apa yang disampaikan oleh sang penulis asal, dan itu tidak mungkin didapatkan.

      Lagi pula, sudah disebutkna bahwa cara ini sudah dianggap biasa dan kalau mengacu pada konsep "ngeblog itu menulis percakapan", maka pemakaian sesuatu yang tidak lengkap itu harus diterima.

      Saya hanya berpikir bahwa pemaksaan seperti itu membuat alurnya sangat terputus dan terkotak-kotak saja

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply