Abaikan Pembaca Saat Menulis

Pembaca adalah orang yang bisa menentukan apakah wajah seorang blogger penuh senyum atau cemberut. Kehadirannya selalu dinantikan oleh mereka yang bergelut di dunia blogging, atau dunia media dimanapun.

Ketidakhadiran pembaca dapat membuat seorang blogger merasa dunia tidak adil dan gelap. Absennya mereka bisa membuat para blogger memilih duduk di depan komputer setelah bangun daripada langsung mandi.

Penting. Sangat penting malah. Oleh karena itu para blogger akan melakukan semua cara, baik halal atau tidak, gratis atau harus bayar. Judul-judul bombastis ala koran lampu merah diberi huruf besar, tebal sekaligus, meski kadang tidak sesuai dengan isinya.

Hampir setiap waktu akan dihabiskan para blogger untuk mengundang mereka untuk datang, terkadang bahkan dengan iming-iming hadiah.

Krusial. Penting. Important.

Meskipun demikian, sebenarnya ada saat dimana seorang blogger atau penulis membuang jauh-jauh pembaca dari pikiran mereka.

Yap. Ada satu saat pikiran yang terfokus pada pembaca justru harus diabaikan dan dimasukkan ke dalam kotak untuk sementara waktu. Saat itu adalah ketika seorang blogger sedang MENULIS.

Menulis mengandalkan sisi kreatifitas

Menulis adalah sebuah usaha yang sangat mengandalkan sisi kreatifitas manusia. Entah, otak sebelah mana yang dipakai, tetapi sepertinya bukan yang sebelah kiri.

Sisi kreatifitas ini biasanya memerlukan yang namanya “kebebasan” untuk dapat mengeluarkan yang terbaik. Kehadiran keinginan untuk menyenangkan pembaca akan menjadi pagar pembatas yang akan menyulitkan sisi kreatifitas mencapai titik maksimumnya.

Menulis perlu fokus

Tidak beda dengan pekerjaan lain, menulis juga membutuhkan fokus. Apalagi ketika seorang blogger sedang menulis sebuah artikel, ia berarti sedang mengkoordinasikan banyak hal, ide di kepala, informasi yang dia kumpulkan, gaya menulis yang harus dipakai.

Kehadiran pikiran tentang pembaca hanya akan menambah ruwet beban penulis. Tidak jarang akan menimbulkan distraksi, pengalihan pikiran.

Menulis adalah ekspresi diri sendiri

Seorang blogger seharusnya menulis apa yang ia alami, ia rasakan, ia sukai. Tulisannya akan menjadi cerminan dari dirinya sendiri.

Kehadiran pembaca dalam pikiran seorang blogger akan tidak akan menghasilkan semua itu. Keinginan untuk “menyenangkan” pembaca akan membuatnya menjadi orang suruhan atau budak pembaca. Sesuatu yang jelas akan menghambatnya dalam menulis.

Blogger tidak harus mengikuti apa yang pembaca mau

Lagi pula tidak mungkin dilakukan. Tidak mungkin mengikuti keinginan semua pembaca. Kalau ada 1 juta pembaca, tidak mungkin memenuhi kemauan mereka satu persatu.

Saat menulis, seorang blogger harus berprinsip ini yang aku mau dan bukan yang Anda mau. Mereka harus berprinsip, “Anda suka syukur, kalau tidak, itu masalahmu”.

Dengan begitu, justru mereka bisa membiarkan sisi kreatifitas menjadi bebas lepas dan memberikan yang terbaik, bagi pembaca.

Pembaca bukan bagian dari menulis

Baca dan tulis adalah dua kata yang berbeda. Menulis menunjukkan sebuah proses menghasilkan sebuah karya tulis untuk “dibaca” setelah selesai dilakukan.

Peran pembaca ada di bagian akhir, saat tulisan sudah diterbitkan. Peran mereka tidak ada di saat menulis.

Yang menjadi bagian saat menulis adalah hanya penulis dan alat-alat yang dipergunakan untuk menulis. Tidak butuh tambahan lain yang justru menghalangi diri seorang penulis, blogger untuk menuangkan pemikiran dan idenya dalam bentuk tulisan.

Pembaca adalah penghalang itu.

Blog butuh pembaca. Itu sudah pasti, tetapi tidak setiap saat. Mereka dibutuhkan untuk hadir di blog, tetapi bukan setiap saat. Justru, ada saat mereka harus sama sekali diabaikan dan tidak dipedulikan.

Saat menulis adalah saat itu. Abaikan pembaca dan fokuslah pada menulis.

2 thoughts on “Abaikan Pembaca Saat Menulis”

  1. ilmu yang bermanfaat, selama ini saya baca banyak tutorial yang menyuruh untuk menghadirkan pembaca saat menulis atau seakan – akan berdialog dengan pembaca.

    tapi pak Anton punya sudut pandang yang berbeda dan saya salut, sepertinya saya suka dengan cara ini yang mengutamakan kebebasan berekpresi dalam menulis.
    karena menulis itu butuh fokus tanpa memikirkan apapun…

    Reply
    • Karena bagaimanapun, menulis membutuhkan ruang. Justru sebenarnya, mengabaikan pembaca saat menulis akan memberikan yang terbaik bagi "pembaca" itu sendiri.

      Bayangkan saja kalau J.K. Rowling berpikir tentang pembaca saat menulis. Mungkin, jalan cerita Harry Potter tidak akan seperti sekarang. Ia bebas berekspresi dan berfantasi, hasilnya justru karya-karya luar biasa yang dihasilkannya dan disukai jutaan orang.

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply