Semua Orang Bisa Menulis Artikel ! Kemauan Adalah Kuncinya Bukan Bakat

Semua orang bisa menulis artikel! Saya sangat yakin itu.

Terlalu banyak bukti yang bisa dipergunakan sebagai argumen yang mendukung pandangan itu. Tidak perlu melakukan berbagai penelitian dan analisa berlebihan terhadap data-data karena semuanya sebenarnya sudah terlihat secara kasat mata dalam kehidupan sehari-hari.

Cobalah sejenak kita perhatikan beberapa kejadian yang biasa dilakukan oleh orang dalam aktivitas rutin mereka.

1. Membuat surat izin sakit untuk anaknya

2. Membuat surat cinta kepada seorang wanita atau pria

3. Menulis laporan penjualan untuk atasan

4. Menulis lamaran pekerjaan

5. Mengirimkan SMS kepada seseorang melalui HP

Ini adalah bukti-bukti sederhana bahwa setiap manusia memang memiliki kemampuan untuk menulis. Hal itu terlihat dari sebagian kecil aktifitas yang dilakukan manusia di masa kini.

Kesemuanya menunjukkan bahwa menulis bukanlah hal yang asing bagi manusia. Bahkan, hal itu dilakukan setiap hari dalam kehidupannya.

Menulis Artikel Dan Menulis Surat Cinta Adalah Sama

Saya ajukan dua buah kegiatan yang sepertinya berbeda jauh, bak bumi dan langit. Padahal kalau ditarik garis sampai inti dari keduanya, maka akan ditemukan sebuah titik yang sama.

  • 1. Artikel
  • 2. Surat Cinta

Apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan kedua hal tersebut di atas?

Hanya satu kata! MENULIS.

Tidak akan ada artikel kalau seseorang tidak mengerjakan aktivitas menulis. Begitu juga dengan sebuah surat cinta. Keduanya tidak akan lahir kalau tidak ada yang menuliskannya.

Bukankah dari sini terlihat sebuah kesamaan antara keduanya?

Kalau kita telusuri lebih jauh lagi, maka akan ditemukan kesamaan lainnya. Artikel dilahirkan karena ada ide tentang sesuatu di kepala seseorang yang kemudian diterjemahkannya ke dalam bentuk-bentuk yang bisa dilihat oleh mata, yaitu dalam bentuk deretan huruf-huruf. Begitu juga dengan sebuah surat cinta, ada ide seseorang yang dilanda cinta untuk memberitahukan kepada orang yang dicintainya tentang apa yang dirasakannya.

Semuanya berasal dari titik yang sama, ide di kepala manusia yang kemudian diterjemahkan ke dalam simbol-simbol tertentu. Simbol-simbol inilah yang kemudian akan diterjemahkan kembali di kepala orang yang membaca untuk menimbulkan perasaan, kesan atau informasi tertentu.

Itulah hakekat menulis.

Perbedaan Antara Menulis Artikel dan Surat Cinta

Permasalahannya adalah masyarakat menganggap kedua hal berbeda karena sudah terjadi pengkotak-kotakan dalam hal menulis. Sebuah tulisan diberi label sebagai “artikel” ketika karya tulis itu dipajang di sebuah koran, media cetak, media online, atau dengan kata lain untuk konsumsi umum. Surat cinta berkebalikan karena biasanya bersifat rahasia yang hanya diketahui sang penulis atau penerima.

Itu saja.

Pengkotakkan ini melahirkan berbagai macam definisi tentang sebuah kata tertentu. Artikel didefinisikan sebagai tulisan yang dibuat untuk media, buku dan lain sebagainya. Surat cinta memiliki definisi sebagai tulisan bersifat mengungkapkan perasaaan sayang dan cinta kepada seseorang.

Hal itu memang mempermudah untuk memberikan gambaran kepada seseorang tentang perbedaan. Definisi dibuat untuk menunjukkan perbedaan dan bukan kesamaan.

Jadilah kedua hal tersebut sebagai sesuatu yang berbeda.

Meskipun demikian pada dasarnya, keduanya adalah sama, yaitu MENULIS. Keduanya merupakan buah karya penuangan ide, pemikiran dan perasaan dalam bentuk simbol-simbol tertentu.

