Masih suka membaca artikel tentang SEO (Search Engine Optimization)? Saya masih. Biarpun saya memutuskan untuk tidak menggunakannya dalam membuat tulisan, saya masih suka belajar SEO.
Bagaimanapun, belajar adalah kodrat manusia dan mendapatkan ilmu baru itu tetap saja menyenangkan. Bahkan bila pada akhirnya tidak dipergunakan, tetapi kita tetap punya pengetahuan yang mungkin berguna di masa yang akan datang.
Darimana saya belajar? Internet lah. Mau darimana lagi. Toh, banyak sekali blogger yang menulis tentang SEO dan lagipula, GRATIS. Tidak perlu bayar sepeserpun.
Hanya, berbeda dengan ketika pertama kali saya terjun ke blogosphere, saya sekarang sudah bisa memilih mana yang harus dibaca dan diperhatikan dan mana yang tidak.
Jujur saja, saat pertama kali mulai, saya menjelajah internet dan membaca ribuan artikel terkait bagaimana memaksimalkan mesin pencari.
Hasilnya, BINGUNG. Terlalu banyak informasi sehingga akhirnya sulit untuk menjatuhkan pilihana MANA YANG HARUS DIIKUTI /DICOBA dan MANA YANG HARUS DIABAIKAN.
Mau tidak mau harus dipilah dan dipilih. Kalau semua teori dicoba, pada akhirnya saya hanya akan muter-muter tidak tentu arah di rimba internet.
Buang-buang waktu.
Sampai suatu saat, saya memutuskan untuk membuat semacam kriteria “guru SEO” versi sendiri. Pemikirannya kembali ke pemikiran asal bahwa belajar itu harus dari orang yang TAHU dan BENAR-BENAR TAHU. Bukan dari orang yang BERLAGAK TAHU.
Dengan kriteria ini, harapannya mana yang benar-benar menguasai akan bisa ditemukan dan dengan begitu, saya bisa mempelajari belajar darinya.
Yang pasti, saya bisa menghemat waktu. Tuhan hanya memberikan waktu 24 jam pada manusia dan tidak bisa ditambah. Kalau saya tidak memanfaatkannya dengan baik, maka berarti menyia-nyiakan anugerah dari NYA. Lagi pula, hanya 3-4 jam saja setiap hari yang tersisa untuk aktifitas blogging saya, kalau tidak dipakai dengan efisien, hasilnya mubazir.
Kriteria sederhana yang saya pakai terdiri dari tiga langkah :
1. Membaca satu artikel
Mau tidak mau. Sistem hidup di dunia internet kalau tidak lewat mesin pencari, ya lewat link yang bertebaran.
Pertama kali tentu saja harus mencicipi sedikit, membaca satu artikel.
Kalau ternyata menarik dan enak dibaca maka biasanya saya baca dari awal hingga akhir. Kalau tidak, maka itu adalah artikel pertama dan terakhir yang saya baca di blog itu.
Kemungkinan besar saya tidak akan kembali kesana.
Memang subyektif, tetapi kalau ternyata tulisannya tidak menarik, mengapa harus diteruskan? Pengalaman bersekolah selama belasan tahun mengajarkan bahwa sulit untuk merekam pengetahuan di otak kalau dibawakan dengan cara yang kurang menarik.
Iya kan?
Ciuma ada satu kebiasaan jelek saya. Kalau ada sebuah artikel dimulai dengan kata-kata “Kali ini artikel ini akan menjelaskan…bla…bla..bla…”, secara otomatis mata saya masuk scanning mode alias tidak membaca dengan sungguh-sungguh.
Biasanya ujungnya, saya juga tidak kembali lagi kesana. Trauma dicekoki ceramah dan kuliah selama puluhan tahun rupanya membuat saya alergi merasa di dalam ruang kelas dengan guru di depan mengatakan kata-kata seperti itu.
Lagi pula biasanya, artikel yang dimulai dengan cara itu tidak akan memberi tambahan pengetahuan apapun.
2. Pembahasan yang detail
Seorang guru harus mampu menjelaskan dengan terperinci dan detail. Hal itu akan mempermudah yang belajar untuk menyimpan potongan-potongannya dan menyusun ulang teori di kepala mereka sendiri.
