Perlukah Melakukan Riset Keyword Sebelum Menulis Sebuah Artikel?

Bukankah Anda sudah tahu jawabannya? Pertanyaan dan juga perdebatan tentang melakukan riset keyword sebelum menulis artikel merupakan satu pertanyaan klasik yang hingga kini masih mengundang banyak perdebatan.

Ada kalangan blogger yang masih dengan kukuh menyarankan orang lain untuk melakukan hal itu. Sebaliknya tidak kurang yang mengatakan hal tersebut bukanlah sebuah keharusan.

Jumlah yang pro dan kontra tentang yang satu ini sama banyak lho. Situasinya mirip dengan pertentangan dua kubu artikel panjang dan pendek. Sama-sama yakin akan kebenaran jalan yang dipilihnya dan sama-sama berlandaskan pada argumen-argumen yang, herannya, keduanya tidak bertentangan sama sekali, hanya beda arahnya saja.

Bagaimanapun, itulah dunia blogger, dunia yang penuh dengan dinamika dan perdebatan. Justru karena itulah, maka dunia blog tidak akan kekurangan daya tarik dan menjadi sepi.

Nah, kalau Anda salah seorang yang baru saja turun gunung dan ingin memasuki dunia ngeblog, mungkin Anda masih bertanya-tanya tentang “Apa itu riset keyword?”, “Bagaimana cara melakukannya?”, “Apa keuntungan dan kerugiannya?”

Mungkin tulisan ini bisa membantu memberikan jawaban dan sedikit informasi mengapa perdebatan tentang melakukan riset keyword atau tidak masih kerap berlangsung.

Apa itu keyword?

Keyword.

Key = Kunci. Word = Kata.

Keyword = Kata Kunci.

Kalau Anda membayangkan kisah Aladin dan perampok, untuk membuka gua penyimpanan harta karun, para perampok perlu mengucapkan sebuah atau beberapa kata kunci. Menurut kisahnya, kata kunci yang dipakai “Sesaam Buka Pintu”. Terbukalah pintu gua harta karun.

Dalam dunia blogging, keyword atau kata kunci memiliki fungsi yang sama. Kata-kata ini seperti berperan membuka sebuah “gudang” yang berisi orang-orang yang sedang mencari informasi dari internet.

Jumlah para pencari informasi ini bisa mencapai angka jutaan orang yang membuatnya mirip harta karun dalam kisah Aladin.

Oleh karena itu penggunaan kata kunci yang tepat, tentunya kalau digunakan dengan cara yang tepat pula, bisa menggiring para pencari informasi itu ke website atau blog yang kita kelola.

Kata kunci sendiri bisa terbentuk dari “satu kata” atau “lebih dari satu”.

Bagaimana keyword menggiring pengunjung datang ke sebuah website atau blog?

Keyword sebenarnya dipergunakan oleh tiga pihak.

Pihak yang pertama, pembaca atau pencari informasi. Mereka akan memasukkan beberapa kata yang menurut mereka akan menampilkan informasi yang relevan dengan yang mereka butuhkan. Seperti contoh, seorang yang ingin tahu bagaimana membuat telur dadar yang baik akan memasukkan beberapa kata seperti “cara menggoreng telur dadar”.

Pihak yang kedua, penyedia jasa mesin telusur atau pencari. Google, Yahoo, Bing adalah pengelola jasa mesin pencari atau kerennya Search Engine. Mereka akan mencari di database mereka informasi, berupa artikel yang terkait dengan apa yang sedang dibutuhkan si pencari infomasi. Biasanya mereka akan memiliki data puluhan ribu tulisan yang berkaitan dengan satu hal.

Hasil sortiran database si pengelola akan dipilih dan kemudian ditampilkan di layar SERP (Search Engine Result Page – Halaman Pencarian) berupa link yang menunjukkan dimana sang pemcari informasi “kemungkinan” besar bisa menemukan informasi tersebut. Misalkan, kalau yang dicari “cara menggoreng telur dadar”, kemungkinan yang akan ditampilkan bisa seperti di bawah ini :

  • Cara menggoreng telur dadar dengan baik dan benar
  • Menggoreng telur dadar dengan menggunakan mentega
  • Menggoreng telur dadar sangat mudah dilakukan
  • Tehnik menggoreng telur dadar yang hemat

Dan masih banyak kemungkinan lainnya. Jumlahnya bisa tidak terhitung karena setiap hari jutaan artikel akan masuk ke dalam database mesin pencari. Pihak pengelola mesin telusur, dengan mempergunakan berbagai tehnik (biasanya disebut algoritma) akan menampilkan tulisan yang dianggap “paling relevan” di halam paling muka.

