Artikel Panjang vs Artikel Pendek : Mana Yang Lebih Baik? Tidak Ada !

Artikel Panjang vs Artikel Pendek : Mana Yang Lebih Baik? Tidak Ada !

Kalau melihat perdebatan di dunia blogger tentang mana yang lebih baik antara artikel panjang dan artikel pendek, rasanya seperti melihat pertarungan abadi.

Abadi karena “pertarungan” tersebut seperti tidak berkesudahan. Tidak ada hentinya.

Kedua kubu sepertinya enggan untuk melepas begitu saja kesempatan untuk merendahkan pihak yang kontra. Mereka mengeluarkan berbagai tulisan yang menunjukkan kehebatan jalan yang mereka pilih, sekaligus menjatuhkan jalan yang dipilih pihak lain.

Seru.

Seperti pertarungan dua salesman pabrik kecap. Keduanya akan selalu mengatakan kecapnya no 1. Memang tidak ada kecap yang mengaku sebagai nomor 2, semuanya no 1.

Jadi Mana Yang Lebih Baik : Artikel Panjang atau Artikel Pendek?

Saya akan mengambil dua analogi untuk membantu memperjelas tentang fungsi dan peran kedua kategori artikel ini.

Yang satu tentang penjual/salesman kecap dan jeruk vs duren untuk menggambarkan tentang pergulatan di dua kubu blogger ini.

Cobalah kita bayangkan sedikit.

Analogi salesman kecap

1. Untuk mengetahui apakah sebuah kecap benar-benar menduduki posisi nomor 1, maka mereka harus melakukan survey secara keseluruhan. Jadi akan bisa diketahui berapa pangsa mereka dan pangsa pesaingnya.

Apakah pabrik kecap melakukan survey skala besar-besaran untuk mengetahuinya? Tidak sama sekali. Tidak ada pabrik kecap yang mampu melakukan survey dalam skala besar seperti itu.

2. Dalam hal kecap, rasa adalah intinya. Sementara rasa adalah sesuatu yang sifatnya relatif, setiap orang akan memiliki selera sendiri. Ada yang suka kecap yang manis sekali, ada yang suka yang agak asin dan lain sebagainya.

Mengatakan kecap buatan pabriknya sendiri, dimana seorang penjual kecap bertanggunjawab untuk menjualnya, sebagai yang paling enak adalah absurd. Walau seseorang berhak mengatakan penilaiannya, tidak berarti penilaiannya berlaku umum. Nilai yang diberikannya terbatas pada diri sendiri. Satu orang saja.

Sekarang coba kita bandingkan dengan kubu artikel panjang dan artikel pendek.

1. Seorang blogger tidak akan pernah bisa melakukan survey untuk mengetahui bagaimana hasil dari sebuah artikel panjang atau artikel pendek. Mayoritas blogger tidak akan melakukan riset sejauh itu.

Biasanya mereka hanya bergantung pada data statistik dari blog atau beberapa blog yang mereka kelola. Lalu akan dibandingkan pengunjung mana yang lebih banyak, artikel yang lebih dari seribu atau dua ribu kata , atau yang 300 kata.

Hasilnya dipakai untuk membuat artikel baru dan analisa.

2. Masyarakat pembaca beragam. Ada yang waktunya terbatas sehingga menyukai artikel yang pendek. Ada juga yang waktu luangnya banyak sehingga mereka menyukai sesuatu yang sangat rinci dan panjang.

Mereka akan memilih sesuai yang mereka mau. Kalau sukanya artikel pendek mereka akan enggan membaca artikel panjang, begitu juga sebaliknya.

Yang mana yang lebih banyak dan dominan hanya bisa dilakukan melalui berbagai survey. Sesuatu yang tidak akan dilakukan seorang blogger.

Keduanya, klaim salesman kecap dan klaim blogger tentang artikel panjang atau pendek, mirip sekali bukan?