Penuangan ide dengan cara seperti ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Orang Sumeria menemukan huruf Paku untuk mencatat pemikiran atau data atau fakta 3000 tahun yang lalu. Manusia di abad ke 15-16 mencatat dengan menggunakan pena dan kertas. Masyarakat modern dewasa ini menggunakan komputer, smartphone dan lain sebagainya. 

Semua Orang Bisa Menulis Artikel ! Kemauan Adalah Kuncinya Bukan Bakat

Semua Orang Bisa Menulis Artikel.  Sudah Pasti!

Berapa lembar surat cinta yang Anda buat untuk yang terkasih di seberang sana? Tiga, lima, atau sepuluh. Walaupun surat dalam bentuk kertas sudah tergantikan dengan surat digital, email, saya tetap yakin bahawa yang namanya surat cinta akan tetap ditulis manusia. Jadi, saya tanyakan kepada Anda tentang berapa panjang surat cinta yang Anda tulis?

Seperti penjelasan awal di atas, surat cinta pun adalah sebuah cara penuangan ide secara tertulis. Ide yang ingin disampaikan oleh selembar surat cinta adalah betapa indahnya dunia kalau Anda pun mencintai saya. Surat cinta, selain sebagai ungkapan perasaan, dibuat untuk meyakinkan orang lain agar mau mengarungi kehidupan bersama.

Tidak beda dengan sebuah artikel argumentasi. Artikel jenis inipun dibuat untuk meyakinkan orang lain tentang suatu pandangan atau teori.

Keduanya tidak berbeda jauh. Perbedaan hanya terletak pada sasaran dari tulisan tersebut dan juga cara penyampaian saja. Surat cinta mengandalkan pada perasaaan yang dialami penulis. Artikel argumenasi didasarkan pada pendapat dan teori sang penulis. Hanya itu saja bedanya.

Lalu, mengapa Anda bisa membuat surat cinta yang sangat panjang, sedangkan mengatakan tidak bisa menulis artikel?

Mengherankan, bukan begitu?

Mengapa Orang Bilang Menulis Artikel Itu Susah Dan Berbeda?

“Saya tidak bakat menulis”. “Saya tidak memiliki keahlian menulis”.

Kedua kalimat tersebut adalah lontaran umum yang keluar dari mulut seseorang ketika diajak untuk mencoba menulis. Saya mengalaminya berulangkali dan nada yang didapat adalah sama. Masih banyak kalimat atau ungkapan bernada sejenis yang mengungkapkan ketidakmauan seseorang untuk berusaha menulis artikel.

Sesuatu yang sebenarnya sama sekali tidak benar. Hampir semua manusia di muka bumi ini sudah dilatih untuk mempergunakan simbol-simbol bernama huruf untuk mengungkapkan ide dan pikiran. Jauh dari kebenaran.

Alasan yang paling masuk akal akan ketidakmauan seseorang untuk mencoba menulis artikel biasanya seperti di bawah ini.

1. Menganggap bahwa menulis artikel adalah privilege kalangan tertentu

Ini adalah hasil dari pengkotakan dalam hal menulis. Menulis artikel dianggap adalah wilayah spesial untuk beberapa profesi tertentu, seperti wartawan, dosen, penulis buku, mahasiswa dan lain sebagainya.

Dengan pandangan seperti ini, banyak orang menganggap bahwa mereka harus memiliki gelar atau memiliki sertifikasi dari salah satu kategori profesi ini untuk bisa menulis.

Sebenarnya tidak demikian. Semua orang berhak menulis artikel tanpa peduli apa profesinya. Tidak ada aturan hukum yang melarang masyarakat umum melahirkan sebuah artikel. Coba saja cari dalam sistem hukum dimanapun. Menulis adalah bagian dari hak yang diberikan kepada manusia dalam mengungkapkan pendapat dan pikiran mereka.

Apalagi dengan ketersediaan berbagai platform yang menunjang hal itu, seperti platform blog yang disedikana banyak pihak. Seharusnya tidak ada alasan untuk menganggap menulis sebuah artikel adalah monopoli profesi tertentu.