Bisnis mereka adalah menyediakan informasi, jadi semakin relevan link yang disediakan, semakin puas pencari informasi, dan semakin baik untuk sang pengelola.

Pihak yang ketiga : penyedia konten. Dalam hal ini penyedia konten adalah pemilik website atau blog. Merekalah sebenarnya yang menuliskan informasi tersebut.

Berdasarkan perhitungan mereka, dan juga data yang mereka punyai, para penyedia konten akan membuat tulisan tentang sebuah topik berdasarkan sebuah atau beberapa kata kunci. Perhitungan masing-masing akan berbeda karena tergantung topik atau tema yang mereka pilih.

Misalkan topik menggoreng telur menurut mereka penting, maka akan dibuatlah sebuah tulisan berisikan artikel cara menggoreng telur.

Nah, bagi kalau seorang pemilik website atau blog berhasil menempatkan dan memakai keyword(s) atau kata(-kata) kunci dengan baik dan benar, maka tulisannya akan dianggap “berharga” untuk ditampilkan oleh sang pengelola mesin telusur. Tulisan mereka akan mendapatkan hak prioritas untuk ditampilkan di halaman pertama (atau Page One) dari SERP.

Hasilnya, tulisan tersebut akan menjadi yang paling umum dilihat oleh para pencari informasi. Berdasarkan kebiasaan, para pencari informasi tidak akan terlalu sering melangkah ke halam berikutnya kalau semua link di halaman pertama SERP sudah sangat memuaskan.

Itulah proses singkat bagaimana pemakaian sebuah keyword dapat menggiring ribuan, bahkan ratusan ribu pencari informasi ke sebuah website atau blog.

Perlukah Melakukan Riset Keyword Sebelum Menulis Artikel?

Welcome Selamat datang di inti permasalahannya.

Sebelum Anda mengambil kesimpulan mengenai perlu atau tidaknya melakukan riset keyword sebelum menulis artikel, ada baiknya kita ketahui beberapa alasan dari pihak yang pro dan kontra. Kebanyakan dari mereka sudah lebih pakar dalam ngeblog, bahkan dibandingkan saya yang menulis artikel ini (walau ada juga yang lebih junior)

Mengapa harus melakukan riset keyword sebelum menulis artikel? (PRO)

Berapa banyak orang yang mencari informasi “cara menggoreng telur dadar”?

Kemungkinan besar sedikit sekali. Hal ini bukanlah hal yang terlalu sulit dan bahkan tanpa menggunakan fasilitas internet pun seseorang bisa menemukan cara melakukannya. Mereka bisa bertanya kepada istri, suami, tetangga.

Bandingkan dengan “cara membuat blog” atau “cara membuat foto hitam putih”. Besar kemungkinan, jumlah pencari informasi tentang kedua hal ini jauh lebih banyak sedangkan tidak semua orang bisa menyediakan penjelasan.

Perbedaan jumlah pencari dari sesuatu inilah yang menjadi dasar mengapa banyak blogger melakukan riset keyword sebelum menulis artikel. Mereka tidak ingin kerja keras mereka percuma.

Tenaga, waktu, dan biaya terbuang percuma kalau ternyata topik artikelnya tidak ada yang mencari atau sedikit jumlahnya. Mungkin ia bisa membuat sebuah artikel tentang menggoreng telur dadar dengan sangat bagus, tetapi menggoreng telur dadar adalah tetap menggoreng telur dadar, tidak akan banyak orang yang mencari internet dengan kata kunci seperti ini.

Sia-sia. Mubazir. Tidak akan ada pengunjung yang menemukannya karena mereka tidak membutuhkannya. Sama seperti mempunyai kunci pintu harta karun, tetapi harta karunnya tidak ada.