Dari sini saja terlihat bahwa klaim bahwa artikel panjang lebih baik adalah sebuah klaim pribadi berdasarkan data sendiri dan analisa pribadi pula. Posisinya tidak berbeda dengan klaim artikel pendek lebih bagus.

Sama saja.

Tidak ada data dan fakta yang menunjukkan yang mana yang lebih baik secara umum.

Keduanya sangat mirip klaim para penjual kecap yang selalu mengatakan kecapnya no 1. Data yang dihasilkan secara pribadi. Analisa dilakukan oleh pribadi pula yang berkepentingan membuat blognya laris. Kesimpulan akhir juga dilakukan sendiri.

Analogi jeruk vs duren

Perdebatan dan berbagai argumen soal artikel panjang vs artikel pendek seharusnya tidak perlu diperpanjang. Kedua jenis artikel berdasarkan panjangnya itu harus dipandang sebagai dua buah hal yang berlainan dan tidak perlu diperbandingkan.

Analoginya, keduanya seperti jeruk dan duren.

Jeruk memiliki pasar sendiri dan dikenal sebagai buah berharga murah yang umum digunakan sebagai pencuci mulut. Begitu juga duren, yang dikenal sebagai makanan pada saat tertentu dan istimewa karena harganya lumayan mahal.

Keduanya memiliki pangsa pasar sendiri-sendiri yang terpisah, walau keduanya adalah sama, buah-buahan.

Cobalah bayangkan, peran jeruk sebagai makanan penutup digantikan oleh duren.

Bagaimana kira-kira hasilnya? Yang ada bukan rasa segar, manis dan ringan dan membantu menghilangkan lemak di mulut, tetapi rasa manis yang mengenyangkan dan menambah kadar kolesterol.

Oleh karena itu, mengatakan jeruk lebih baik dari duren atau sebaliknya adalah sebuah tindakan yang sulit diterima. Kecuali Anda menaruh sesuatu yang membuatnya menjadi sangat spesifik, seperti “jeruk lebih baik dari duren sebagai hidangan penutup sehabis makan-makanan berlemak”.

Begitu juga membandingkan artikel panjang dan pendek untuk menentukan mana yang lebih baik, sama absurd-nya. Kecuali Anda membahas sesuatu yang sangat sempit. Sebagai contoh,”artikel pendek lebih cocok dipergunakan di situs berita dibandingkan artikel panjang”.

Dengan menggambarkan dalam dua analogi tersebut maka bisa ditemukan jawaban bagi pertanyaan di atas.

Jawaban dari pertanyaan “Mana yang lebih baik : artikel panjang atau artikel pendek?” adalah TIDAK ADA yang lebih baik dan TIDAK ADA yang lebih buruk.

Tidak ada, karena keduanya tidak seharusnya diperbandingkan. Keduanya berada pada segmen pasar yang berbeda yang tidak seharusnya diperbandingkan.

Bak jeruk dan duren.

Mana Yang Harus Dipilih Artikel Panjang atau Artikel Pendek?

Artikel Panjang vs Artikel Pendek : Mana Yang Lebih Baik? Tidak Ada !

Nah, kalau pertanyaannya diubah menjadi seperti ini “Mana Yang Harus Dipilih, Artikel Panjang atau Artikel Pendek?”, maka komentarnya berubah.

Kalimat pertanyaan ini mencerminkan bahwa siapapun yang menanyakan sedang kesulitan untuk memilih di antara keduanya. Ia sedang membandingkan, mencari yang mana yang terbaik, bagi dirinya sendiri.

Bukan diperbandingkan untuk mencari kelebihan dan siapa lebih unggul, tetapi mencari kecocokkan dengan kebutuhannya.

Sebuah pertanyaan dengan tujuan yang berbeda.

Sebenarnya pertanyaan ini pun hanya bisa dijawab oleh yang bertanya sendiri. Blogger sesenior apapun tidak akan bisa memberikan solusinya. Ini sebuah keputusan yang harus dibuat sang calon penulis artikel sendiri, bukan orang lain.