Kalau ada artikel yang berisi hanya penggalan-penggalan, sedikit-sedikit dan pendek-pendek, biasanya pembahasannya tidak mendalam.
Pelit juga.
Nggak seru kalau ada “guru” yang pelit sama ilmu. Kita tidak akan menjadi lebih pintar.
Kalau pendek, biasanya terlalu singkat dan tidak mendalam, cuma sepenggal. Jadi biasanya kalau saya lihat yang seperti ini dalam hal pembahasan SEO, tangan saya langsung menggiring kursor ke tombol BACK atau CLOSE.
3. Pakai Alexa
Nah, kalau ternyata saya puas dengan apa yang dilihat pada langkah 1 dan 2, proses biasanya digabungkan karena biasanya dilakukan sekali jalan, saya langsung saja ke tahap akhir.
Pengecekan peringkat Alexa.
Saya paham sekali bahwa ranking yang dihasilkannya masih jauh dari kata TERPERCAYA. Terlalu banyak faktor yang bisa dipertanyakan dan juga banyak bukti yang mengatakan bahwa peringkat Alexa dan trafik tidak selalu cocok.
Tetapi, karena tidak ada tool lain yang lebih baik, saya putuskan pakai saja yang ini.
Kenapa saya melakukan pengecekan ranking Alexa?
Hei.. Guru itu kirata basa (bahasa Sunda) nya adalah digugu dan ditiru alias didengar dan ditiru. Ia harus memberikan contoh pada para muridnya bukan hanya dalam teori tetapi juga dalam tindakan.
Nah, sebagai guru SEO, seorang penulis artikel tentang SEO berada pada posisi “guru”. Jadi dia harus bisa membuktikan teori dan kemampuannya dulu.
Pembuktiannya sederhana saja, karena biasanya para master atau master wannabe (yang ingin jadi atau dianggap master) ini menulis di blog, saya harus membuktikan sejauh apa kemampuannya dalam hal praktek.
Peringkat Alexa blognya adalah bukti sahih kemampuannya menerapkan teori yang diajarkannya.
Tentu saja harus ada tolok ukur alias pembanding untuk fairnya dalam menentukan “buruk” atau “baik”.
Saya ambil patokan Alexa Ranking blog yang saya kelola Lovely Bogor. Blog tersebut dikelola tidak dengan optimasi SEO seperti yang banyak diajarkan, tidak lagi melakukan promosi besar-besaran, yang punya jarang meninggalkan jejak saat blogwalking, tetapi peringkatnya bisa dianggap not bad. Saat ini ada di kisaran 500-600 ribu dunia dan 18 – 19 ribu Indonesia.
Jadi, blog para pakar darimana saya mau belajar SEO harus jauh lebih baik dari itu. Kalau sama atau di bawah, maka pertanyaannya adalah UNTUK APA SAYA HARUS BELAJAR DARI ORANG YANG BAHKAN TIDAK MAMPU MEMPOPULERKAN BLOGNYA SENDIRI?
O ya… bukan menganggap rendah. SEO bukan sekedar teori, kata ini adalah ilmu terapan yang harus dibuktikan. Seorang guru yang mumpuni selain bisa menjabarkan dengan baik juga harus bisa menerapkan dengan sama baiknya.
SEO adalah tehnik untuk membuat sebuah blog populer dan didatangi pengunjung. Banyak orang mencarinya untuk mendapatkan infornasi dan pengetahuan untuk mempopulerkan blognya (termasuk saya). Lalu, bagaimana bisa meminta petunjuk tentang cara menjadi populer dari orang yang tidak bisa membuat dirinya sendiri populer.
Jadi, alasan apa saya harus memilihnya sebagai tempat belajar SEO?
Sama dengan dua yang lain, saya biasanya juga langsung close saja daripada membuang waktu.
Kejam yah.
Terus terang saat belajar, saya memang kejam. Tidak berarti saya tidak menghargai dan tahu sopan santun atau berbasa basi ala blgger. Tetapi, belajar bagi saya adalah sebuah misi, saya tidak akan berhenti untuk mencari jawaban sebelum puas.