Keinginan untuk menghindari kesia-siaan inilah yang membuat mereka harus mencari hal-hal atau topik yang memiliki jumlah pencari yang “banyak”. Mereka mencari gua yang ada harta karunnya.

Dengan begitu artikel yang mereka tulis dengan kata kunci tersebut akan memiliki peluang dibaca orang. Ujungnya blognya diharapkan akan ramai. Kalau blog atau websitenya ramai, akan mudah melakukan monetisasi alias mencari uang.

Sesederhana itu tujuan melakukan riset keyword atau kata kunci.

Mengapa tidak harus melakukan keyword atau kata kunci sebelum menulis artikel? (KONTRA)

Dunia ini luas. Ada lebih dari 5 milyar penduduknya. Tidak semua orang tahu cara menggoreng telur dadar yang baik dan benar.

Kenyataannya, memang begitu. Seorang yang belum pernah memasak, tentu tetap saja bingung bagaimana cara menyalakan kompor dan membuat telur dadar tanpa gosong. Pasti ada, meskipun sedikit orang yang membutuhkan informasi seperti itu.

Who knows?

Lagi pula, melakukan riset keyword sebelum menulis artikel sendiri membutuhkan waktu dan ketelitian pengamatan. Namanya juga riset, tetap dibutuhkan tenaga, waktu dan biaya.

Mengapa harus?

Dengan sebegitu banyak orang dan kehidupan peluang tulisan atau artikel bertopik apapun untuk dibaca tetap ada.

Kenyataannya, memang demikian. Kebutuhan informasi yang sangat besar dan semakin besar membuat seperti tidak ada batasan tentang apa yang dicari. Banyak hal yang tidak terduga tetapi ternyata tetap dicari oleh orang banyak.

Saya sendiri pernah menulis sebuah artikel di blog pertama saya, Lovely Bogor. Topiknya hanya tentang bagaimana cara berjalan kaki dari sebuah stasiun ke sebuah tempat wisata.

Bagi saya sendiri, topik tersebut saya anggap iseng. Siapa tahu ada yang butuh? Begitu saya berpikir saat menuliskannya. Bahkan, saya menulisnya sambil menertawakan diri sendiri mau saja menulis artikel bertopik aneh.

Jangan tanya, apakah kata kunci tersebut ada dalam alat-alat yang sering dipakai blogger untuk melakukan riset kata kunci. Hasilnya selalu “not found”.

Tetapi, hingga saat ini, artikel tersebut sudah dibaca hampir 70 ribu orang. Banyak yang mengucapkan terima kasih karena mereka mendapatkan informasi yang susah ditemukan sebelumnya. Page One? Sudah lebih dari satu tahun artikel itu nongkrong di nomor satu halaman pertama hasil pencarian.

Bingung?

Sama. Saya sendiri terbengong-bengong melihat hasil seperti itu. Sampai sekarang saya masih tersenyum malu kalau iseng-iseng mencari dengan beberapa kata kunci terkait tempat wisata tersebut, artikel saya muncul dengan gagahnya.

Hingga hari ini, masih dibaca orang.

Bukan sombong. Ini hanya untuk menunjukkan bahwa kalangan blogger yang KONTRA terhadap kegiatan riset keyword memiliki poin yang kuat. Hasil ini menunjukkan kebenaran dari apa yang mereka yakini.

Setiap topik akan tetap memiliki peluang untuk dibaca dan menarik pengunjung.

Biasanya mereka akan mengimbangi dengan memperbanyak artikel dalam blognya. Dengan begitu, maka akan semakin banyak topik yang akan masuk ke database mesin pencari. Semakin banyak data yang masuk, semakin besar peluang blog mereka dikunjungi orang.

Lalu, mana yang lebih baik antara melakukan riset keyword atau tidak?

Kok bertanya ke saya?

Memang begitu kenyataannya. Tidak seharusnya Anda bertanya kepada saya, yang mana yang lebih baik. Kedua-duanya memiliki keuntungan kalau diterapkan.

Seharusnya tidak ada pro dan kontra, hanya namanya juga blogger terkadang mereka seperti penjual kecap agar dagangannya laku. Mereka biasanya akan mendramatisir kelebihan dari jalan yang dipilihnya.