Seperti saya, terus terang saya merasa hal tersebut berada di luar jangkauan. Sulit untuk saya bisa memberikan advis yang tepat untuk jawaban tersebut.

Yang saya bisa lakukan hanya memberikan saran yang mungkin bisa memberikan sebuah petunjuk. Sesuatu yang mungkin bisa membantu sang calon penulis untuk menemukan yang “terbaik” atau “paling cocok” bagi dirinya.

Saran saya , untuk mereka yang sedang bingung memilih “artikel panjang” atau “artikel pendek” adalah dengan memperhatikan dan menemukan jawaban untuk beberapa hal berikut :

1) Tujuan Ngeblog atau Menulis Artikel

Segala sesuatu pasti ada tujuannya. Dari situlah segala sesuatu bermula. Oleh karena itu, memilih artikel jenis mana yang cocok harus ditelaah lagi dari tujuan awal menulis artikel.

Apakah hanya untuk sekedar iseng? Apakah karena seseorang membayar? Apakah untuk mendapatkan ketenaran? Apakah ingin mendapatkan penghasilan ? Dan, masih banyak lagi tujuan yang bisa disebutkan.

Nah, dari situ bisa terlihat banyak hal.

Contohnya, bila tulisan yang Anda ingin buat hanya sekedar pelimpahan perasaan alias curhat saja, saya sarankan ‘abaikan’ teori soal panjang atau pendek. Untuk apa mempedulikan yang mana yang lebih baik, toh yang ditulis hanya bertujuan untuk mengeluarkan isi hati saja.

Lakukan saja yang Anda mau, sampai hati Anda merasa puas. Lega. Gembira. Just do it. Tulisan mau dibuat sebanyak 100.000 kata atau sekedar 300 kata bukanlah sebuah problem selama Anda puas dengan itu.

Tetapi,

Bila Anda dibayar untuk membuat artikel sepanjang 2000 kata oleh seseorang, batas sudah ditetapkan. Jadi harus dipenuhi kalau ingin mendapatkan bayaran.

Bisa juga terjadi.

Anda ingin mendapatkan ketenaran, uang, dan juga penggemar, maka yang harus dilakukan adalah mempertimbangkan dan menelaah beberapa poin lanjutannya.

Saya tuliskan di bawah ini.

2) Segmen Pasar Pembaca

Artikel Panjang vs Artikel Pendek : Mana Yang Lebih Baik? Tidak Ada !

Sebuah artikel dibuat untuk dibaca. Kalau curhatan atau diary, maka Anda tidak peduli terhadap pembaca. Normal, karena yang menjadi tujuan adalah sekedar mengeluarkan isi hati. Ada yang baca syukur, tidak ada juga “no problem“.

Tujuan Anda tercapai setelah kata terakhir tertulis.

Tetapi, kalau Anda ingin uang atau ketenaran, maka artikel tersebut harus ada yang baca. Tidak akan tercapai tujuan seperti ini kalau tulisan yang dibuat hanya sekedar bergentayangan di internet, kesepian sendiri.

Untuk itu Anda harus paling tidak mengetahui segmen pasar yang dituju.

Caranya tidak perlu rumit dan berbelit.

Lihat saja kebiasaan orang-orang di sekitar. Jangan salah! Berbagai teori menulis yang bertebaran di dunia maya dibuat berdasarkan hasil pengamatan terhadap kehidupan keseharian. Mereka tidak berbeda dengan Anda pada saat memulai. Hanya, pengalaman yang membuat mereka menjadi ahli dan memiliki skill seperti itu.

Jadi, amati dan amati.

Anda akan menemukan bahwa kebanyakan pekerja, terutama komuter seperti saya sangat menyukai artikel yang pendek, tetapi informatif. Artikel berita yang pendek sangat digemari.

Di sisi lain, ketika menjelang hari libur, banyak orang membaca berbagai artikel tentang tempat wisata yang agak panjang yang bisa memberikan gambaran detil.

