Menulis Memperpanjang Usia?

“Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi”~ Helvy Tiana Rosa

Kutipan dari seorang sastrawan wanita Indonesia yang sudah menelurkan lebih dari 50 buku ini mungkin akan banyak ditertawakan.

Bagaimana bisa seorang pengarang panjang umur dan tidak mati hanya karena ia menulis?

Kenyataannya memang demikian.

Pernah mengetahui tentang Don Quixote, sebuah buku yang bercerita tentang seorang petani yang terlalu sering berimajinasi karena keinginannya menjadi seorang ksatria? Belum? Sayang sekali. Buku itu adalah salah satu buku terlaris sepanjang masa.

Menurut wikipedia.org, karya sastra ini terjual sebanyak 500 juta kopi sejak diterbitkannya pada awal abad ke-17.

Buku ini telah membuat nama sang pengarang, Miguel de Cervantes, tetap dikenal dan disebut orang hingga masa kini, 4 abad setelah kematiannya di tahun 1616.

Bukankah hal itu menunjukkan bahwa si “Miguel de Cervantes”, tetap “ada” 400 tahun setelah ia tiada?

Yap, itulah yang dimaksud dengan mengapa menulis memperpanjang usia. Dengan menulis seseorang bisa membuat pemikirannya, pandangannya, kreatifitasnya, dan berbagai hal yang terkait dengan dirinya diingat oleh orang lain.

Dengan begitu ia akan terus ada di hati mereka-mereka yang membaca karya tulisnya. Semakin banyak yang membaca, maka semakin lama pula ia akan bertahan “hidup” di dalam diri orang-orang tersebut.

Secara fisik, seorang penulis tetap saja akan tiada setelah 60, 70, 100 tahun. Tetapi, buah karyanya akan dikenang banyak orang melebihi usianya sendiri.

Masih dari sastrawan Indonesia yang gemar mendorong orang menulis, Helvy Tiana Rosa, ada lagi sebuah kutipan senada.

“Kalau usiamu tak mampu menyamai usia dunia, maka menulislah. Menulis memperpanjang ada-mu di dunia dan amalmu di akhirat kelak.”~ Helvy Tiana Rosa

Mulailah menulis kawan, mulailah “memperpanjang” umur kita dengan menulis. Walau hanya sebagai blogger, siapa tahu nama kita tetap ada saat kita sudah tiada.

Leave a Comment