Semua orang bisa mempublikasikan pandangan, ide, pemikirannya terhadap sesuatu secara bebas. Membuat blog hanya membutuhkan waktu yang sama dengan membuat tahu goreng. Kurang dari lima menit saja.

2. Malas

Ini yang mungkin paling banyak dirasakan oleh banyak orang.

Membuat artikel membutuhkan usaha dan usaha membutuhkan pengorbanan. Bukan hanya waktu atau tenaga tetapi juga biaya. Semua ini sering menyurutkan orang, meskipun berminat untuk mencoba menulis apa yang ada di benaknya.

Butuh perjuangan untuk melahirkan sebuah artikel dan mempublikasikannya.

3. Tidak melihat manfaat dari membuat artikel

Untuk apa harus menulis artikel kalau sudah ada wartawan dan penulis lainnya? Untuk apa menulis sesuatu tanpa ada hasil?

Wajar. Dalam dunia yang sudah sangat kental berbau kapitalisme ini seseorang mempertanyakan tujuannya terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. Normal saja.

Hal itu biasanya disebabkan lebih pada ketidaktahuan mereka bahwa seorang penulis artikel bisa menghasilkan. Bukan hanya dalam bentuk yang tidak riil seperti rasa senang atau gembira, tetapi juga dalam bentuk materi.

Penulis artikel adalah salah satu profesi yang sedang booming seiring perkembangan teknologi. Lahirnya jutaan blog melahirkan sebuah peluang untuk mendapatkan penghasilan, dalam bentuk materi tentunya. Mereka akan dibayar untuk setiap artikel yang ditulisnya. Bisa juga mendapatkan hasil iklan dari blog yang berisi berbagai tulisannya.

Ketidaktahuan ini lah yang juga merupakan salah satu faktor yang membuat banyak orang tidak mau mencoba menulis artikel. Mereka kurang menyadari bahwa banyak peluang mendapatkan tambahan penghasilan dengan menulis artikel.

4. Tidak mengetahui bahwa menulis artikel itu bisa dipelajari. Bukan bakat.

Anda pernah bersekolah? Tidak usah terlalu tinggi, Sekolah Dasar saja? Pasti pernah dong?  Paling tidak di Indonesia ini, persentase orang yang sudah lulus sekolah dasar ini hampir mencapai 100%. 

Bukan saya menghina atau merendahkan tetapi hanya ingin menunjukkan sesuatu. Lanjutkan saja membacanya.

Pernah disuruh membuat karangan tentang pekerjaan ayah, ibu atau berwisata? Rasanya sudah pasti hal itu pernah dialami.

Nah, kata membuat karangan sendiri saya beri tanda tebal untuk menunjukkan poin yang ingin disampaikan. Ya, betul membuat karangan tidak berbeda dengan menulis artikel. 

Bahkan, menulis artikel adalah bagian dari mengarang itu sendiri.

Pelatihan awal dari kegiatan menulis artikel sudah dipelajari sejak kita bersekolah pada tingkat yang paling mendasar sekalipun. Ini menunjukkan bahwa pelatihan tentang bagaimana menulis artikel sudah diajarkan sejak masa kecil kita dahulu.

Kalau pendidikan Anda dilanjutkan kemudian ke tingkat yang lebih tinggi, seperti Sekolah Menengah Pertama, kemudian Sekolah Menengah Atas dan kemudian akademi, universitas, pelatihan tentang itu akan semakin intens. Setiap jenjang akan mengajarkan kepada kita tentang bagaimana cara menulis artikel atau karangan dalam berbagai bentuk.

Menulis artikel bukanlah bakat. Itu adalah sebuah hal yang dapat dipelajari.

5. Tidak tahu harus menulis apa

Banyak orang berpikir bahwa menulis artikel itu harus selalu serius. Penuh dengan fakta dan data. Harus bernada formal agar orang bisa yakin.


Sebuah pemahaman yang salah besar.

Penulisan artikel memiliki berbagai gaya yang bisa dipilih disesuaikan dengan karakter masing-masing. Tinggal pilih gaya yang mana yang cocok.