Seorang ibu rumah tangga biasanya butuh bacaan untuk mengisi waktu selama menunggu anak di sekolah. Seorang yang butuh penjelasan cara membetulkan televiai, tidak bermasalah dengan panjang, pendeknya sebuah tulisan, yang penting ada penjelasan terstruktur.

Yang mana segmen pasar pembaca yang Anda pilih akan menjadi salah satu faktor yang menentukan apakah harus menulis artikel panjang atau menggunakan strategi artikel pendek.

3) Karakter Anda

Ok. Kalau sudah mengetahui segmen atau target pasar yang dikehendaki, lalu coba perhatikan diri Anda sendiri.

Bingung?

Coba bayangkan, kalau pembacanya diketahui sangat menyukai artikel yang rinci dan panjang, tetapi Anda bukan orang yang gemar menulis dengan cara terperinci.

Bagaimana hasilnya? Tidak akan kena sasaran. Begitu juga jika yang terjadi sebaliknya.

Anda tidak akan bisa memaksa pembaca menyesuaikan diri dengan Anda. Para pembaca memiliki opsi luar biasa banyaknya dan bisa mencari yang sesuai dengan keinginan mereka. Jadi, mau tidak mau, kalau memang target tidak bisa diubah, maka Anda yang harus berubah.

Anda harua menjadi sesuai apa yang dikehendaki pembaca.

Apakah ini akan menyenangkan? Sama sekali tidak. Bila mencoba merubah diri sendiri, maka akan terasa sekali ketidaknyamanan saat kita membuat artikel.

Tersendat. Terpaksa dan akhirnya tertekan.

Sesuatu yang ujungnya akan membuat Anda kehilangan motivasi untuk terus menulis.

Itulah mengapa Anda harus juga mengenali diri sendiri sebelum menentukan harus menulis artikel panjang atau artikel pendek.

Anda harus menemukan titik kompromi atau keseimbangan dari kedua hal itu. Mudah dikatakan, tetapi sulit untuk dilakukan. Butuh waktu untuk akhirnya menemukan titik temunya.

Bersiaplah untuk itu.

4) Jenis Artikel

Artikel Panjang vs Artikel Pendek : Mana Yang Lebih Baik? Tidak Ada !

Berita atau review/ulasan. Travel note atau tutorial. Humor atau serius. Fiksi atau non fiksi. Deskriptif atau Naratif.

Jenis artikel yang dipilih juga mempengaruhi seberapa panjang sebuah artikel harus ditulis.

Sebuah artikel humor, akan kehilangan momennya kalau terlalu panjang. Pembaca cenderung menyukai tulisan yang singkat tapi lucu dan membuat tertawa, bila tulisan yang Anda mau berbentuk tulisan humor.

Kalau tulisannya berbentuk tutorial, artikel pendek tidak bisa memuaskan keingintahuan. Mereka menginginkan lebih dan lebih. Tulisan yang mengajarkan sesuatu sebaiknya dibut sangat rinci, agar informasi yang disampaikan sebanyak dan selengkap mungkin. 

Tidak jarang, tulisan yang pendek akan memberi kesan, penulis tidak menguasai bidang yang ditulisnya. Tetapi, tidak berarti tulisan harus dipenuhi dengan basa basi.

Bila yang Anda hendak tulis berupa berita, lakukan dengan singkat, jelas, padat. Pembaca tidak akan sabar menunggu pembukaan yang panjang. Langsung ke pokok masalah.

Jadi, jenis artikel yang mana yang Anda ingin tulis? 

5) Platform dan media untuk menulis

Blog gratisan atau blog berbayar. Mesin tik, komputer, atau smartphone. Website statis atau dinamis.

Kesemua ini juga turut menentukan jenis artikel apa yang sesuai dengan seorang penulis. Tidak percaya?