Istilah kata, saya tidak segan untuk mengetes dan menilai orang yang akan menjadi “guru” untuk menentukan pantas tidaknya seseorang menjadi sumber ilmu.
Dalam hal SEO pun demikian. Saya masih akan belajar dan terus belajar, meski saya cenderung untuk tidak memakainya, tetapi bukan halangan untuk terus mencari pengetahuan.
Tetapi, karena keterbatasan waktu, maka mau tidak mau saya harus memilah agar waktu tidak terbuang percuma. Sayang kalau hanya mendapatkan hanya tulisan hasil rewrite atau tidak memberikan pengetahuan dan informasi baru dari MEREKA YANG HANYA BERLAGAK TAHU.
Iya nggak sih?
Iya sich Pak ,,,,betul sekali.
Memang saat kita belajar SEO di blog orang lain, membuat pertanyaan dibenak kepala muncul “ Apa benar penerapan SEO harus seperti itu ? “
seperti yang saya alami saat membaca tentang SEO.
Tapi Guru SEO yang kira – kira Pak Anton,,,sukai siapa yach ?
Daya tarik SEO, menjadikan banyak para blogger memburu Artikel tentang SEO.
Sehingga tidak heran banyak bertebaran blog yang membahas SEO.
Blog saya tidak berani membahas Tentang SEO, sebab akan ditertawai oleh Pak Anton ,,,,,heheh.
Saya masih binggung soal SEO, jadi tulis – tulis saja,,tanpa pikir pusing atau memusingkan kepala dengan urusan SEO.
Mendingan ternak blog saja, biar lebaran bisa dipotong,,,,hehe.
Saya juga ga mau bahas SEO, soalnya saya tidak memakai. Hehehehe
Terus terang saya belajar lebih memilih blog dari luar. Kan banyak tuh bertebaran seperti Neil Patel dan Blog Tyrant dan seterusnya. Mereka sepertinya memang ahlinya dalam membahas cara membesarkan blog.
Tetapi, pada akhirnya saya memilih jalan saya sendiri dan mirip sama si akang, menulis ya menulis ajah. Pusing kepala saya kalau harus menerapkan semua trik SEO. Malah jadi tidak fokus pada menulisnya.
Soalnya, ternyata kalau pernah belajar dan agak terbiasa memakai SEO, rasanya seperti ada ganjalan dan hambatan dalam menulis. Itu susah banget ilangnya.
Tujuan Akhir dari Penerapan SEO adalah Pendapatan, jika pendapatan menjadi turun maka orang menjadi malas melakukannya…sebab cara SEO terbilang sulit harus reseach sana sini dahulu.
Itu kelemahannya….beda kalau kita hanya menulis saja apa yang kita tahu dan apa yang kita suka….menulis tetap lancar walau belum gajian dari Adsense.
Karena menulis seperti saya " seperti menghilangkan beban pikiran "
Penerapan SEO pada intinya adalah sebuah bentuk lain promosi. Apakah akhirnya menghasilkan uang atau tidak masih terpisah dari tujuan SEO.
Para pengguna SEO biasanya bertujuan menarik trafik pengunjung ke blognya.
Tetapi, memang benar, bahwa menulis dengan SEO terkadang membebani dan membuat tidak bisa lepas dalam menulis
Dan trafik pengunjung Yang masuk ke BLOG diharapkan menghasilkan KLIK IKLAN YANG SAH…SEhingga kegiatan penerapan SEO DI CAP BERHASIL.
Tapi karena PERSAINGAN KETAT di Halaman Pertama Mesin Pencari GOogle Membuat, beberapa Artikel menjadi TUMBANG. TUMBANGNYA sebuah artikel di Halaman Pertama membuat semangat Para Penerap SEO ikut berpengaruh dalam menulis ARTIKEL.
beda kalau kita menulis sekedar untuk CURHAT Atau menuliskan " Buah Pikiran " Atau sebuah Gagasan Tanpa Harus Repot Menggunakan Teknik SEO…biasanya menulisnya menjadi Lancar dan Bikin Ketagihan.
Menulis ..menulis dan menulis sesuka hati,,,
Menurut saya sich…Pak. 🙂