Begitu pula dengan topik yang harus ditulis. Tidak ada batasan sama sekali tentang apa yang bisa ditulis. Yang membuatnya terbatas adalah diri orang itu sendiri. Internet penuh dengan tulisan dan topik, mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, wisata hingga cara menyusui bayi atau menggoreng telur mata sapi yang baik.

Tidak seharusnya ada alasan tidak tahu apa yang bisa dituangkan ke dalam sebuah tulisan. Sedikit tips untuk hal ini adalah tulis apa yang menjadi minat terbesar karena itu akan mendorong kita menyukainya.

6. Tidak tahu dimana bisa menulis dan mempublikasikannya

Kalau ini masalahnya, saya akan heran. Dengan berbagai jenis platform yang tersedia, mulai dari web, komputer, kertas, blog dan sebagainya, perlukah dijelaskan lebih lanjut tentang dimana kita bisa menulis artikel.

Mempublikasikannya pun sebenarnya tidak sulit. Kalau dalam bentuk kertas atau hardcopy, butuh proses yang lebih panjang sebelum bisa merilisnya atau mempublikasikannya. Tetapi, kalau dengan menggunakan media online, seperti website atau blog, tulisan atau artikel bisa di-publikasikan beberapa saat setelah selesai dibuat. Lebih cepat dari menggoreng telur.

7. Tidak berani mengambil resiko

Mempublikasikan sebuah artikel tentu saja membuatnya terbuka untuk dibaca orang. Justru, memang itu harapan dari semua orang yang menulis artikel. Semakin banyak yang membaca semakin baik. 

Saya pun demikian halnya. Saya berharap tulisan ini akan dibaca orang, ratusan, ribuan bahkan jutaan orang.

Hal itu juga mendatangkan resiko tersendiri. Tidak semua yang datang akan setuju dengan ide dan pemikiran yang disampaikan artikel yang kita buat. Banyak yang mungkin tidak menyetujuinya dan kemudian melontarkan komentar mengkritik dan pedas dalam kolom komentar.

Sebuah hal yang kadang sulit diterima.

Tetapi sebenarnya, hal itu adalah normal dan wajar. Setiap hari kita akan berbeda pendapat dengan orang lain, bahkan dengan istri sendiri. Berbeda adalah kewajaran karena itu adalah fitrahnya manusia.

Itulah alasan mengapa saya mengatakan bahwa semua orang bisa menulis artikel. Semua orang pada dasarnya memiliki kemampuan dan sudah mendapatkan pelatihan dalam menulis artikel.

Masalah utamanya hanya satu, apakah ‘KEMAUAN” untuk melakukan hal itu ada? Kalau bicara tentang kemauan, maka itu adalah sebuah hal pribadi yang hanya Anda sendiri bisa menjawabnya. Saya sudah membeberkan sedikit tentang adanya peluang mendapatkan penghasilan dari kegiatan ini berdasarkan pengalam pribadi.

Dalam artikel-artikel berikutnya, saya bisa sharing lebih banyak lagi tentang cara mendapatkan penghasilan dari menulis artikel. Ada banyak cara dan jenisnya lo. Saya sudah merasakan, walau tidak banyak, pendapatan dari kegiatan yang sepertinya tidak berguna ini. Mungkin hal itu akan membantu mendapatkan dorongan untuk mencoba.

Nah, kalau Anda heran mengapa saya menulis artikel yang mendekati 2000 kata ini, apa untungnya untuk saya? Sederhana saja. Kalau Anda membaca tulisan ini, berarti satu pengunjung datang ke blog sederhana ini. Satu pengunjung sama dengan satu kesempatan dan peluang untuk saya menjadi sedikit lebih maju terhadap tujuan yang ingin saya raih.

Begitu juga, jika sudah terpasang iklan di blog ini, bukankah semakin besar peluang Anda melihat iklan dan mengkliknya.

Peluang, kawan! Peluang. Menulis artikel melahirkan berbagai peluang, selain kesenangan dan kegembiraan yang merupakan bonus utama.

Bagaimana? Maukah Anda mencoba menulis artikel seperti saya?

1 thought on “Semua Orang Bisa Menulis Artikel ! Kemauan Adalah Kuncinya Bukan Bakat”

Leave a Comment