Mana lebih nyaman menulis di sebuah smartphone atau komputer? Komputer tentunya. Layar yang lebih lebar akan membuat mata terasa lebih nyaman dibandingkan layar monitor sebuah smartphone. Tetapi, sebuah smartphone lebih enak dipakai dibandingkan mesin tik yang terbagus sekalipun.

Semakin nyaman kita menulis, terutama terkait dengan mata, maka tulisan panjang sekalipun bukanlah sebuah masalah. Bayangkan mengetik di smartphone untuk sebuah artikel panjang, tentunya akan menyulitkan mengingat keterbatasan yang ada. Lebih rumit dan susah lagi dengan menggunakan mesin tik manual. Repot pastinya.

Kita coba lagi bandingkan antara blog gratisan dan berbayar atau self hosted.

Dengan blog gratisan, seorang blog tidak perlu berpikir tentang bandwidth, mengutak atik template terlalu banyak, perhatian kita bisa terfokus hanya pada menulis. Bandingkan kalau kita memakai blog berbayar, dimana semakin panjang artikel maka semakin besar bandwidth yang terpakai (semakin besar biaya yang keluar).

Okelah, kalau bandwidth unlimited, tidak terbatas, tetapi kapasitas penyimpanan tetap ada batasnya. Semakin panjang artikel semakin besar ruang yang diperlukan untuk menyimpannya.

Walau sering tidak disadari dan dianggap remeh bahkan tidak ada, kenyataannya platform dan media tempat kita menulis, memberi pengaruh pada jenis tulisan yang kita buat. Unsur biaya dan kemudahan yang tersedia akan memberikan efek, seberapapun kecilnya.

6) Ketersediaan Waktu

Apakah Anda seorang penulis full time atau part time? Jikalau full time adalah jawaban Anda, maka waktu yang tersedia jelas banyak, 24 jam sehari. Tinggal Anda mengatur waktu untuk melakukan aktifitas rutin rumah tangga dan menulis.

Bagaimana dengan seorang penulis part time? Waktunya terbatas. Dua puluh empat jam harus dibagi untuk bekerja mencari nafkah, mengurus keluarga, dan menulis. Belum ditambah berbagai hal lainnya yang sifatnya insidentil.

Seringkali waktu yang tersisa hanya 1-3 jam saja dalam sehari. Itupun masih harus dibagi lagi, bila Anda blogger dengan self hosted atau blog berbayar, mengurus masalah teknis. Waktu yang tersedia untuk menulis menjadi sangat sedikit.

Padahal, kalau harus menulis artikel panjang , jelas waktu 1-3 jam tidaklah cukup. Seorang blogger atau penulis pun harus melakukan riset, berpikir mencari ide, dan kemudian menulis. Semakin panjang tulisannya, semakin besar data yang dibutuhkan, dan semakin banyak waktu yang diperlukan.

7) Pengalaman atau jam terbang

Jelas sangat menentukan. Kalau Anda sedang membaca artikel ini, kemungkinan besar Anda baru saja memulai langkah untuk menjadi penulis. Kalau Anda sudah berpengalaman, Andalah yang membuat tulisan ini dan bukan membacanya.

Semakin tinggi jam terbang alias pengalaman seorang penulis, atau blogger, keterampilannya semakin terasah. Menulis bisa dikatakan menjadi bagian dari kehidupannya.

Oleh karena itu biasanya penulis atau blogger yang sudah berpengalaman lebih kreatif dalam mengembangkan sebuah ide dan tulisan. Mereka bisa mengembangkan sebuah ide menjadi panjang atau pendek disesuaikan dengan yang mereka mau.

Skill mereka sudah lebih terlatih.

Penulis atau blogger yang sudah cukup kenyang makan asam garam tidak akan lagi terlalu sulit menemukan kata-kata sinonim. Tidak lagi memusingkan gaya menulis karena mereka sudah memilikinya.

Bandingkan dengan seorang pemula.

Mereka masih akan meraba-raba untuk mencari gaya menulis yang pas untuk diri mereka. Mencari data dan sumber ide juga belum tahu tempatnya. Membuat sebuah kata tidak berulang dalam banyak kalimat juga rasanya sulit sekali.