Maklum saja.

Hanya, sebagai saran sedikit saja, setelah mencoba kedua cara tersebut, maka coba lihat yang manakah diantara di bawah ini yang cocok dengan diri Anda.

Blogger sniper : riset keyword dulu baru menulis

Persis seperti sniper, penembak tepat, blogger yang gemar melakukan riset keyword. Satu peluru satu nyawa, kalau bisa sepuluh, semaksimum mungkin. Begitu juga blogger tipe ini, satu artikel harus tepat masuk ke market yang dituju dan mendatangkan ribuan pembaca.

Blogger jenis ini tidak akan banyak mengeluarkan artikel karena hal tersebut tidak sesuai dengan karakternya.

Untuk menjadi blogger jenis ini, seorang blogger harus sabar dan telaten.

Sabar karena ia harus mau meluangkan waktu dan tenaga untuk mencari “sasarannya”. Bukan sebuah hal yang mudah karena butuh ketelitian dalam membaca angka, melihat trend, menganalisa statistik, dan akhirnya merumuskan keywords yang tepat.

Belum lagi dalam proses pembuatan artikel, penggunaan tehnik SEO mau tidak mau harus dilakukan. Kalau tidak diimbangi dengan hal ini, maka hasilnya bisa dikata percuma, tidak maksimal.

Pertanyakan pada diri Anda sendiri, apakah Anda merasa nyaman dengan kesemua ini. Mudah untuk diucapkan tetapi sulit untuk dilakukan.

Blogger Senapan Mesin : tulis saja yang terlintas di kepala, siapa tahu ada yang nyantol.

Sebanyak-banyaknya.

Seorang tentara yang memegang senapan mesin akan menembak sebanyak mungkin peluru ke arah sasarannya. Harapannya, ada satu atau dua atau semua mengenai sasaran.

Prinsip yang sama dipakai oleh mereka yang tidak mau melakukan riset keyword. Semakin banyak artikel terbit semakin besar probabilitas pengunjung akan datang.

Mereka sangat ekspresif dalam menulis karena apapun yang terlintas di kepala akan bisa dijadikan sebuah tulisan baru.

Bagi Anda yang terbatas waktunya, tidak betah mencari dan menganalisa data, malas memakai SEO, menjadi blogger senapan mesin bisa dipertimbangkan.

Dengan begitu kemungkinan tulisan Anda mendapat tempat yang layak di halaman SERP, semakin besar. Kalau diimbangi dengan tehnik promosi yang tepat, blogger senapan mesin bisa menghasilkan pengunjung tidak kalah banyaknya dengan blogger sniper.

Silakan Anda cocokkan karakter diri dan kemudian putuskan sendiri, apakah mau jadi sniper atau oemegang senapan mesin. Itu hak Anda mutlak, kalau ada yang menyebut keputusan Anda salah, jitak saja.

Blog yang Anda urus blog sendiri, kenapa harus dia yang ribut dan jadi hakim?

Nah, sebenarnya ada satu kategori blogger lainnya dalam hal ini. Namanya BLOGGER GIRANG atau SENANG.

Ini istilah saya sendiri, kalau ada tante girang atau om senang, kenapa tidak boleh ada blogger girang atau blogger senang? Iya tidak?

Blogger jenis ini tidak memikirkan mau ada pembaca atau tidak. Ia menulis karena ia menyukai menulis. Ada yang datang syukur, tidak ada Alhamdulillah. Kesenangan dan kegembiraan itu sudah hadir ketika ia menyelesaikan sebuah tulisan.

Dengan begini tidak ada beban harus melakukan riset keyword atau tidak. Mereka akan menulis apa yang mereka mau dan yang mereka tahu.

Hidup harus dinikmati. Begitu prinsipnya.

Walau kalau yang ini menjadi pilihan Anda, saya justru bingung mengapa Anda membaca artikel berjudul perlu tidaknya melakukan riset keyword?

Itulah sedikit pandangan dari saya. Sebagai penutup silakan menebak termasuk blogger yang manakah saya?

Silakan tinggalkan jawaban di kolom komentar, siapa tahu ada hadiahnya (bisa juga tidak ada, who knows?)

Leave a Comment