Langkah yang bagus untuk seorang yang baru memulai adalah artikel pendek. Artikel panjang hanya akan menimbulkan kesulitan dan tekanan tersendiri pada saat memulai. Untuk membuat artikel panjang terasa mengalir bukanlah hal yang mudah.

Bahkan saya, yang sudah dua tahun menjadi blogger pun, masih menemui banyak kesulitan untuk membuat artikel terasa mengalir.

Temukan Jalan Anda Sendiri!

Itulah beberapa hal yang harus Anda tanyakan pada diri sendiri untuk memilih apakah artikel panjang atau artikel pendek yang cocok bagi Anda.

Jangan tanyakan pada orang lain karena itu tidak akan menyelesaikan masalah Anda. Diri sendirilah yang bisa menentukan jawaban pertanyaan ini. Yang lainnya hanya bisa memberikan masukan.

Rumit ya?

Sebenarnya tidak.

Setelah Anda membaca semua uraian di atas, saya punya satu saran saja. Hanya satu! Tidak dua atau tiga!

Mau dengar?

ABAIKAN!

Ya. ABAIKAN semua yang sudah Anda baca. Mulailah menulis. Buatlah artikel pertama Anda. Jangan pedulikan apapun dan segala teori yang sudah Anda pernah baca dari sumber manapun.

Panjang atau pendek bukan sebuah masalah. Tuangkan ide yang ada di kepala sampai Anda merasa semua ide tersebut sudah menjadi deretan huruf di layar monitor atau kertas.

Setelah itu buat artikel berikutnya. Berikutnya dan berikutnya.

Mengapa saya sarankan ini? Karena dengan membaca banyak teori, maka semakin bingung lah Anda. Terlalu banyak pertanyaan yang justru bermunculan seiring semakin banyak teori yang dibaca.

Semakin banyak yang dibaca, semakin bingung kita memilah mana yang cocok dengan diri kita. Apakah artikel panjang, atau artikel pendek?

Jadi, lakukan langkah berikutnya. Temukan jawabannya sendiri.

Menulis adalah sebuah proses yang panjang. Anda hanya bisa menemukan yang terbaik bagi diri sendiri dengan cara melakukannya sendiri. Merasakan jalan berat seorang penulis atau blogger. Anda akan melakukan kesalahan, terima itu dan perbaiki. Terus dan terus karena ini adalah sebuah proses tak henti.

Sampai suatu waktu Anda bisa mengatakan “Inilah gaya menulis yang saya kehendaki!”

Setelah hampir dua tahun , saya akhirnya menemukan gaya menulis yang saya mau.

Artikel Panjang atau Artikel Pendek?

Anda salah!

Kalau Anda berpikir karena tulisan ini sangat panjang, lebih dari 2000 kata, Anda berpendapat saya cocok dengan artikel panjang, berarti Anda salah.

Saya memutuskan untuk menjadi fleksibel. Kalau memang diperlukan artikel panjang, maka saya akan membuatnya. Begitu juga kalau sebuah ide dirasa cukup dengan artikel pendek, jadilah artikel pendek.

Keduanya memiliki kekuatan dan kekurangan masing-masing. Setelah cukup lama menjadi blogger, saya semakin bisa memahami kedua jenis artikel ini. Ujungnya saya pun mencoba memanfaatkan sisi kekuatan mereka untuk dua tujuan yang berbeda.

Apa saja kekuatan artikel panjang dan artikel pendek? Saya akan tuliskan di artikel terpisah.

Kali ini cukup sekian saja.

Semoga ada manfaat yang bisa Anda ambil.

6 thoughts on “Artikel Panjang vs Artikel Pendek : Mana Yang Lebih Baik? Tidak Ada !”

  1. Dari beberapa artikel panjang yang saya baca di blog ini. Pertanyaan yang muncul adalah, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah artikel sepanjang ini. Saya sendiri lebih memilih artikel pendek atau sedang karena memang kemampuan yang terbatas. Maaf, tangan saya gatal mau komen hampir di semua artikel yang saya baca. Padahal baru nemu blog ini sehabis mampir dari Juragan Cipir. Salam blogger.

    Reply
  2. Salam blogger..

    Yang manapun sama saja. Untuk tulisan sepanjang itu, rata-rata waktu penulisannya 1-2 jam. Sebenarnya kalau terbiasa, tidak butuh terlalu lama untuk menulis. Hanya butuh pembiasaan saja

    Wah.. juga suka dateng kesana yah

    Reply
  3. memang betul pak, kadang saya lebih suka artikel pendek, tapi pas artikel tutorial saya lebih suka artikel panjang dan komplit, tergantung kebutuhan dan tergantug mood.
    jadi gak bisa di bilang artikel panjang itu bagus dan artikel pendek jelek.
    keduanya punya pasar masing-masing..

    saya paling suka kata "ABAIKAN" di artikel ini. ya itu membuat saya jadi bisa nulis.
    keep writing….

    Reply
    • Iyah.. saya pikir memang bagus atau tidak artikel tidak tergantung pada jumlah kata..

      Sama-sama kang.. semangat menulis terus ya

      Reply
  4. Blog yang mengajarkan caranya membangun blog yang baik terus bertambah. Para blog ini tentunya memiliki jurus kanuragan mereka masing-masing.

    Di dalam belajar ngeblog kita disediakan berbagai macam bacaan jurus ngeblog dari berbagai sumber.

    Nah sumber pertama mengatakan bahwa artikel panjang itu baik untuk kualitas blog

    Sumber kedua mengatakan percuma buat artikel panjang kalau tidak kena keyword.

    Nah saya ingin bertanya nih mas, sebagai pembaca tips memilih jurus ngeblog yang ampuh gimana tuh?

    Reply
    • Tanya hatimu mas… Yang mana yang membuatmu paling nyaman. Hanya mas yang bisa menjawabnya. Bukan saya.

      Kalau seseorang merasa nyaman dengan artikel panjang, maka menulislah dengan panjang lebar karena kalau seseorang merasa nyaman melakukan sesuatu, maka biasanya ia akan bisa mengeluarkan seluruh kemampuannya dan biasanya hasilnya akan jadi sangat baik.

      Menulis harus disesuaikan dengan karakter kita sendiri. Kalau kita terbiasa menulis pendek, tetapi memaksakan diri menulis panjang, yang ada adalah tekanan dan ketidaknyamanan. Biasanya berujung hasilnya tidak enak dibaca.

      Kedua saran itu bagus, tetapi yang satu tidak menafikan alias membantah yang lain. Mereka benar, tetapi mereka lupa mengatakan bahwa mereka "menyukai" cara yang mereka lakukan dan mereka menganjurkan orang mengikuti saran mereka, tanpa melihat karakter dan tujuan ngeblog setiap orang berbeda dan tidak sama.

      Jadi, tidak seharusnya mereka mengatakan baik atau buruk hanya dari tolok ukur mereka.

      Jawaban saya, pertimbangkan mana yang mau dipakai sesuai dengan

      1. Karakter penulis (silakan lihat ke diri mas sendiri, temukan titik nyaman dimana)
      2. Jenis tulisan, tutorial tentu perlu merinci banyak hal dan bisa panjang, tetapi kalau berita, tidak perlu.

      Kedunya bisa bermanfaat banyak dalam ngeblog, asal kita tahu cara menggunakannya.

      Di Maniak Menulis saya menulis panjang, tetapi di beberapa blog lain, saya menulis pendek-pendek. Di satu blog yang lain, saya menulis panjang, tetapi ada saat dimana saya menulis pendek saja karena butuh update tetapi memiliki waktu yang terbatas.

      Bersikap fleksibel mas.. jangan kaku, dengan begitu opsi kita menjadi lebih luas.

      Itu saran saya

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply